Kamis, 27 Oktober 2016

Pembagian Alkitab

Sebagian besar orang Kristen pasti hanya mengetahui bahwa Alkitab terdiri dari 66 kitab dan dibagi dalam 39 Perjanjian Lama dan 27 Perjanjian Baru. Perjanjian Lama adalah bagian kitab pertama dari Alkitab KKristen yang berisi kumpulan tulisan keagamaan karya bangsa Israel kuno. Sedang Perjanjian Baru merupakan bagian kitab dalam Alkitab Kristen yang berisi tentang ajaran-ajaran dan pribadi Yesus serta berbagai peristiwa dalam kekristenan di abad ke-1. Kedua kitab inilah yang umumnya dipercayai umat Kristen.
Tetapi tahukah Anda, ternyata baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dibagi lagi ke dalam beberapa bagian utama. Untuk lebih jelasnya dijabarkan seperti di bawah ini.
1) Perjanjian Lama
Berdasarkan isi dan gaya penulisannya, kitab ini dibagi kembali dalam 5 bagian utama, yaitu:
5 Kitab Taurat
Kejadian Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan
1 Kitab Sejarah
Yosua, Hakim-hakim, Rut, 1 Samuel, 2 Samuel, 1 Raja-Raja, 2 Raja-Raja, 1 Tawarikh, 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ester
5 Kitab Puisi
Ayub Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung
5 Kitab Nabi-Nabi Besar
Yesaya Yeremia, Ratapan, Yehezkiel, Daniel
1 Kitab Nabi-Nabi Kecil
Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi

2) Perjanjian Baru
Sementara itu, dalam Perjanjian Baru dibagi kembali menjadi 4 bagian utama yaitu:
4 Kitab Injil
Matius Markus, Lukas, Yohanes
1 Kitab Sejarah
Kisah Para Rasul
2 Surat-Surat Rasuli
9 surat ditujukan kepada Jemaat sesuai dengan nama kotanya yaitu: Roma, 1 Korintus, 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 Tesalonika, 2 Tesalonika
4 surat kepada pribadi atau pastoral sesuai dengan namanya yaitu 1 Timotius, 2 Timotius, Titus dan Filemon
1 surat untuk Ibrani
7 surat rasuli yang diberi nama sesuai penulisnya yaitu Yakobus, 1 Petrus, 2 Petrus, 1,2,3 Yohanes, dan Yudas
1 kitab Wahyu
Penjelasan di atas tentu saja berkaitan dengan urutan penulisan dalam Alkitab. Coba diperiksa, benarkah urutan penulisan Alkitab persis sama dengan pembagian di atas. 

Copas dari jawaban.com

Jumat, 21 Oktober 2016

Kitab Pengkotbah

Pengkotbah 12:13
Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintahNya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.

Kitab Pengkotbah disebut kitab kebijaksaan, menggambarkan realita hidup, ada yang baik dan buruk. Di dalamnya terkesan penulis pesimis menghadapi hidup ini, namun pesannya adalah mawas diri. Jika orang benar bisa mengalami malapetaka, maka orang jahat terlebih lagi. Walaupun ada yang menabur kejahatan tapi menuai kebaikan, itu bukan bagian kita untuk menghakimi. Baik dan jahat dinilai oleh Allah sendiri, supaya kita berjaga-jaga agar tidak terjebak dalam kemunafikan, yaitu salah tapi menganggap diri benar.

Jika apa yang kita usahakan yang baik bisa keliatannya sia-sia, maka tetaplah berusaha, sebab segala perbuatan kita akan kita pertanggungjawabkan kepada Allah pada akhirnya. Jangan menganggap diri sendiri bijak jika hidup tidak takut Tuhan. Kita mampu bertahan hidup benar karena kekuatan dari Tuhan, diluar itu hanya pura-pura benar, pasti suatu saat akan kelihatan jahatnya. Tidak mungkin kita bisa hidup benar jika kita hidup menurut kehendak diri sendiri, pasti akan tersesat, salah jalan, berakhir pada penyesalan.

Pilihan hidup ada di tangan kita, mau menuruti kehendak Allah atau diri sendiri? Akibat dari pilihan kita akan kita tuai. Realita hidup pasti kita hadapi, susah, senang, sehat, sakit, tanpa membeda-bedakan orang jahat atau baik, semua mengalaminya. Respon kitalah yang membedakan kita dengan orang lain. Jika kita sedang beruntung, berhasil, maka kita bersyukur dan menyadari bahwa itu semua penyertaan Allah dalam hidup kita, jangan takabur untuk menyombongkan diri sendiri. Begitupun ketika kita susah, menderita, malang, maka kita bisa belajar dari pengalaman itu agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dan percaya bahwa Allah tidak meninggalkan kita dan akan membuat kita berani menjalani hidup, jangan bersungut-sungut dan menyalahkan Allah bahwa Dia jahat dan tidak peduli kita.

Kesimpulannya jika kita senang, Allah sedang tersenyum kepada kita, ketika kita susah, Allah sedang merindukan kita karena mungkin kita sudah tidak mengindahkanNya.

Rabu, 19 Oktober 2016

Perbuatan baik dan benar

Keselamatan jiwa kita terima bukan karena usaha kita, tapi pemberian Allah kepada kita yang percaya kepada karya penebusanNya. Perbuatan baik kita tidak mungkin mencapai standar Allah agar dapat masuk dan tinggal bersamaNya. Jadi kita tidak dapat membanggakan perbuatan baik kita, apalagi perbuatan jahat. Jika demikian, apakah kita perlu berbuat baik? Toh keselamatan tidak ditentukan oleh perbuatan baik kita, tetapi anugerah Allah. Kita cukup percaya dengan hati dan mulut mengaku bahwa Yesus adalah Juruselamat kita, ya sudah itu saja, tidak usah bersusah susah berbuat baik, nanti masuk Surga juga.

Benarkah bahwa keselamatan kita begitu mudahnya dan murahnya? Kalau demikian, mengapa Yesus mengajarkan tentang pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik?
17. Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.
18. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.
19. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.


44. Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur.
6. Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya.
7. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!

Ternyata ada pohon yang menghasilkan buah yang baik, tidak baik dan tidak berbuah sama sekali. Pohon yang menghasilkan buah yang tidak baik dan tidak berbuah sama sekali akan dibuang/ditebang/sia-sia. Pohon menggambarkan kehidupan kita yang diharapkan akan menghasilkan buah agar dapat dilihat dan dinikmati oleh orang lain. Buah apakah yang diharapkan oleh Allah? Paulus menjelaskannya di  Galatia 5
22. Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
23. kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

Tentu saja buah Roh yang diharapkan sebab kita tidak boleh mengikuti keinginan daging, sebab bertentangan dengan hukum Allah.


6. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.
7. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.
16. Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.
17. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.
24. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.

Jadi kita tidak bisa menjalani hidup ini dengan seenak-enaknya kita, sebab ada tegoran jika kita tidak hidup sesuai dengan kehendak Allah. Jika kita tidak mendisiplinkan diri kita untuk melakukan kehendakNya, maka kita aka menyesal pada akhirnya, karena kita bisa menghujat Allah dan akibatnya kita binasa.


29. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal."

Bagaimana mungkin kita diselamatkan jika kita menghujat Allah yang menjamin keselamatan kita? Menghujat Roh Kudus, yang adalah materai ketika kita menerima keselamatan di dalam Yesus artinya kita menghina anugerah Allah, pastinya kita tidak akan selamat.  Perbuatan baik merupakan respon kita menghargai karya keselamatan Allah. Kita berbuat baik karena Allah baik, kita adalah saksi Allah untuk hidup sebagai anak terang sehingga orang lain yang belum percaya kepada Allah boleh melihat kasih Allah terpancar melalui hidup kita yang baik.

Begitulah, pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik, apakah kita sudah menjadi pohon yang berbuah baik? Allah yang baik, Bapa yang baik, pasti rindu anak-anakNya menjadi anak yang baik.

Senin, 17 Oktober 2016

Mengapa keselamatan jiwa itu penting?

Ketika kita ditanya, mengapa kita percaya Yesus Kristus, maka biasanyanya kita menjawab sebab melalui Yesus Kristus kita mendapatkan keselamatan jiwa yang kekal. Kita percaya bahwa hanya melalui Yesus, kita dapat selamat. Bagaimana jika kita tidak percaya kepada Yesus Kristus? Apakah hanya Yesus yang bisa menjamin keselamatan jiwa kita? Apakah tidak ada cara lain?

Kita percaya setelah kita mati, ada kehidupan lain yang akan kita jalani, yaitu kehidupan kekal atau kematian kekal. Kita kembali ke asal muasal kita pertama kali diciptakan oleh Allah, yaitu hidup bersama denganNya di alam kekekalan. Karena manusia jatuh ke dalam dosa, maka kita menerima hukuman dosa yaitu kematian. Manusia berdosa hidup menurut kehendak Iblis, bapa pendusta, dengan rayuan mautnya kita tidak berdaya dan tidak pernah berinisiatif untuk kembali lagi kepada Allah.

Allahlah yang berinisiatif untuk mengembalikan kita ke dalam hidup yang kekal. Sejak Allah menciptakan manusia, ada Roh Allah yang dihembuskan ke dalam diri manusia. Maka ada keterikatan antara Allah dengan manusia, sehingga Allah tidak bisa membiarkan manusia selamanya hidup dalam dosa. Sebab dosalah yang memisahkan Allah dengan manusia. Allah rindu bersekutu dengan manusia dan manusia merasa ada kehampaan di dalam hatinya, yang tidak bisa diisi oleh apapun yang ada di dunia.

Manusia berusaha mencari cara untuk mengisi kekosongan hatinya dengan berbagai cara yang bisa dilakukan, namun tidak pernah bisa. Iblis dengan tipuannya, menawarkan kesenangan dunia agar manusia tetap menjadi budaknya. Iblis telah berhasil menipu manusia pertama di Taman Eden dan sampai sekarang pun dia tetap menipu kita semua agar kita tidak pernah kembali kepada Allah. Iblis berusaha agar kita putus asa, ketakutan, tertekan sehingga kita tidak peduli lagi kepada Allah, bahkan sampai pada tahap menghujat dan membenci Allah.

Iblis sumber kekacauan dalam rencana Allah yang baik bagi manusia. Manusia tidak berdaya mempertahankan kesadaran dirinya jika Roh Allah tidak ada di dalam dirinya. Roh Allah yang menyadarkan kita bahwa Allah mengasihi kita dan mau kita kembali bersekutu dengan Dia. Kita berasal dari Allah dan sepatutnya kita kembali kepadaNya. Tanpa Allah, kita binasa dan menerima kematian kekal bersama Iblis di neraka. Keterpisahan manusia dengan Allah adalah kematian dan kebinasaan. Sebagaimana ikan hidup di air, jika ikan hidup di darat, maka ikan akan sangat menderita dan akan mati.

Itulah mengapa keselamatan jiwa begitu penting, dan misi Allah menyelamatkan kita dengan merelakan diriNya, mengambil wujud manusia yang tidak berdosa, mati sebagai penebus dosa kita, agar kita beroleh jalan untuk kembali kepada Allah. Sementara kita hidup di dunia, kita masih memiliki keinginan daging yang menyeret kita untuk menyangkal Allah dan mengikut Iblis. Namun kasih Allah dengan adanya Roh Kudus di dalam hati kita, sebagai perwujudan Allah sendiri, yang tidak pernah meninggalkan kita, akan selalu menyadarkan kita agar ingat bahwa perjuangan kita melawan keinginan daging ada batasnya. Akan tiba waktunya kita akan terbebas dari dunia ini dan kembali kepada Allah.

Sebab itu kita bersekutu dengan sesama orang percaya agar kita saling menguatkan dan menasihati supaya jangan ada yang terhilang, kembali lagi kepada tipu daya Iblis. Bahkan kita memiliki misi Allah agar kita pun menyadarkan sesama manusia yang masih terikat oleh Iblis supaya mereka pun percaya bahwa keselamatan jiwa itu penting untuk dikejar, diusahakan sampai akhir. Mengapa perlu dikejar dan diusahakan, karena Iblis tidak tinggal diam dan tidak rela jika kita tidak menjadi miliknya lagi. Iblis akan terus berusaha menarik kita kembali dengan cara apapun, baik kesenangan dunia, tekanan hidup, pengajaran sesat dan pemberontakan kepada Allah dengan tidak menaati FirmanNya.

Ingatlah kesempatan hidup hanya satu kali dan tidak akan terulang lagi. Jangan pernah lepaskan milik kita yang pernah direbut Iblis, yaitu keselamatan jiwa kita  di alam kekekalan. Dunia dan seisinya tidak dapat menyelamatkan nyawa kita, hanya Yesus yang bisa.

Mat 16:26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?