Rabu, 26 November 2014

Tidak melakukan apa-apa

Pengkotbah 11:4 Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur, dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai. Kebalikan dari ayat itu, Pengkotbah 11:6 Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik.

Betapa sering kita melihat atau mendengar ada orang yang hidupnya santai sekali, cenderung malas. Hidupnya tergantung dari belas kasihan orang lain, hanya meminta-minta tanpa mau berusaha. Sementara ada yang hidupnya sangat aktif, banyak kegiatan dan sepertinya waktu ini tidak cukup untuknya.

Mereka mempunyai alasan dibalik sikap malas dan rajinnya itu. Orang malas biasanya memiliki banyak alasan untuk tidak bergerak, demikian juga orang rajin, memiliki banyak alasan untuk melakukan sesuatu.

Di kitab Pengkotbah ini, kita belajar bahwa apa yang kita tabur, itu yang akan kita tuai. Jika kita hanya bermalas-malasan dalam hidup ini, maka kita hanya mendengar cerita kesuksesan orang lain. Tapi jika kita mulai bangkit mau melakukan apa yang kita bisa lakukan, maka orang lain yang akan mendengar cerita kita.

Seperti orang yang hanya memperhatikan orang lain tanpa mau berbuat apa apa, maka hidupnya akan berlalu sia-sia. Tidak ada hasil jika tidak ada yang berusaha menghasilkannya. Orang sukses adalah orang yang melakukan sesuatu ketika orang lain tidak melakukan apa-apa dalam hidupnya.

Mungkin hasil dari yang kita kerjakan belum terlihat, namun jangan berputus asa, tetaplah bekerja dan menabur karena pasti ada hasilnya.

Kamis, 20 November 2014

Yang waras yang mengalah

Pernahkah kita mendengar Pak Jokowi berkata: Sing waras, ngalah. Waktu itu keadaan Pak Jokowi bersitegang dengan Pak Prabowo mengenai persaingan pemilihan presiden negeri kita, Indonesia. Masing-masing kubu menjagokan pilihannya dengan membeberkan kelebihan kandidatnya dan kekurangan saingannya. Baik dengan cara yang benar sampai cara yang kotor, menjurus fitnah.

Pak Jokowi memilih untuk tidak meladeni berita-berita miring mengenai dirinya dan memposisikan dirinya sebagai orang yang waras, yang masih bisa berfikir jernih untuk tidak bersikap sembrono sehingga bisa memperkeruh keadaan. Tidak ada gunanya melawan orang yang tidak waras, hanya akan merugikan diri sendiri, sebab cara berfikirnya saja berbeda, tidak mungkin akan menemukan titik temu dari perdebatan yang tidak sepadan.

Jika kita di jalan bertemu dengan orang gila yang sedang mengamuk, tindakan apa yang paling aman buat kita? Menghindari orang gila itu atau kita ikutan mengamuk supaya orang gila itu takut dengan kita? Jika kita memilih opsi pertama, maka kita masih tergolong orang waras, karena tidak terpengaruh oleh orang gila itu. Tapi jika kita memilih opsi kedua, maka bisa dipastikan kita sama dengan orang gila itu dan orang lain yang melihatnya akan menganggap kita gila beneran.

Lain hal bila kita adalah petugas keamanan, maka ketika kita melihat orang gila, kita akan segera menangkapnya dan mengembalikan orang gila itu ke asalnya, entah itu ke rumahnya atau ke rumah sakit jiwa. Kita tidak bisa melarikan diri sebab tugas kita membuat aman lingkungan kita. Kita sudah memiliki kemampuan untuk mengamankan orang gila itu dan tidak ikut mengamuk seperti orang gila itu agar orang gila itu takut.

Jadi artinya yang waras yang mengalah ini maksudnya kita tidak ikut-ikutan gila seperti orang lain yang gila. Kita yang waras berarti bisa berfikir normal untuk mengatasi keadaan yang terjadi. Dengan kemampuan yang kita miliki, kita yakin kita bisa menyelesaikan masalah dengan cara yang waras/normal. Hasilnya pun akan terlihat jelas oleh orang lain bahwa kita telah melakukan hal yang benar.

Seberapa sering kita ikut-ikutan gila karena pengaruh orang lain? Contohnya ditengah kemacetan lalu lintas, pengendara tidak sabar saling berebut jalan yang memperparah keadaan semakin macet, kendaraan yang mogok diklakson oleh pengendara lain, padahal kalo mau cepat lewat ya harus bantu dorong kendaraan yang mogok itu kan.

Jadi membalas kejahatan dengan kejahatan berarti kita orang jahat, karena kita sudah tidak waras lagi. Orang waras itu adalah orang yang tahu kebaikan dan melakukannya dan tidak mau terpengaruh dengan kejahatan orang lain. Amsal 22:3 Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah dia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka.

Selasa, 11 November 2014

Kasih setia Tuhan

Pernahkah kita merasa kalau Tuhan tidak peduli dengan hidup kita? Sepertinya kita berjalan tersendat-sendat, sementara orang lain berjalan lancar-lancar saja. Memang kita akui kalau kita tidak serius melakukan kehendak Tuhan, kita hanya memilih bagian yang mudahnya saja, yang nyaman buat kita. Tapi kita bisa berdalih kalau kesempatan itu jauh dari hidup kita sehingga kita tidak bisa berkembang. Memang kesempatan harus diraih, bukan dibiarkan lewat begitu saja.

Masing-masing kita memiliki karakter yang berbeda-beda, sesuai pemberian dari Tuhan, ada yang berani, pemalu, ragu-ragu, cuek bebek dan lain-lain. Tapi semua itu berguna dalam pandangan Tuhan dan Dia sabar menghadapi kita apa adanya, asalkan kita mau terus menerus berusaha dan berjuang melakukan yang terbaik.

Pasti kita pernah mengalami pertolongan Tuhan disaat mendesak, ketika kita tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Penulis pernah merasakan itu, ketika menyeberang jalan raya. Tanpa sengaja lampu lalu lintas belum merah, penulis langsung menyeberang mengikuti orang di depannya yang juga tidak memperhatikarn lampu lalu lintas. Ketika itu ada taxi yang datang dengan kecepatan tinggi, seolah-olah tidak mau berhenti meskipun ada orang yang menyeberang. Dalam keadaan bingung di tengah jalan, penulis merasakan ada tangan tak terlihat menarik tangan penulis sampai ke tepi jalan. Bisa dibayangkan bila tidak ada yang menarik tangan penulis, sudah pasti ditabrak taxi itu.

Pernah juga penulis membonceng ibu naik motor, ketika di tengah jalan, jalanannya tidak rata, motor oleng kesana kemari, sementara bus besar di belakang tidak mau memperlambat jalan dan menyuruh penulis meminggirkan motornya ke tepi. Waktu hampir jatuh, penulis merasakan ada tangan yang tidak terlihat memegang tangan penulis dan mengarahkan arah setir untuk menepi sehingga terhindar dari tabrakan dengan bus itu.

Belum sampai disitu, ketika penulis sakit keras sehingga berjalan oleng, tetapi ada tangan tak terlihat menuntun penulis sampai di rumah dengan selamat. Hal-hal ajaib tidak bisa dijelaskan dengan teori manusia sebab Tuhan yang melakukannya dengan kuasaNya.

Ketika kita mengalami pertolongan Tuhan, bukankah kita akan berbahagia karena kita merasa Tuhan membela kita? Tetapi ketika kita mengalami kecelakaan, kemalangan yang benar-benar terjadi dalam hidup kita, dapatkah kita berbahagia juga? Suka duka akan selalu mewarnai hidup kita, kitalah yang bisa merespon untuk berbahagia atau bersungut-sungut.

Tuhan tetap baik dan Dia yang tahu yang terbaik buat kita. Meskipun kita jatuh bangun, kita bisa mempercayai bahwa Tuhan itu baik. NyawaNya saja Dia berikan buat kita, apalagi yang mau kita minta dariNya? . Yang kita butuhkan hanyalah keselamatan jiwa kita dan Dia sudah berikan buat kita ketika kita percaya dan menerimaNya sebagai Juru Selamat kita. Perjalanan kita yang sementara ini di dunia adalah perjalanan untuk melakukan apa yang Dia mau dan Dia akan selalu menyertai kita.

Apa yang dia mau agar kita menuruti FirmanNya. Filipi 4 ayat 8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semua itu.

Jika kita belum bisa menciptakan kebaikan, maka dukunglah mereka yang sudah memulainya.