Senin, 29 Juni 2015

Berani hidup

Banyaknya persoalan hidup membuat orang putus asa dan takut menghadapi hidup ini. Sebagian orang memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, bahkan mengajak orang lain untuk bunuh diri bersama- sama. Bermacam-macam alasan untuk bunuh diri, misalnya sakit yang tidak kunjung sembuh, tekanan hidup, putus cinta, kekurangan materi, penolakan dari lingkungan, ajaran sesat dan lain sebagainya.

Intinya bunuh diri menurut mereka yang melakukannya adalah jalan pintas atau terbaik untuk menghindari persoalan hidup ini. Apakah benar demikian?

Bukan keinginan kita semata untuk dilahirkan di dunia ini. Kita ada karena Tuhan berencana kita ada dan Dia memiliki tujuan untuk kita lakukan dalam hidup ini. Apa pun yang terjadi dalam hidup kita, Tuhan tetap beserta kita. Itu pun kalau kita tidak melarikan diri atau berontak dari pimpinanNya. Kita harus menyelesaikan tugas kita sampai Tuhan sendiri yang menjemput kita pulang ke rumahNya. Bisa saja kematian menjemput dengan cara yang menurut kita tidak wajar, seperti kecelakaan, sakit penyakit dan kesedihan yang mendalam.

Setidaknya kita sudah menjaga diri kita dengan makanan sehat, menjauhi marabahaya dan menjaga keseimbangan hidup. Kematian tidak usah kita cari, karena kematian yang akan mencari dan mendatangi kita, jika waktunya tiba. Urusan kita sekarang adalah apa yang kita kerjakan di dunia ini selama kita hidup. Kita tidak takut mati karena kita tahu, mati adalah keuntungan, bertemu dengan Tuhan langsung ( tentu saja kalau hidup kita bertanggung jawab ) dan kita seharusnya tidak takut hidup, walaupun kenyataannya hidup ini tidak mudah.

Hidup di dunia ini bukan sekedar hidup seadanya, tapi hidup yang memuliakan Tuhan.
1Pet1:13-19
13. Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus.
14. Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,
15. tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,
16. sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
17. Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.
18. Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
19. melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

Seorang pemenang bukan hanya berani mati tetapi juga berani hidup.

Senin, 22 Juni 2015

Pengampunan

Berbicara mengenai keselamatan berarti berbicara mengenai pengampunan. Kita telah berdosa artinya kita melakukan kesalahan dengan tidak mentaati perintahNya, kita meminta maaf atas kesalahan kita kepada Tuhan. Namun permohonan maaf kita tidak berlaku jika tidak melalui Tuhan Yesus sebab tanpaNya kita tidak menyadari kesalahan kita, mana mungkin kita minta maaf. Orang yang tidak percaya Tuhan Yesus mungkin menyadari kesalahannya tetapi mencoba dengan usahanya sendiri untuk memperbaiki kesalahannya. Bisa dipastikan orang yang mengandalkan kekuatannya pasti putus asa dan tidak akan menemukan pengampunan. Hidupnya selalu dikejar-kejar oleh rasa bersalahnya atau kalau sudah dibiarkan terus menerus, maka dia akan terbiasa dengan dosa dan bahkan menikmatinya. Dia hanya akan takut melakukan kesalahan karena ada hukum di dunia yang masih berlaku. Hanya itu.

Berbeda dengan kita yang percaya kepada Tuhan Yesus, kita yang membawa dosa kita seperti perumpamaan orang yang berhutang, Mat 18:23-35
23. Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya.
24. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta.
25. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya.
26. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.
27. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.
28. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu!
29. Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.
30. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.
31. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka.
32. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku.
33. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?
34. Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.
35. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."

kita adalah orang yang berhutang sepuluh ribu talenta, nilai yang besar yang tidak mungkin kita bayar, tetapi kita beroleh pengampunan/pelunasan dari hutang dosa kita yang besar itu secara cuma cuma karena kita memohon pengampunan kepada Tuan kita. Namun Tuan kita pun menyuruh kita bersikap sama kepada sesama kita yang berhutang/bersalah kepada kita. Sebab kita tidak mungkin bisa menyelamatkan jiwa kita sendiri apalagi menyelamatkan jiwa orang lain. Keselamatan nilainya sangat besar dan kesalahan orang lain tidaklah sebanding dengan keselamatan kita.

Sebab itu hutang kita lebih besar daripada apa yang orang lain telah lakukan kepada kita. Orang lain mungkin hanya bisa menyakiti hati, mencuri harta benda atau membunuh tubuh kita tapi tidak bisa mengambil keselamatan yang Tuhan sudah berikan kepada kita. Ketika Petrus bertanya berapa kali harus mengampuni kesalahan orang lain dengan memberikan batasann jumlahnya, maka Tuhan menggenapi jumlahnya dengan angka sempurna, tidak terhitung lagi. Artinya tidak ada alasan untuk kita tidak mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Mat 18:21-22
21. Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"
22. Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.

Bahkan dalam doa yang diajarkan Tuhan Yesus dalam Doa Bapa Kami, lebih tegas lagi perintah untuk mengampuni. Mat 6:12  12. dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;
Terlihat seperti sebuah persyaratan bahwa pengampunan  hanya diberikan bagi orang yang memberikan pengampunan kepada sesamanya.

Hal terbesar yang dilakukan Tuhan Yesus di kayu salib, yang salah satunya menggetarkan hati seorang penjahat di sebelahNya sehingga dia percaya kepadaNya, ketika Dia berkata, Luk 23:34
34. Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.

Jika Tuhan Yesus saja mau mengampuni kita, masakan kita tidak mau mengampuni sesama kita. Apakah kita lebih hebat dariNya? Mar 11:25
 25. Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu."

Memang bukan pekerjaan yang mudah untuk mengampuni orang lain, tetapi ingatlah apa yang Tuhan telah lakukan lebih dulu buat kita, maka kita akan sanggup melakukannya. Pengampunan mendatangkan kelegaan, sukacita, kemerdekaan dari sakit hati, kecewa, kepahitan hati yang dapat membunuh hati nurani.


Jumat, 12 Juni 2015

Baptis selam

Bagi kalangan kristen, terdapat beberapa macam baptisan, yaitu tanda orang percaya kepada Tuhan Yesus, misalnya secara selam, percik, dikibar bendera dan mungkin ada lagi yang lain. Untuk baptisan selam biasanya dilakukan kepada orang yang sudah dewasa, maksudnya dia sudah belajar dan mengerti bahwa Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah satu yang dikenal dengan nama Tuhan Yesus Kristus, yang melaluiNya ada keselamatan kekal dan siap menjadi pengikutNya.

Bagi yang menerima baptisan percik, biasanya dilakukan ketika bayi, baru sesudah besar, sekitar umur 15 tahun, dia akan menerima sidi, yaitu pelajaran tentang keselamatan kekal di dalam Tuhan Yesus Kristus. Baptisan ketika bayi, diasumsikan ketika Tuhan Yesus selama pelayananNya pernah memberkati anak-anak. Berbeda dengan baptis selam yang dilakukan ketika dewasa, maka ketika bayi, anak mengikuti acara penyerahan anak ke pendeta untuk didoakan supaya anak itu bertumbuh dalam kasih sayang Tuhan Yesus dan bimbingan orang tua.

Terlepas mana baptisan yang lebih tepat sesuai Alkitab sebagai acuannya, maka beberapa ayat ini bisa dijadikan pegangan, walaupun rasanya bentuk baptisan tidak mempengaruhi keselamatan kekal kita sebagai orang yang percaya kepada Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus. Bisa saja seseorang yang percaya Tuhan Yesus tapi belum sempat dibaptis, keburu meninggal dunia, kita percaya dia tetap selamat  kan.

1. Baptisan disertai pengajaran adalah perintah dari Tuhan Yesus sendiri ketika Dia terangkat ke Sorga, Mat 28:19-20
19. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
20. dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

2. Baptisan dengan media air seperti yang dilakukan Tuhan Yesus melalui Yohanes Pembaptis, Mat 3:16 16. Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya,

3. Penyerahan anak tanpa baptisan dilakukan Tuhan Yesus dalam pelayananNya, Mat 19:13-15
13. Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.
14. Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga."
15. Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan kemudian Ia berangkat dari situ.

4. Baptisan selam memiliki makna kita telah dikuburkan bersamaNya dalam baptisan kematian akan dosa, supaya kita dibangkitkan dalam kemuliaanNya, Rom 6:2-5
2. Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?
3. Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?
4. Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.
5. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.

Mungkin masih ada lagi makna dari baptisan selam,  bukan baptisan yang menyelamatkan kita, hanya Tuhan Yesus yang menyelamatkan dan sebagai pengikutNya, kita meneladani apa yang dilakukanNya. Perbedaan liturgi bisa terjadi, tetapi kita tetap satu iman di dalam Tuhan Yesus Kristus dan hendaklah kita bermegah hanya di dalam namaNya, seperti kisah Paulus dalam pelayanannya 1Kor 1:10-31
10. Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.
11. Sebab, saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan oleh orang-orang dari keluarga Kloe tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu.
12. Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus.
13. Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?
14. Aku mengucap syukur bahwa tidak ada seorangpun juga di antara kamu yang aku baptis selain Krispus dan Gayus,
15. sehingga tidak ada orang yang dapat mengatakan, bahwa kamu dibaptis dalam namaku.
16. Juga keluarga Stefanus aku yang membaptisnya. Kecuali mereka aku tidak tahu, entahkah ada lagi orang yang aku baptis.
17. Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itupun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia.
18. Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.
19. Karena ada tertulis: "Aku akan membinasakan hikmat orang-orang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak akan Kulenyapkan."
20. Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan?
21. Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.
22. Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,
23. tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,
24. tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.
25. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia.
26. Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang.
27. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat,
28. dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti,
29. supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.
30. Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita.
31. Karena itu seperti ada tertulis: "Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan."