Senin, 12 November 2018

The power of pembiaran

I Timotius 4:12
Janganlah seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.

Seorang pengendara motor tampak ragu-ragu, menoleh ke kanan ke kiri, akhirnya dengan nekat dia melawan arus jalan raya lalu berbelok di putaran. Rupanya dia mau berputar arah tetapi jalan menuju putaran masih jauh jika dia mengikuti arah lalu lintas yang benar. Sepertinya bukan hanya dia saja yang melawan arus, tapi beberapa motor, sepeda, bajaj ikut meramaikan pelanggaran berjamaah itu. Sudah lumrah pemandangan seperti itu kita temui di jalan raya yang ramai.

Orang tidak peduli lagi dengan peraturan lalu lintas yang dibuat agar semua pengguna jalan bisa tertib dan aman menggunakannya. Tidak peduli dengan keselamatan diri sendiri, apalagi keselamatan orang lain. Hanya memikirkan kepentingan diri sendiri. Alih-alih mempersingkat waktu perjalanan, jika apes, terjadi kecelakaan akibat melanggar lalu lintas. Seringkali bukan hanya pelaku yang mengalami kerugian tapi orang yang sudah taat peraturan terkena getahnya, ikut celaka.

Tidak tegasnya dan kurangnya aparat keamanan lalu lintas dalam berjaga-jaga membuat tidak jeranya para pelanggar lalu lintas tersebut. Peraturan yang dibuat dianggap angin lalu saja. Kita mungkin mau mulai taat peraturan, tetapi kenyataan di jalanan kadang-kadang membahayakan kita sendiri jika kita tidak mengikuti peraturan/hukum jalanan yang dianut sebagian besar pengguna jalan raya. Tidak sabarnya pengguna jalan, ingin cepat sampai tujuan masing-masing, semakin sempitnya jalanan yang digunakan beramai-ramai membuat semakin ruwetnya jalanan. Asal bisa mengendara kendaraan saja tidak cukup, tapi kita perlu keahlian untuk bermanuver jika dalam keadaan mendesak.Jika kita sering berkendara, maka kita akan tahu apa maksudnya bermanuver.

Ilmu berkendara harus dipraktekan sesering mungkin jika kita ingin mahir. Pengalaman di jalan tidak ada di kamus mana pun yang bisa dipelajari hanya melalui teori saja. Kita harus learning by doing, practice make prefect.

Namun sebenarnya kita bisa taat pada peraturan jika peraturan ditegakkan setegak-tegaknya. Peraturan/hukum dibuat untuk ditaati bukan dilanggar. Hal ini harus ditegaskan, dipaksa untuk dilaksanakan bahkan harus, jika kita ingin melihat semua orang taat hukum demi kebaikan kita bersama. Hal-hal kecil jika dibiarkan dilanggar, maka akan merembet makin besar. Kapal yang bocor masih skala kecil, harus segera ditambal, sebelum makin besar kebocorannya dan akan menenggelamkan seluruh kapal. Sikap cuek dan masa bodo harus kita hilangkan karena kita sendiri yang akan menderita dan mengalami kerugian.

Dalam segala hal, kita tidak boleh membiarkan yang tidak benar menjadi kebiasaan. Kita tidak bisa membiasakan diri dalam hal yang tidak benar dan kita bisa memulainya dari diri kita sendiri. Dengan hikmat dan pertolongan Tuhan Yesus, Sang Sumber Segala Hikmat, kita dimampukan untuk berbuat benar dan menjadi teladan yang benar bagi orang lain.

Kamis, 08 November 2018

Sinterklas dan Pit Hitam


Yesaya 9:5
Sebab seorang anak telah lahir bagi kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada diatas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa,  Bapa yang Kekal, Raja Damai.

Ketika bel istirahat berdering, kami semua, murid TK berhamburan ke halaman sekolah yang menghadap ke jalan raya. Seberang sekolah kami, ada sekolah TK juga dan terlihat sebuah mobil minibus parkir di depannya. Keluarlah Sinterklas dengan karung yang berisi hadiah, disambut anak-anak TK dengan ceria. Kami hanya dapat memandang dari seberang jalan dengan tatapan iri, andaikan sekolah kami bisa mengundang Sinterklas, betapa senangnya kami dapat hadiah dan makanan darinya. Namun kecerian anak-anak itu tidak berlangsung lama, karena Sinterklas tidak datang seorang diri. Dia membawa Pit Hitam dengan karung hitamnya juga. Sontak, anak-anak menjadi ketakutan, mereka berteriak dan berlari berhamburan, bagaikan melihat hantu.

Kami pun saling berpandangan satu dengan yang lain, tatapan iri kami segera berubah menjadi gelak tawa melihat pemandangan yang menurut kami lucu. Iri hati kami berubah menjadi kelegaan, untung sekolah kami tidak mengundang dua mahluk itu. Betapa repotnya kami jika mereka datang, kami, anak nakal di sekolah, pastilah akan dimasukkan ke karung oleh Pit Hitam itu. Kami tidak tahu mau kemana kami akan bersembunyi, karena sekolah kami adalah gedung tua milik Belanda yang kami anggap angker. Kalaupun kami harus ke toilet, maka kami sebisa mungkin melakukannya tidak seorang diri karena beredar cerita-cerita menakutkan di sekolah kami.

Walaupun akhirnya kami tahu bahwa tidak mungkin Pit Hitam membawa anak-anak nakal di karungnya, mereka berdua hanya ingin mendidik anak-anak menurut versi mereka supaya  anak-anak menjadi anak-anak baik. Anak baik akan mendapat hadiah dan anak nakal akan mendapat hukuman. Kami cukup bahagia dengan sekolah kami yang merayakan Natal dengan nyanyian, tarian, drama bayi Yesus, Yusuf, Maria, orang Majus, para gembala dan malaikat. Tidak ketinggalan kue-kue dalam kotak dan seingat saya tidak ada Sinterklas, apalagi Pit Hitam.

Natal, hari kelahiran Yesus Kristus, seharusnya mendatangkan sukacita pengharapan bahwa kita, manusia berdosa mendapat kasih pengampunan dari Allah, yang rela turun ke dunia untuk menebus dosa kita. Allah mencari manusia berdosa bukan untuk memasukkan mereka ke karung neraka tetapi membawa hadiah keselamatan kekal bagi siapa saja yang mau percaya kepadaNya.

Mengapa Sinterklas harus membawa Pit Hitam besertanya? Apakah mereka berdua bersaudara? Mungkin saja bersaudara tapi beda bapa dan ibu. Entahlah, toh Natal adalah tentang Yesus Kristus, bukan mereka. Hehe…