Jumat, 21 Oktober 2016

Kitab Pengkotbah

Pengkotbah 12:13
Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintahNya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.

Kitab Pengkotbah disebut kitab kebijaksaan, menggambarkan realita hidup, ada yang baik dan buruk. Di dalamnya terkesan penulis pesimis menghadapi hidup ini, namun pesannya adalah mawas diri. Jika orang benar bisa mengalami malapetaka, maka orang jahat terlebih lagi. Walaupun ada yang menabur kejahatan tapi menuai kebaikan, itu bukan bagian kita untuk menghakimi. Baik dan jahat dinilai oleh Allah sendiri, supaya kita berjaga-jaga agar tidak terjebak dalam kemunafikan, yaitu salah tapi menganggap diri benar.

Jika apa yang kita usahakan yang baik bisa keliatannya sia-sia, maka tetaplah berusaha, sebab segala perbuatan kita akan kita pertanggungjawabkan kepada Allah pada akhirnya. Jangan menganggap diri sendiri bijak jika hidup tidak takut Tuhan. Kita mampu bertahan hidup benar karena kekuatan dari Tuhan, diluar itu hanya pura-pura benar, pasti suatu saat akan kelihatan jahatnya. Tidak mungkin kita bisa hidup benar jika kita hidup menurut kehendak diri sendiri, pasti akan tersesat, salah jalan, berakhir pada penyesalan.

Pilihan hidup ada di tangan kita, mau menuruti kehendak Allah atau diri sendiri? Akibat dari pilihan kita akan kita tuai. Realita hidup pasti kita hadapi, susah, senang, sehat, sakit, tanpa membeda-bedakan orang jahat atau baik, semua mengalaminya. Respon kitalah yang membedakan kita dengan orang lain. Jika kita sedang beruntung, berhasil, maka kita bersyukur dan menyadari bahwa itu semua penyertaan Allah dalam hidup kita, jangan takabur untuk menyombongkan diri sendiri. Begitupun ketika kita susah, menderita, malang, maka kita bisa belajar dari pengalaman itu agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dan percaya bahwa Allah tidak meninggalkan kita dan akan membuat kita berani menjalani hidup, jangan bersungut-sungut dan menyalahkan Allah bahwa Dia jahat dan tidak peduli kita.

Kesimpulannya jika kita senang, Allah sedang tersenyum kepada kita, ketika kita susah, Allah sedang merindukan kita karena mungkin kita sudah tidak mengindahkanNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar