Senin, 02 Maret 2015

Ketika berputus asa

Bisakah anak Tuhan berputus asa? Tentu saja bisa, tetapi apa dasarnya untuk berputus asa? Seringkali kita melihat masalah yang tidak selesai selesai sebagai alasan untuk menyalahkan Tuhan. Kita bersikap seolah olah kita sudah benar dan Tuhan yang salah. Apakah benar begitu?

Kita bisa melihat peristiwa yang terjadi kepada bangsa Israel dalam pengembaraannya di padang gurun di Bilangan 11. Bangsa ini mengeluh akan makanan manna yang Tuhan kirimkan setiap pagi. Mereka mengungkit-ungkit masa lalu ketika di Mesir, mereka bisa makan makanan enak. Benarkah mereka hidup enak di Mesir?

Jika mereka hidup enak di Mesir, mengapa waktu itu mereka berteriak-teriak meminta kemerdekaan dari penjajahan Mesir. Keluaran 2:23-25
23. Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah.
24. Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub.
25. Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka.

Bangsa ini tidak berterima kasih kepada Tuhan yang membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir, padahal Tuhan menjaga mereka senantiasa di padang gurun dengan tiang awan dan tiang api. Musa pun akhirnya terkena dampaknya dari persungutan bangsa ini, sehingga Musa lelah, kesal dan putus asa. Musa marah kepada Tuhan yang telah memilih dia untuk memimpin bangsa ini menuju tanah perjanjian.

Bilangan 11:10-15
10. Ketika Musa mendengar bangsa itu, yaitu orang-orang dari setiap kaum, menangis di depan pintu kemahnya, bangkitlah murka TUHAN dengan sangat, dan hal itu dipandang jahat oleh Musa.
11. Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: "Mengapa Kauperlakukan hamba-Mu ini dengan buruk dan mengapa aku tidak mendapat kasih karunia di mata-Mu, sehingga Engkau membebankan kepadaku tanggung jawab atas seluruh bangsa ini?
12. Akukah yang mengandung seluruh bangsa ini atau akukah yang melahirkannya, sehingga Engkau berkata kepadaku: Pangkulah dia seperti pak pengasuh memangku anak yang menyusu, berjalan ke tanah yang Kaujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyangnya?
13. Dari manakah aku mengambil daging untuk diberikan kepada seluruh bangsa ini? Sebab mereka menangis kepadaku dengan berkata: Berilah kami daging untuk dimakan.
14. Aku seorang diri tidak dapat memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa ini, sebab terlalu berat bagiku.
15. Jika Engkau berlaku demikian kepadaku, sebaiknya Engkau membunuh aku saja, jika aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, supaya aku tidak harus melihat celakaku."

Musa yang lemah lembut hatinya pun bisa marah kepada Tuhan dan tidak bisa perpikir jernih lagi. Musa menganggap dirinya sendiri yang menanggung tanggung jawab bangsa ini. Tentu saja tidak seorang pun sanggup memimpin bangsa yang besar ini seorang diri, lagipula Musa dipilih Tuhan, bukan Musa yang memilih menjadi pembebas bangsa Israel dari perbudakan. Musa sudah menolak panggilan ini, tetapi Tuhan memaksa, Keluaran 4 mencatatnya.

Akhirnya apa yang Musa khawatirkan terbukti, dia merasa gagal dan marah kepada Tuhan. Musa menjadi lupa bahwa Tuhan yang sama telah membuat banyak mujizat pada waktu bangsa Israel keluar dari Mesir, bahkan sampai waktu Musa marah, Tuhan tetap melakukan mujizatnya, salah satunya mengirim manna di padang gurun, tidak mungkin terjadi menurut pikiran manusia.

Tuhan yang maha kasih tidak terpengaruh dengan marahnya Musa, Dia tetap membuktikan kuasaNya, walaupun Musa meragukannya. MujizatNya tetap terjadi.  Keluaran 11:21-23 
21. Tetapi kata Musa: "Bangsa yang ada bersama aku ini berjumlah enam ratus ribu orang berjalan kaki, namun Engkau berfirman: Daging akan Kuberikan kepada mereka, dan genap sebulan lamanya mereka akan memakannya!
22. Dapatkah sekian banyak kambing domba dan lembu sapi disembelih bagi mereka, sehingga mereka mendapat cukup? Atau dapatkah ditangkap segala ikan di laut bagi mereka, sehingga mereka mendapat cukup?"
23. Tetapi TUHAN menjawab Musa: "Masakan kuasa TUHAN akan kurang untuk melakukan itu? Sekarang engkau akan melihat apakah firman-Ku terjadi kepadamu atau tidak!"

 Jika peristiwa ini diaplikasikan dalam hidup kita sehari-hari, maka kita pun sering bertindak seperti bangsa Israel yang suka bersungut-sungut atau seperti Musa yang putus asa karena keadaan yang menghimpitnya. Kita berpikir Tuhan melimpahkan semua masalah kepada kita supaya kita binasa, padahal kita tidak pernah sendiri menghadapi masalah. Walaupun Tuhan tidak kelihatan secara kasat mata, namun Dia ada bersama kita dan tidak ada yang mustahil bagiNya.

Ingatlah janji Tuhan ketika kita dalam kesesakan hidup dan jangan berputus asa sebab Tuhan setia dan Dia selalu siap untuk ditemui oleh kita kapan saja, dimana saja. Jangan hadapi masalah seorang diri, kita tidak akan mampu, tapi hadapi bersama Tuhan yang sanggup memberikan jalan keluar yang terbaik.

Korintus 10:13  Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar