Kamis, 11 Juli 2013

Setia

Ketika kita mencari pasangan hidup, pertama kali kita hanya melihat apa yang tampak dari luarnya saja, good looking atau tidak. Tidak terpikirkan bahwa nanti pasangan kita itu setia atau tidak. Padahal yang sifatnya tidak sementara yaitu setia yang terpenting. Pada saat pemberkatan, yang ditanyakan adalah kesetiaan menjalani hidup dalam suka dan duka.

Ketika kita mencari hewan peliharaan, yang sering kita cari adalah yang setia, seperti anjing. Banyak sekali film yang bercerita mengenai kisah kesetiaan anjing kepada majikannya. Bahkan anjing pun bisa lebih setia daripada manusia. Padahal kita yang disebut manusia seharusnya lebih baik kelakuannya dari pada hewan.

Kita yang sulit untuk setia, mencari yang setia, karena kita tahu kesetiaan mendatangkan keuntungan dan ketenangan. Begitu juga hubungan kita dengan Tuhan, apakah kita sudah setia kepadaNya? Dari pihak Tuhan, sudah tidak diragukan lagi kesetiaanNya. Dia berjanji sekalipun kita tidak setia, Dia tetap setia. Betapa beruntungnya kita memiliki Tuhan yang setia.

Apa yang bisa kita lakukan untuk menunjukkan kesetiaan kita kepada Dia? Pastinya dengan melakukan FirmanNya sampai akhir hidup kita. Martir Kristus telah memberikan teladan yang baik bagi kita, bahwa kadang kesetiaan menuntut harga diri kita, bahkan nyawa kita. Sanggupkah kita menunjukkan kesetiaan kita ketika keadaan begitu menakutkan, ketika nyawa kita terancam, ketika penderitaan yang kita alami tidak berkurang?

Syair lagu yang mengatakan setia, setialah, setialah sampai mati membuka mata kita bahwa tidak selamanya setia itu menyenangkan kita, bahkan lebih banyak menderitanya. Banyak hal membuat kita ingin keluar dari kungkungan, keterikatan yang sebetulnya mendatangkan kebaikan buat kita. Firman Tuhan mengikat dan mengkungkung kita demi tujuan yang baik, walaupun berat menjalaninya. Tentu saja berat sebab bukan hanya berbuat baik kepada yang baik, tapi kepada yang jahat juga, mengampuni bukan hanya kepada yang menyesal dan minta ampun, tapi kepada yang tegar tengkuk.

Dengan kekuatan sendiri, pastilah kita sudah putus asa dan depresi. Tidak mungkin kita bisa setia dengan mengandalkan kekuatan, kepandaian, kemauan apalagi keinginan kita. Kita memerlukan Roh Kudus yang menolong kita untuk tetap setia baik dalam suka maupun duka. Tidak jarang kita bisa lemah imannya ketika kita dalam keadaan suka. Kita harus tetap berjaga-jaga dan mengoreksi diri kita, masihkah kita setia kepada Tuhan? Ketika apa yang kita harapkan tidak sesuai harapan, ketika doa yang kita panjatkan tak kunjung dijawab, ketika semuanya bertambah buruk, apakah kita tetap mencari wajahNya?

Kewajiban kita hidup di dunia haruslah tetap kita jalani dengan setia sebab kita tidak mengharapkan upah dari manusia tetapi dari Tuhan sendiri. Kerjakan keselamatan kita dengan setia sampai Dia datang kembali dan mendapatkan kita dalam keadaan setia. Tuhan telah membuktikan kesetiaanNya kepada kita, kini giliran kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar