Senin, 29 Juli 2013

Keselamatan

Sebagai umat Kristen yang memiliki iman di dalam Yesus Kristus sebagai Juru Selamat satu-satunya, tentu kita harus bersyukur dan mempertahankan keselamatan yang kita miliki. Sebab apa yang dikatakan Firman Tuhan bahwa yang terdahulu akan menjadi yang terakhir akan digenapi. Banyak orang yang terlahir dari keluarga Kristen, di akhir hidupnya telah menolak keselamatan jiwanya hanya karena harta, pasangan hidup, kesenangan dan kemudahan yang bersifat fana. Padahal sekalipun seseorang memiliki seluruh dunia ini, jika akhirnya kehilangan nyawanya, maka sia-sialah semuanya.

Namun, ada juga orang-orang yang harus mengalami aniaya begitu hebatnya, dia tetap berpegang pada keyakinannya kepada Yesus Kristus, bahkan akhirnya harus mati dibunuh. Mereka adalah orang-orang yang tahu dan yakin bahwa menyangkal Yesus Kristus mendatangkan murka Allah dan mereka memilih untuk menyenangkan Allah, sebab tidak ada jalan lain menuju keselamatan kekal selain dalam Yesus Kristus. Sebab Firman Tuhan berkata Yesuslah jalan, kebenaran dan hidup, tidak seorang pun sampai kepada Bapa, jikalau tidak melalui Dia.

Bisa kita katakan bahwa orang-orang yang diselamatkan adalah orang-orang yang terpilih sejak dunia ini diciptakan. Sebab ada juga yang dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi di akhir hidupnya, dia menerima anugerah keselamatan kekal. Jika saat ini kita dilahirkan atau sudah menjadi Kristen, maka kita percaya bahwa kita telah menerima anugerah keselamatan yang harus terus kita pertahankan. Kita adalah orang-orang pilihan yang dipercayakan menjadi umat pilihanNya.

Tetapi kita jangan terlena dengan keselamatan kita dengan hidup semaunya sendiri, sebab diluar kasih karunia Tuhan, kita adalah hamba dosa yang hidup menurut kehendak dosa. Kita sudah ditebus oleh Darah Yesus untuk menjadi hamba kebenaran, berarti hidup kita adalah menuruti kebenaran Firman Tuhan. Jika kita masih hidup di dalam dosa, maka kita tidak menghargai karya keselamatan Yesus di atas kayu salib, yang berarti kita menolakNya.

Manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri, sebab kita sudah tertawan oleh dosa. Kebaikan kita tidak bisa menebus dosa kita. Kita semua sedang berjalan menuju neraka kekal karena upah dosa adalah maut, sampai Tuhan datang ke dunia dalam wujud Yesus, menanggung semua dosa kita dan menjadi pembela kita yang agung. Tidak ada seorangpun yang berani mengatakan bahwa dia adalah jalan keselamatan, kecuali Yesus Kristus.

Walaupun ada harga yang harus kita bayar untuk mempertahankan keselamatan kita, tetaplah tidak sebanding dengan kehidupan kekal yang akan menanti kita. Jangan kita melepaskan iman kita kepada Yesus, hanya untuk mendapatkan kenyamanan hidup yang sementara ini. Di dalam Yesus ada damai sejahtera, suka cita, ketenangan, kemenangan dalam menjalani hidup ini. Masalah pasti ada, namun dalam Yesus yang setia telah menyediakan jalan keluarnya.

Betapa bodohnya jika kita tidak percaya kepadaNya. Tiap hari Dia berkata jangan takut menjalani hidup ini sebab Dia beserta dengan kita. Jika Dia yang telah mengalahkan maut, mau menyertai kita, maka tidak ada yang kita perlu takuti, persoalan, bahaya, cobaan bisa kita hadapi, hanya jika kita mau berjalan bersamaNya dan berarti kita menjadikan Dia Tuan atas hidup kita dan kita setia melakukan kehendakNya.

Sebab di bawah kolong langit, tidak ada nama lain yang melaluinya kita bisa diselamatkan, kecuali Yesus Kristus Tuhan namaNya.

Kamis, 18 Juli 2013

Nasihat

Sudah menjadi kebiasaan kita untuk malas mendengarkan nasihat dari orang lain, terlebih kalau kita sudah biasa melakukannya. Misalnya ketika kita dinasehati untuk berbicara hati-hati agar tidak menyinggung perasaan orang lain, maka kita dengan santai menganggap bahwa sudah kebiasaan kita berbicara ceplas ceplos dan tidak mungkin bisa diubah. Padahal nasihat itu mendatangkan kebaikan bagi kita, sebab tidak semua orang bisa menerima ucapan kita, kecuali orang-orang yang sudah kenal dekat kita.

Jika kita menyadari bahwa proses menjadi manusia yang baik memerlukan waktu seumur hidup, itu pun belum sempurna ketika kita meninggalkan dunia ini. Pasti masih ada penyesalan yang seharusnya tidak terjadi jika saja kita mendengar nasihat dan melakukannya. Kita dengan segala keterbatasannya memerlukan nasihat dari orang lain, baik dari orang yang kita benci atau tidak. Asalkan nasihat tersebut adalah nasihat yang benar, tentu akan berguna bagi kehidupan kita ke depannya.

Mungkin saja kita mendengar nasihat itu, tetapi karena sukar melakukannya, maka kita mengabaikannya. Atau sudah mencoba, tetapi hanya setengah jalan, sebab kita malas dan bosan. Kita menunda-nunda untuk berubah dan semakin berjalannya waktu, kita menyesal sebab segala sesuatunya sudah terlambat. Waktu terus berjalan dan kita bertambah tua, tanpa bisa dihentikan.

Sebelum kita menyesal lebih lanjut, ada baiknya kita merenungkan apa yang selama ini kita lakukan. Berapa banyak nasihat yang kita dengar dan berapa banyak yang sudah kita lakukan sesuai nasihat itu. Dari kita kecil, tentu banyak pengajaran yang kita terima dari orang tua kita, guru kita, pengajar kita, orang yang kita hormati, buku-buku, acara televisi, seminar dan masih banyak lagi. Pasti ada sesuatu yang membuat hidup kita lebih baik jika menuruti pengajaran itu.

Bukan hanya harta benda yang kita miliki, tetapi yang terpenting karakter hidup kita, apakah kita sudah menjadi orang yang berkarakter baik atau kita masih menjadi orang yang berkarakter sulit? Apakah keberadaan kita menguntungkan atau merugikan orang lain? Berapa banyak yang kita dapatkan yang bisa kita berikan kepada orang lain? Sudahkah kita memberi dengan sukacita atau terpaksa? Banyakkah musuh kita karena kesalahan dan kejahatan yang kita lakukan?

Ternyata masih banyak hal yang harus kita perbaharui, bukan tampilan kita atau the way we look tapi perbuatan kita, the way we do. Tampilan bisa menipu tetapi perbuatan akan menunjang penampilan kita. Pohon baik akan berbuah baik dan buahnya dapat dirasakan dan dinikmati, tetapi pohon yang jelek akan berbuah jelek dan buahnya akan dibuang karena tidak bisa dirasakan dan dinikmati.

Firman Tuhan adalah buku yang berisi nasihat dan panduan hidup yang benar. Jika kita melakukannya, maka baiklah hidup kita, di bumi dan di surga. Walaupun banyak masalah dan tantangan yang kita hadapi, kita bisa melewatinya karena kita mendengar nasihat yang benar. Firman Tuhan berisi kejadian yang benar-benar terjadi, menjadi pelajaran berharga bagi kita, apakah kita mau hidup gagal atau berhasil, ada di tangan kita dan kesanggupan kita. Apakah kita mau menjadi penurut atau pemberontak Firman? Kita jugalah yang akan menikmati hasilnya. Bersama Tuhan, kita pasti sanggup.

Jumat, 12 Juli 2013

Keinginan

Kalau berbicara keinginan, pastinya sangat banyak keinginan kita. Keinginan tidak ada batasnya, seluas samudera raya. Tidak mengeherankan, orang yang kita lihat sudah memiliki segalanya, masih saja merasa kurang. Begitu juga kita, sebanyak apapun yang kita miliki, pasti kita menginginkan lagi dan lagi. Ada yang membatasi keinginannya karena tidak punya daya lagi dan ada juga yang memaksakan keinginannya dengan berbagai cara.

Kita tidak pernah puas, bahkan kita diharapkan berani bermimpi, berani menggantung cita-cita di langit, mengejar ilmu sampai ke ujung dunia dan terus berjuang sampai keinginan kita tercapai. Benarkah pendapat seperti itu? Ada benarnya dan ada salahnya. Benar, jika mimpi kita benar, salah, jika mimpi kita salah. Benar, jika cita-cita kita mulia bagi kemajuan bangsa, salah, kalau cita-cita kita menghancurkan manusia. Benar, jika ilmu yang kita kejar akan mendatangkan kebaikan, salah, jika ilmu yang kita kejar mengajarkan kesesatan akal budi kita.

Tidak salah dengan keinginan, jika tidak ada keinginan, maka kita sudah mati. Jika kita haus, kita ingin minum, tapi kita butuh air putih bukan air sirup. Kalau kita minum air putih, tubuh kita akan segar kembali, tetapi jika air sirup, maka ada kandungan gula yang berbahaya bagi tubuh jika berlebihan. Jadi keinginan harus berjalan bersama-sama dengan kebutuhan. Jika keinginan melebihi kebutuhan, maka kita akan sengsara.

Apa yang melebihi kebutuhan kita, maka kita tidak akan bisa bersyukur. Orang yang tidak bisa bersyukur berarti tidak menghormati Tuhan yang telah memelihara kehidupannya. Kita berbuat jahat karena keinginan kita melebihi kebutuhan kita. Semakin kita diikat oleh keinginan kita, semakin kita tidak bisa tenang hidupnya, sebab kita akan merasa tidak pernah cukup.

Keinginan boleh ada, tapi harus sesuai dengan kebutuhan kita, jika itu bisa kita terapkan dalam hidup kita, maka kita akan merasa cukup bahkan berkelimpahan sehingga kita bisa berbagi dengan sesama kita. Firman Tuhan berkata hidup kita tidak ditentukan oleh apa yang kita miliki, bahkan jika kita memiliki seluruh dunia ini, kita tetap tidak bisa menyelamatkan nyawa kita, hidup kita yang paling berharga.

Tuhan Yesus sudah menyelamatkan hidup kita, maka kita tidak memerlukan apa yang bukan menjadi kebutuhan kita. Berbahagialah kita jika hidup sesuai dengan keinginan Tuhan, bukan keinginan kita. Keinginan kita bisa membawa malapetaka, tetapi keinginan Tuhan membawa keselamatan kekal.

Kamis, 11 Juli 2013

Setia

Ketika kita mencari pasangan hidup, pertama kali kita hanya melihat apa yang tampak dari luarnya saja, good looking atau tidak. Tidak terpikirkan bahwa nanti pasangan kita itu setia atau tidak. Padahal yang sifatnya tidak sementara yaitu setia yang terpenting. Pada saat pemberkatan, yang ditanyakan adalah kesetiaan menjalani hidup dalam suka dan duka.

Ketika kita mencari hewan peliharaan, yang sering kita cari adalah yang setia, seperti anjing. Banyak sekali film yang bercerita mengenai kisah kesetiaan anjing kepada majikannya. Bahkan anjing pun bisa lebih setia daripada manusia. Padahal kita yang disebut manusia seharusnya lebih baik kelakuannya dari pada hewan.

Kita yang sulit untuk setia, mencari yang setia, karena kita tahu kesetiaan mendatangkan keuntungan dan ketenangan. Begitu juga hubungan kita dengan Tuhan, apakah kita sudah setia kepadaNya? Dari pihak Tuhan, sudah tidak diragukan lagi kesetiaanNya. Dia berjanji sekalipun kita tidak setia, Dia tetap setia. Betapa beruntungnya kita memiliki Tuhan yang setia.

Apa yang bisa kita lakukan untuk menunjukkan kesetiaan kita kepada Dia? Pastinya dengan melakukan FirmanNya sampai akhir hidup kita. Martir Kristus telah memberikan teladan yang baik bagi kita, bahwa kadang kesetiaan menuntut harga diri kita, bahkan nyawa kita. Sanggupkah kita menunjukkan kesetiaan kita ketika keadaan begitu menakutkan, ketika nyawa kita terancam, ketika penderitaan yang kita alami tidak berkurang?

Syair lagu yang mengatakan setia, setialah, setialah sampai mati membuka mata kita bahwa tidak selamanya setia itu menyenangkan kita, bahkan lebih banyak menderitanya. Banyak hal membuat kita ingin keluar dari kungkungan, keterikatan yang sebetulnya mendatangkan kebaikan buat kita. Firman Tuhan mengikat dan mengkungkung kita demi tujuan yang baik, walaupun berat menjalaninya. Tentu saja berat sebab bukan hanya berbuat baik kepada yang baik, tapi kepada yang jahat juga, mengampuni bukan hanya kepada yang menyesal dan minta ampun, tapi kepada yang tegar tengkuk.

Dengan kekuatan sendiri, pastilah kita sudah putus asa dan depresi. Tidak mungkin kita bisa setia dengan mengandalkan kekuatan, kepandaian, kemauan apalagi keinginan kita. Kita memerlukan Roh Kudus yang menolong kita untuk tetap setia baik dalam suka maupun duka. Tidak jarang kita bisa lemah imannya ketika kita dalam keadaan suka. Kita harus tetap berjaga-jaga dan mengoreksi diri kita, masihkah kita setia kepada Tuhan? Ketika apa yang kita harapkan tidak sesuai harapan, ketika doa yang kita panjatkan tak kunjung dijawab, ketika semuanya bertambah buruk, apakah kita tetap mencari wajahNya?

Kewajiban kita hidup di dunia haruslah tetap kita jalani dengan setia sebab kita tidak mengharapkan upah dari manusia tetapi dari Tuhan sendiri. Kerjakan keselamatan kita dengan setia sampai Dia datang kembali dan mendapatkan kita dalam keadaan setia. Tuhan telah membuktikan kesetiaanNya kepada kita, kini giliran kita.