Kalau berbicara keinginan, pastinya sangat banyak keinginan kita. Keinginan tidak ada batasnya, seluas samudera raya. Tidak mengeherankan, orang yang kita lihat sudah memiliki segalanya, masih saja merasa kurang. Begitu juga kita, sebanyak apapun yang kita miliki, pasti kita menginginkan lagi dan lagi. Ada yang membatasi keinginannya karena tidak punya daya lagi dan ada juga yang memaksakan keinginannya dengan berbagai cara.
Kita tidak pernah puas, bahkan kita diharapkan berani bermimpi, berani menggantung cita-cita di langit, mengejar ilmu sampai ke ujung dunia dan terus berjuang sampai keinginan kita tercapai. Benarkah pendapat seperti itu? Ada benarnya dan ada salahnya. Benar, jika mimpi kita benar, salah, jika mimpi kita salah. Benar, jika cita-cita kita mulia bagi kemajuan bangsa, salah, kalau cita-cita kita menghancurkan manusia. Benar, jika ilmu yang kita kejar akan mendatangkan kebaikan, salah, jika ilmu yang kita kejar mengajarkan kesesatan akal budi kita.
Tidak salah dengan keinginan, jika tidak ada keinginan, maka kita sudah mati. Jika kita haus, kita ingin minum, tapi kita butuh air putih bukan air sirup. Kalau kita minum air putih, tubuh kita akan segar kembali, tetapi jika air sirup, maka ada kandungan gula yang berbahaya bagi tubuh jika berlebihan. Jadi keinginan harus berjalan bersama-sama dengan kebutuhan. Jika keinginan melebihi kebutuhan, maka kita akan sengsara.
Apa yang melebihi kebutuhan kita, maka kita tidak akan bisa bersyukur. Orang yang tidak bisa bersyukur berarti tidak menghormati Tuhan yang telah memelihara kehidupannya. Kita berbuat jahat karena keinginan kita melebihi kebutuhan kita. Semakin kita diikat oleh keinginan kita, semakin kita tidak bisa tenang hidupnya, sebab kita akan merasa tidak pernah cukup.
Keinginan boleh ada, tapi harus sesuai dengan kebutuhan kita, jika itu bisa kita terapkan dalam hidup kita, maka kita akan merasa cukup bahkan berkelimpahan sehingga kita bisa berbagi dengan sesama kita. Firman Tuhan berkata hidup kita tidak ditentukan oleh apa yang kita miliki, bahkan jika kita memiliki seluruh dunia ini, kita tetap tidak bisa menyelamatkan nyawa kita, hidup kita yang paling berharga.
Tuhan Yesus sudah menyelamatkan hidup kita, maka kita tidak memerlukan apa yang bukan menjadi kebutuhan kita. Berbahagialah kita jika hidup sesuai dengan keinginan Tuhan, bukan keinginan kita. Keinginan kita bisa membawa malapetaka, tetapi keinginan Tuhan membawa keselamatan kekal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar