Ketika manusia jatuh dalam dosa, maka pikiran kita tidak bisa berfikir secara sehat lagi. Kita cenderung untuk berbuat dosa. Kita hidup menuruti hawa nafsu yang dikuasai oleh si jahat. Ketika kita diselamatkan dengan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan, kita mulai menjalani hidup yang baru dengan pola pikir yang diperbaharui oleh Firman Allah. Kita menjadi manusia yang waras, yang sehat akal budi dan pikirannya.
Namun tidak selalu keadaan kita waras sebab tergantung diri kita sendiri yang memberi makan kepada roh kita agar tetap waras. Jika kita mengisi hati dan pikiran kita dengan hal-hal yang melanggar Firman Tuhan, maka roh kita menjadi lemah, tetapi jika kita mengisinya sesuai dengan Firman Tuhan, maka roh kita menjadi kuat dan membuat pikiran kita tetap waras.
Jika kita melihat gaya hidup manusia duniawi yang mengejar kesenangan dan kenikmatan hidup saja maka apa yang kita anggap tidak waras, menjadi waras bagi mereka. Mereka tidak pikir-pikir lagi untuk membeli tas yang mahal tetapi tidak mau menolong orang lain yang membutuhkan pertolongannya, padahal bantuan yang mereka berikan tidak lebih besar dari pengeluaran mereka yang sia-sia itu. Kita juga pun tidak luput dari kesalahan akibat ketidakwarasan kita.
Kita juga mudah terseret untuk ikut-ikutan gaya hidup mereka karena kita mulai membandingkan kehidupan mereka yang sepertinya sangat menyenangkan. Kita kadang lupa kalau suatu kelak kita akan mempertanggungjawabkan apa yang kita lakukan akibat dari ketidakwarasan kita. Sangat perlu untuk mempertahankan kewarasan kita dalam menghadapi kenyataan hidup yang sangat tidak menentu ini dengan bijaksana.
Tanpa kewarasan, kita akan mudah terseret, terhimpit, tertipu dan masih banyak lagi kerugian yang akan kita alami. Tetaplah isi hati dan pikiran kita dengan Firman Tuhan dan lakukanlah itu dengan setia. Maka kita akan melihat pertumbuhan roh dan jiwa kita semakin sehat dan dewasa sesuai dengan yang Tuhan mau. Dengan sendirinya, kita akan menjadi saksi Kristus yang menerangi dunia ini lewat perbuatan dan perkataan kita. Seperti dikatakan jagalah hati kita dengan kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan yang sesungguhnya. Tuhan Yesus menyertai kita yang selalu rindu akan pimpinanNya.
Senin, 20 Mei 2013
Senin, 06 Mei 2013
Ekspresi kasih
Kita tidak lahir dengan sendirinya ke dunia. Dibutuhkan keja sama orang tua kita, yaitu ayah dan ibu untuk melahirkan kita ke dunia. Kita tidak bisa hidup sendiri, kita membutuhkan orang lain untuk menjalani hidup ini. Sebab itu kita menjalin hubungan dengan orang lain dan diharapkan semakin lama hubungan kita dengan sesama semakin harmonis. Makanya memiliki 100 teman itu masih sedikit, tetapi memiliki 1 musuh, itu sudah banyak. Sulit untuk mendapatkan teman, tetapi mudah untuk mendapat musuh.
Kita pasti mengharapkan mendapat kasih dari orang lain, baik itu dari keluarga, teman dan lingkungan di sekitar kita. Kita mau dihargai dan dihormati, walaupun kedudukan kita sebagai warga biasa, tidak istimewa seperti pejabat negara yang tentu mengharapkan penghormatan yang lebih tinggi lagi. Paling tidak kita tidak mau dikecewakan dan dirugikan oleh orang lain.
Tapi kenyataan hidup tidak selalu seperti yang kita harapkan. Kita bisa dikecewakan dan bisa juga dirugikan oleh orang lain yang mungkin disebabkan oleh sikap kita sendiri atau memang ada yang berniat tidak baik kepada kita. Namun, sadarkah kita bahwa kita diciptakan sebagai manusia yang bisa mengekpresikan sifat-sifat Tuhan melalui diri kita? Kalau kita menerima kebaikan dari orang lain, berarti kita menerima ekspresi kasih Tuhan dan jika kita memberi kebaikan kepada orang lain, maka kita yang mengekspresikan kasih Tuhan kepada orang lain.
Jika kita hanya mau menerima kebaikan dan tidak mau berbuat baik kepada orang lain, maka kita menutup jalan Tuhan untuk mengekspresikan kasihNya melalui kita. Apakah kita memiliki hak untuk menahan kebaikan Tuhan? Jika Tuhan saja memberkati semua orang, baik yang jahat dan baik dengan menerbitkan matahari dan mencurahkan hujan tanpa pilih-pilih, siapakah kita yang menahan kebaikan bagi orang yang berhak menerimanya?
Jika kita melakukan kebaikan kepada sesama, bukankah itu karena Tuhan yang mengekspresikan kasihNya melalui kita, bukan dengan kekuatan kita sendiri. Kita mengamini bahwa Tuhan ada di dalam kita dan berkarya melalui kita, maka kita pun harus mau mengekspresikan kasih Tuhan kepada sesama, baik yang baik orangnya atau yang tidak baik kepada kita. Sebab jika kita hidup, maka kita hidup untuk Tuhan, Tuhan yang berkuasa atas hidup kita karena kita menjadi anak-anakNya.
Orang yang mengaku anak Tuhan yang percaya dan beriman kepadaNya pasti dapat terlihat dari perbuatan dan perkataannya. Sebab pohon yang baik, dilihat dari buahnya yang baik, dan pohon yang tidak baik dapat dilihat dari buahnya yang tidak baik. Firman Tuhan berkata iman tanpa perbuatan tidak ada gunanya. Iman diekspresikan melalui perbuatan. Jika kita hanya mengharapkan menerima tanpa memberi, maka sebenarnya kita belum sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan.
Orang yang beriman akan mengeluarkan buah-buah perbuatan yang baik yang dirasakan oleh orang lain, sebab dia telah menerima kasih Tuhan yang begitu besar yaitu keselamatan, maka pasti dia sanggup mengekspresikan kasih Tuhan kepada sesama karena Tuhan yang melakukannya dengan kekuatanNya melalui kita dan kita adalah saksi-saksi hidup yang membawa panji Kristus agar semua orang tahu bahwa Yesus itu Tuhan yang penuh kasih.
Kita pasti mengharapkan mendapat kasih dari orang lain, baik itu dari keluarga, teman dan lingkungan di sekitar kita. Kita mau dihargai dan dihormati, walaupun kedudukan kita sebagai warga biasa, tidak istimewa seperti pejabat negara yang tentu mengharapkan penghormatan yang lebih tinggi lagi. Paling tidak kita tidak mau dikecewakan dan dirugikan oleh orang lain.
Tapi kenyataan hidup tidak selalu seperti yang kita harapkan. Kita bisa dikecewakan dan bisa juga dirugikan oleh orang lain yang mungkin disebabkan oleh sikap kita sendiri atau memang ada yang berniat tidak baik kepada kita. Namun, sadarkah kita bahwa kita diciptakan sebagai manusia yang bisa mengekpresikan sifat-sifat Tuhan melalui diri kita? Kalau kita menerima kebaikan dari orang lain, berarti kita menerima ekspresi kasih Tuhan dan jika kita memberi kebaikan kepada orang lain, maka kita yang mengekspresikan kasih Tuhan kepada orang lain.
Jika kita hanya mau menerima kebaikan dan tidak mau berbuat baik kepada orang lain, maka kita menutup jalan Tuhan untuk mengekspresikan kasihNya melalui kita. Apakah kita memiliki hak untuk menahan kebaikan Tuhan? Jika Tuhan saja memberkati semua orang, baik yang jahat dan baik dengan menerbitkan matahari dan mencurahkan hujan tanpa pilih-pilih, siapakah kita yang menahan kebaikan bagi orang yang berhak menerimanya?
Jika kita melakukan kebaikan kepada sesama, bukankah itu karena Tuhan yang mengekspresikan kasihNya melalui kita, bukan dengan kekuatan kita sendiri. Kita mengamini bahwa Tuhan ada di dalam kita dan berkarya melalui kita, maka kita pun harus mau mengekspresikan kasih Tuhan kepada sesama, baik yang baik orangnya atau yang tidak baik kepada kita. Sebab jika kita hidup, maka kita hidup untuk Tuhan, Tuhan yang berkuasa atas hidup kita karena kita menjadi anak-anakNya.
Orang yang mengaku anak Tuhan yang percaya dan beriman kepadaNya pasti dapat terlihat dari perbuatan dan perkataannya. Sebab pohon yang baik, dilihat dari buahnya yang baik, dan pohon yang tidak baik dapat dilihat dari buahnya yang tidak baik. Firman Tuhan berkata iman tanpa perbuatan tidak ada gunanya. Iman diekspresikan melalui perbuatan. Jika kita hanya mengharapkan menerima tanpa memberi, maka sebenarnya kita belum sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan.
Orang yang beriman akan mengeluarkan buah-buah perbuatan yang baik yang dirasakan oleh orang lain, sebab dia telah menerima kasih Tuhan yang begitu besar yaitu keselamatan, maka pasti dia sanggup mengekspresikan kasih Tuhan kepada sesama karena Tuhan yang melakukannya dengan kekuatanNya melalui kita dan kita adalah saksi-saksi hidup yang membawa panji Kristus agar semua orang tahu bahwa Yesus itu Tuhan yang penuh kasih.
Langganan:
Postingan (Atom)