I Timotius 4:12
Janganlah seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.
Seorang pengendara motor tampak ragu-ragu, menoleh ke kanan ke kiri, akhirnya dengan nekat dia melawan arus jalan raya lalu berbelok di putaran. Rupanya dia mau berputar arah tetapi jalan menuju putaran masih jauh jika dia mengikuti arah lalu lintas yang benar. Sepertinya bukan hanya dia saja yang melawan arus, tapi beberapa motor, sepeda, bajaj ikut meramaikan pelanggaran berjamaah itu. Sudah lumrah pemandangan seperti itu kita temui di jalan raya yang ramai.
Orang tidak peduli lagi dengan peraturan lalu lintas yang dibuat agar semua pengguna jalan bisa tertib dan aman menggunakannya. Tidak peduli dengan keselamatan diri sendiri, apalagi keselamatan orang lain. Hanya memikirkan kepentingan diri sendiri. Alih-alih mempersingkat waktu perjalanan, jika apes, terjadi kecelakaan akibat melanggar lalu lintas. Seringkali bukan hanya pelaku yang mengalami kerugian tapi orang yang sudah taat peraturan terkena getahnya, ikut celaka.
Tidak tegasnya dan kurangnya aparat keamanan lalu lintas dalam berjaga-jaga membuat tidak jeranya para pelanggar lalu lintas tersebut. Peraturan yang dibuat dianggap angin lalu saja. Kita mungkin mau mulai taat peraturan, tetapi kenyataan di jalanan kadang-kadang membahayakan kita sendiri jika kita tidak mengikuti peraturan/hukum jalanan yang dianut sebagian besar pengguna jalan raya. Tidak sabarnya pengguna jalan, ingin cepat sampai tujuan masing-masing, semakin sempitnya jalanan yang digunakan beramai-ramai membuat semakin ruwetnya jalanan. Asal bisa mengendara kendaraan saja tidak cukup, tapi kita perlu keahlian untuk bermanuver jika dalam keadaan mendesak.Jika kita sering berkendara, maka kita akan tahu apa maksudnya bermanuver.
Ilmu berkendara harus dipraktekan sesering mungkin jika kita ingin mahir. Pengalaman di jalan tidak ada di kamus mana pun yang bisa dipelajari hanya melalui teori saja. Kita harus learning by doing, practice make prefect.
Namun sebenarnya kita bisa taat pada peraturan jika peraturan ditegakkan setegak-tegaknya. Peraturan/hukum dibuat untuk ditaati bukan dilanggar. Hal ini harus ditegaskan, dipaksa untuk dilaksanakan bahkan harus, jika kita ingin melihat semua orang taat hukum demi kebaikan kita bersama. Hal-hal kecil jika dibiarkan dilanggar, maka akan merembet makin besar. Kapal yang bocor masih skala kecil, harus segera ditambal, sebelum makin besar kebocorannya dan akan menenggelamkan seluruh kapal. Sikap cuek dan masa bodo harus kita hilangkan karena kita sendiri yang akan menderita dan mengalami kerugian.
Dalam segala hal, kita tidak boleh membiarkan yang tidak benar menjadi kebiasaan. Kita tidak bisa membiasakan diri dalam hal yang tidak benar dan kita bisa memulainya dari diri kita sendiri. Dengan hikmat dan pertolongan Tuhan Yesus, Sang Sumber Segala Hikmat, kita dimampukan untuk berbuat benar dan menjadi teladan yang benar bagi orang lain.
Ora et labora
Senin, 12 November 2018
Kamis, 08 November 2018
Sinterklas dan Pit Hitam
Yesaya 9:5
Sebab seorang anak telah lahir bagi kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada diatas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
Ketika bel istirahat berdering, kami semua, murid TK berhamburan ke halaman sekolah yang menghadap ke jalan raya. Seberang sekolah kami, ada sekolah TK juga dan terlihat sebuah mobil minibus parkir di depannya. Keluarlah Sinterklas dengan karung yang berisi hadiah, disambut anak-anak TK dengan ceria. Kami hanya dapat memandang dari seberang jalan dengan tatapan iri, andaikan sekolah kami bisa mengundang Sinterklas, betapa senangnya kami dapat hadiah dan makanan darinya. Namun kecerian anak-anak itu tidak berlangsung lama, karena Sinterklas tidak datang seorang diri. Dia membawa Pit Hitam dengan karung hitamnya juga. Sontak, anak-anak menjadi ketakutan, mereka berteriak dan berlari berhamburan, bagaikan melihat hantu.
Sebab seorang anak telah lahir bagi kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada diatas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
Ketika bel istirahat berdering, kami semua, murid TK berhamburan ke halaman sekolah yang menghadap ke jalan raya. Seberang sekolah kami, ada sekolah TK juga dan terlihat sebuah mobil minibus parkir di depannya. Keluarlah Sinterklas dengan karung yang berisi hadiah, disambut anak-anak TK dengan ceria. Kami hanya dapat memandang dari seberang jalan dengan tatapan iri, andaikan sekolah kami bisa mengundang Sinterklas, betapa senangnya kami dapat hadiah dan makanan darinya. Namun kecerian anak-anak itu tidak berlangsung lama, karena Sinterklas tidak datang seorang diri. Dia membawa Pit Hitam dengan karung hitamnya juga. Sontak, anak-anak menjadi ketakutan, mereka berteriak dan berlari berhamburan, bagaikan melihat hantu.
Kami pun saling berpandangan satu dengan yang lain, tatapan
iri kami segera berubah menjadi gelak tawa melihat pemandangan yang menurut
kami lucu. Iri hati kami berubah menjadi kelegaan, untung sekolah kami tidak
mengundang dua mahluk itu. Betapa repotnya kami jika mereka datang, kami, anak
nakal di sekolah, pastilah akan dimasukkan ke karung oleh Pit Hitam itu. Kami
tidak tahu mau kemana kami akan bersembunyi, karena sekolah kami adalah gedung
tua milik Belanda yang kami anggap angker. Kalaupun kami harus ke toilet, maka
kami sebisa mungkin melakukannya tidak seorang diri karena beredar
cerita-cerita menakutkan di sekolah kami.
Walaupun akhirnya kami tahu bahwa tidak mungkin Pit Hitam
membawa anak-anak nakal di karungnya, mereka berdua hanya ingin mendidik
anak-anak menurut versi mereka supaya anak-anak menjadi anak-anak baik. Anak baik
akan mendapat hadiah dan anak nakal akan mendapat hukuman. Kami cukup bahagia
dengan sekolah kami yang merayakan Natal dengan nyanyian, tarian, drama bayi
Yesus, Yusuf, Maria, orang Majus, para gembala dan malaikat. Tidak ketinggalan
kue-kue dalam kotak dan seingat saya tidak ada Sinterklas, apalagi Pit Hitam.
Natal, hari kelahiran Yesus Kristus, seharusnya mendatangkan
sukacita pengharapan bahwa kita, manusia berdosa mendapat kasih pengampunan
dari Allah, yang rela turun ke dunia untuk menebus dosa kita. Allah mencari
manusia berdosa bukan untuk memasukkan mereka ke karung neraka tetapi membawa
hadiah keselamatan kekal bagi siapa saja yang mau percaya kepadaNya.
Mengapa Sinterklas harus membawa Pit Hitam besertanya?
Apakah mereka berdua bersaudara? Mungkin saja bersaudara tapi beda bapa dan
ibu. Entahlah, toh Natal adalah tentang Yesus Kristus, bukan mereka. Hehe…
Minggu, 13 Mei 2018
Bapa yang penuh kasih
Lukas 15:20
Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.
Sebagai orang tua, tentu kita memiliki pengalaman menjadi anak, tetapi sebagai anak, kita belum memiliki pengalaman menjadi orang tua. Orang tua yang bisa memahami kehidupan anaknya biasanya disebut orang tua yang berempati dan anak yang berusaha memahami kehidupan orang tuanya biasanya disebut sok tua atau ketu, kecil tapi tua, hehe.
Ketika kita menjadi anak atau jika sekarang kita adalah anak, pastinya kita berharap banyak kepada orang tua kita. Kita berharap memiliki orang tua yang peduli, perhatian, baik, siap sedia ketika kita membutuhkan dan hal-hal indah lainnya. Namun harapan tingal harapan, ketika kenyataannya tidak demikian. Kita tidak bisa memilih siapa yang akan menjadi orang tua kita. Bisa saja dari lahir kita sudah ditelantarkan, tidak diharapkan, dilecehkan dan perlakuan buruk lainnya yang justru dilakukan oleh orang tua kita sendiri.
Beruntung jika kita memiliki orang tua yang baik, yang takut akan Tuhan dan mendidik kita sesuai ajaran Firman Tuhan. Namun orang tua kita bukan sosok yang sempurna, sama seperti kita, memiliki keterbatasan sebagai manusia biasa yang sewaktu-waktu bisa meninggalkan kita karena tugasnya sudah selesai di dunia.
Orang tua kita bukan orang yang sempurna, maka kita pun bukan anak yang sempurna, maka kita pun bukan anak yang sempurna. Kabar baiknya, kita memiliki Tuhan yang sempurna, yang menyebut dirinya Bapa dan memanggil kita anak, sebab Ia ingin kita memiliki hubungan yang dekat dengan Dia, layaknya keluarga. Hanya Bapa yang bisa memahami hidup kita karena Dia pernah merasakan menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus.
Bapa yang penuh kasih mencari dan menantikan kita setiap saat agar kita kembali kepadaNya. Dia memberikan hidupNya agar kita menerima hidup yang kekal. Dia memberikan rancangan dan masa depan yang indah buat kita jalani. Dia tidak pernah meninggalkan kita, baik ketika kita hidup senang maupun susah. Dia ingin kita selalu dekat denganNya.
Ketika kita menjauh dariNya, bersungut-sungut, Dia tetap menerima dan mengasihi kita. Sampai saat ini Dia tetap mengetuk pintu hati kita untuk menerima dan menjadikan Dia nomor satu dalam hidup kita. Dia tidak pernah jauh dari kita, Dia hanya sejauh doa.
Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.
Sebagai orang tua, tentu kita memiliki pengalaman menjadi anak, tetapi sebagai anak, kita belum memiliki pengalaman menjadi orang tua. Orang tua yang bisa memahami kehidupan anaknya biasanya disebut orang tua yang berempati dan anak yang berusaha memahami kehidupan orang tuanya biasanya disebut sok tua atau ketu, kecil tapi tua, hehe.
Ketika kita menjadi anak atau jika sekarang kita adalah anak, pastinya kita berharap banyak kepada orang tua kita. Kita berharap memiliki orang tua yang peduli, perhatian, baik, siap sedia ketika kita membutuhkan dan hal-hal indah lainnya. Namun harapan tingal harapan, ketika kenyataannya tidak demikian. Kita tidak bisa memilih siapa yang akan menjadi orang tua kita. Bisa saja dari lahir kita sudah ditelantarkan, tidak diharapkan, dilecehkan dan perlakuan buruk lainnya yang justru dilakukan oleh orang tua kita sendiri.
Beruntung jika kita memiliki orang tua yang baik, yang takut akan Tuhan dan mendidik kita sesuai ajaran Firman Tuhan. Namun orang tua kita bukan sosok yang sempurna, sama seperti kita, memiliki keterbatasan sebagai manusia biasa yang sewaktu-waktu bisa meninggalkan kita karena tugasnya sudah selesai di dunia.
Orang tua kita bukan orang yang sempurna, maka kita pun bukan anak yang sempurna, maka kita pun bukan anak yang sempurna. Kabar baiknya, kita memiliki Tuhan yang sempurna, yang menyebut dirinya Bapa dan memanggil kita anak, sebab Ia ingin kita memiliki hubungan yang dekat dengan Dia, layaknya keluarga. Hanya Bapa yang bisa memahami hidup kita karena Dia pernah merasakan menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus.
Bapa yang penuh kasih mencari dan menantikan kita setiap saat agar kita kembali kepadaNya. Dia memberikan hidupNya agar kita menerima hidup yang kekal. Dia memberikan rancangan dan masa depan yang indah buat kita jalani. Dia tidak pernah meninggalkan kita, baik ketika kita hidup senang maupun susah. Dia ingin kita selalu dekat denganNya.
Ketika kita menjauh dariNya, bersungut-sungut, Dia tetap menerima dan mengasihi kita. Sampai saat ini Dia tetap mengetuk pintu hati kita untuk menerima dan menjadikan Dia nomor satu dalam hidup kita. Dia tidak pernah jauh dari kita, Dia hanya sejauh doa.
Kamis, 27 Oktober 2016
Pembagian Alkitab
Sebagian besar
orang Kristen pasti hanya mengetahui bahwa Alkitab terdiri dari 66 kitab dan dibagi
dalam 39 Perjanjian Lama dan 27 Perjanjian Baru. Perjanjian Lama adalah bagian kitab
pertama dari Alkitab KKristen yang berisi kumpulan tulisan keagamaan karya bangsa
Israel kuno. Sedang Perjanjian Baru merupakan bagian kitab dalam Alkitab Kristen
yang berisi tentang ajaran-ajaran dan pribadi Yesus serta berbagai peristiwa dalam
kekristenan di abad ke-1. Kedua kitab inilah yang umumnya dipercayai umat Kristen.
Tetapi
tahukah
Anda, ternyata baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dibagi lagi ke
dalam beberapa bagian utama. Untuk lebih jelasnya dijabarkan seperti di
bawah ini.
1) Perjanjian Lama
Berdasarkan isi dan gaya penulisannya, kitab ini dibagi kembali dalam 5 bagian utama, yaitu:
5 Kitab Taurat
Kejadian Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan
1 Kitab Sejarah
Yosua, Hakim-hakim, Rut, 1 Samuel, 2 Samuel, 1 Raja-Raja, 2 Raja-Raja, 1 Tawarikh, 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ester
5 Kitab Puisi
Ayub Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung
5 Kitab Nabi-Nabi Besar
Yesaya Yeremia, Ratapan, Yehezkiel, Daniel
1 Kitab Nabi-Nabi Kecil
Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia, Maleakhi
2) Perjanjian Baru
Sementara itu, dalam Perjanjian Baru dibagi kembali menjadi 4 bagian utama yaitu:
4 Kitab Injil
Matius Markus, Lukas, Yohanes
1 Kitab Sejarah
Kisah Para Rasul
2 Surat-Surat Rasuli
9 surat ditujukan
kepada Jemaat sesuai dengan nama kotanya yaitu: Roma, 1 Korintus, 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 Tesalonika, 2 Tesalonika
4 surat kepada pribadi atau pastoral sesuai dengan namanya yaitu 1 Timotius, 2 Timotius, Titus dan Filemon
1 surat untuk Ibrani
7 surat rasuli
yang diberi nama sesuai penulisnya yaitu Yakobus, 1 Petrus, 2 Petrus, 1,2,3 Yohanes, dan Yudas
1 kitab Wahyu
Penjelasan di
atas tentu saja berkaitan dengan urutan penulisan dalam Alkitab. Coba diperiksa,
benarkah urutan penulisan Alkitab persis sama dengan pembagian di atas. Copas dari jawaban.com
Jumat, 21 Oktober 2016
Kitab Pengkotbah
Pengkotbah 12:13
Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintahNya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.
Kitab Pengkotbah disebut kitab kebijaksaan, menggambarkan realita hidup, ada yang baik dan buruk. Di dalamnya terkesan penulis pesimis menghadapi hidup ini, namun pesannya adalah mawas diri. Jika orang benar bisa mengalami malapetaka, maka orang jahat terlebih lagi. Walaupun ada yang menabur kejahatan tapi menuai kebaikan, itu bukan bagian kita untuk menghakimi. Baik dan jahat dinilai oleh Allah sendiri, supaya kita berjaga-jaga agar tidak terjebak dalam kemunafikan, yaitu salah tapi menganggap diri benar.
Jika apa yang kita usahakan yang baik bisa keliatannya sia-sia, maka tetaplah berusaha, sebab segala perbuatan kita akan kita pertanggungjawabkan kepada Allah pada akhirnya. Jangan menganggap diri sendiri bijak jika hidup tidak takut Tuhan. Kita mampu bertahan hidup benar karena kekuatan dari Tuhan, diluar itu hanya pura-pura benar, pasti suatu saat akan kelihatan jahatnya. Tidak mungkin kita bisa hidup benar jika kita hidup menurut kehendak diri sendiri, pasti akan tersesat, salah jalan, berakhir pada penyesalan.
Pilihan hidup ada di tangan kita, mau menuruti kehendak Allah atau diri sendiri? Akibat dari pilihan kita akan kita tuai. Realita hidup pasti kita hadapi, susah, senang, sehat, sakit, tanpa membeda-bedakan orang jahat atau baik, semua mengalaminya. Respon kitalah yang membedakan kita dengan orang lain. Jika kita sedang beruntung, berhasil, maka kita bersyukur dan menyadari bahwa itu semua penyertaan Allah dalam hidup kita, jangan takabur untuk menyombongkan diri sendiri. Begitupun ketika kita susah, menderita, malang, maka kita bisa belajar dari pengalaman itu agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dan percaya bahwa Allah tidak meninggalkan kita dan akan membuat kita berani menjalani hidup, jangan bersungut-sungut dan menyalahkan Allah bahwa Dia jahat dan tidak peduli kita.
Kesimpulannya jika kita senang, Allah sedang tersenyum kepada kita, ketika kita susah, Allah sedang merindukan kita karena mungkin kita sudah tidak mengindahkanNya.
Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintahNya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.
Kitab Pengkotbah disebut kitab kebijaksaan, menggambarkan realita hidup, ada yang baik dan buruk. Di dalamnya terkesan penulis pesimis menghadapi hidup ini, namun pesannya adalah mawas diri. Jika orang benar bisa mengalami malapetaka, maka orang jahat terlebih lagi. Walaupun ada yang menabur kejahatan tapi menuai kebaikan, itu bukan bagian kita untuk menghakimi. Baik dan jahat dinilai oleh Allah sendiri, supaya kita berjaga-jaga agar tidak terjebak dalam kemunafikan, yaitu salah tapi menganggap diri benar.
Jika apa yang kita usahakan yang baik bisa keliatannya sia-sia, maka tetaplah berusaha, sebab segala perbuatan kita akan kita pertanggungjawabkan kepada Allah pada akhirnya. Jangan menganggap diri sendiri bijak jika hidup tidak takut Tuhan. Kita mampu bertahan hidup benar karena kekuatan dari Tuhan, diluar itu hanya pura-pura benar, pasti suatu saat akan kelihatan jahatnya. Tidak mungkin kita bisa hidup benar jika kita hidup menurut kehendak diri sendiri, pasti akan tersesat, salah jalan, berakhir pada penyesalan.
Pilihan hidup ada di tangan kita, mau menuruti kehendak Allah atau diri sendiri? Akibat dari pilihan kita akan kita tuai. Realita hidup pasti kita hadapi, susah, senang, sehat, sakit, tanpa membeda-bedakan orang jahat atau baik, semua mengalaminya. Respon kitalah yang membedakan kita dengan orang lain. Jika kita sedang beruntung, berhasil, maka kita bersyukur dan menyadari bahwa itu semua penyertaan Allah dalam hidup kita, jangan takabur untuk menyombongkan diri sendiri. Begitupun ketika kita susah, menderita, malang, maka kita bisa belajar dari pengalaman itu agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dan percaya bahwa Allah tidak meninggalkan kita dan akan membuat kita berani menjalani hidup, jangan bersungut-sungut dan menyalahkan Allah bahwa Dia jahat dan tidak peduli kita.
Kesimpulannya jika kita senang, Allah sedang tersenyum kepada kita, ketika kita susah, Allah sedang merindukan kita karena mungkin kita sudah tidak mengindahkanNya.
Rabu, 19 Oktober 2016
Perbuatan baik dan benar
Keselamatan jiwa kita terima bukan karena usaha kita, tapi pemberian Allah kepada kita yang percaya kepada karya penebusanNya. Perbuatan baik kita tidak mungkin mencapai standar Allah agar dapat masuk dan tinggal bersamaNya. Jadi kita tidak dapat membanggakan perbuatan baik kita, apalagi perbuatan jahat. Jika demikian, apakah kita perlu berbuat baik? Toh keselamatan tidak ditentukan oleh perbuatan baik kita, tetapi anugerah Allah. Kita cukup percaya dengan hati dan mulut mengaku bahwa Yesus adalah Juruselamat kita, ya sudah itu saja, tidak usah bersusah susah berbuat baik, nanti masuk Surga juga.
Benarkah bahwa keselamatan kita begitu mudahnya dan murahnya? Kalau demikian, mengapa Yesus mengajarkan tentang pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik?
17. Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.
18. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.
19. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.
44. Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur.
6. Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya.
7. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!
Ternyata ada pohon yang menghasilkan buah yang baik, tidak baik dan tidak berbuah sama sekali. Pohon yang menghasilkan buah yang tidak baik dan tidak berbuah sama sekali akan dibuang/ditebang/sia-sia. Pohon menggambarkan kehidupan kita yang diharapkan akan menghasilkan buah agar dapat dilihat dan dinikmati oleh orang lain. Buah apakah yang diharapkan oleh Allah? Paulus menjelaskannya di Galatia 5
22. Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
23. kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
Tentu saja buah Roh yang diharapkan sebab kita tidak boleh mengikuti keinginan daging, sebab bertentangan dengan hukum Allah.
6. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.
7. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.
16. Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.
17. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.
24. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Jadi kita tidak bisa menjalani hidup ini dengan seenak-enaknya kita, sebab ada tegoran jika kita tidak hidup sesuai dengan kehendak Allah. Jika kita tidak mendisiplinkan diri kita untuk melakukan kehendakNya, maka kita aka menyesal pada akhirnya, karena kita bisa menghujat Allah dan akibatnya kita binasa.
29. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal."
Bagaimana mungkin kita diselamatkan jika kita menghujat Allah yang menjamin keselamatan kita? Menghujat Roh Kudus, yang adalah materai ketika kita menerima keselamatan di dalam Yesus artinya kita menghina anugerah Allah, pastinya kita tidak akan selamat. Perbuatan baik merupakan respon kita menghargai karya keselamatan Allah. Kita berbuat baik karena Allah baik, kita adalah saksi Allah untuk hidup sebagai anak terang sehingga orang lain yang belum percaya kepada Allah boleh melihat kasih Allah terpancar melalui hidup kita yang baik.
Begitulah, pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik, apakah kita sudah menjadi pohon yang berbuah baik? Allah yang baik, Bapa yang baik, pasti rindu anak-anakNya menjadi anak yang baik.
Benarkah bahwa keselamatan kita begitu mudahnya dan murahnya? Kalau demikian, mengapa Yesus mengajarkan tentang pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik?
17. Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.
18. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.
19. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.
44. Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur.
6. Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya.
7. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!
Ternyata ada pohon yang menghasilkan buah yang baik, tidak baik dan tidak berbuah sama sekali. Pohon yang menghasilkan buah yang tidak baik dan tidak berbuah sama sekali akan dibuang/ditebang/sia-sia. Pohon menggambarkan kehidupan kita yang diharapkan akan menghasilkan buah agar dapat dilihat dan dinikmati oleh orang lain. Buah apakah yang diharapkan oleh Allah? Paulus menjelaskannya di Galatia 5
22. Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
23. kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
Tentu saja buah Roh yang diharapkan sebab kita tidak boleh mengikuti keinginan daging, sebab bertentangan dengan hukum Allah.
6. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.
7. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.
16. Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.
17. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.
24. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Jadi kita tidak bisa menjalani hidup ini dengan seenak-enaknya kita, sebab ada tegoran jika kita tidak hidup sesuai dengan kehendak Allah. Jika kita tidak mendisiplinkan diri kita untuk melakukan kehendakNya, maka kita aka menyesal pada akhirnya, karena kita bisa menghujat Allah dan akibatnya kita binasa.
29. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal."
Bagaimana mungkin kita diselamatkan jika kita menghujat Allah yang menjamin keselamatan kita? Menghujat Roh Kudus, yang adalah materai ketika kita menerima keselamatan di dalam Yesus artinya kita menghina anugerah Allah, pastinya kita tidak akan selamat. Perbuatan baik merupakan respon kita menghargai karya keselamatan Allah. Kita berbuat baik karena Allah baik, kita adalah saksi Allah untuk hidup sebagai anak terang sehingga orang lain yang belum percaya kepada Allah boleh melihat kasih Allah terpancar melalui hidup kita yang baik.
Begitulah, pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik, apakah kita sudah menjadi pohon yang berbuah baik? Allah yang baik, Bapa yang baik, pasti rindu anak-anakNya menjadi anak yang baik.
Senin, 17 Oktober 2016
Mengapa keselamatan jiwa itu penting?
Ketika kita ditanya, mengapa kita percaya Yesus Kristus, maka biasanyanya kita menjawab sebab melalui Yesus Kristus kita mendapatkan keselamatan jiwa yang kekal. Kita percaya bahwa hanya melalui Yesus, kita dapat selamat. Bagaimana jika kita tidak percaya kepada Yesus Kristus? Apakah hanya Yesus yang bisa menjamin keselamatan jiwa kita? Apakah tidak ada cara lain?
Kita percaya setelah kita mati, ada kehidupan lain yang akan kita jalani, yaitu kehidupan kekal atau kematian kekal. Kita kembali ke asal muasal kita pertama kali diciptakan oleh Allah, yaitu hidup bersama denganNya di alam kekekalan. Karena manusia jatuh ke dalam dosa, maka kita menerima hukuman dosa yaitu kematian. Manusia berdosa hidup menurut kehendak Iblis, bapa pendusta, dengan rayuan mautnya kita tidak berdaya dan tidak pernah berinisiatif untuk kembali lagi kepada Allah.
Allahlah yang berinisiatif untuk mengembalikan kita ke dalam hidup yang kekal. Sejak Allah menciptakan manusia, ada Roh Allah yang dihembuskan ke dalam diri manusia. Maka ada keterikatan antara Allah dengan manusia, sehingga Allah tidak bisa membiarkan manusia selamanya hidup dalam dosa. Sebab dosalah yang memisahkan Allah dengan manusia. Allah rindu bersekutu dengan manusia dan manusia merasa ada kehampaan di dalam hatinya, yang tidak bisa diisi oleh apapun yang ada di dunia.
Manusia berusaha mencari cara untuk mengisi kekosongan hatinya dengan berbagai cara yang bisa dilakukan, namun tidak pernah bisa. Iblis dengan tipuannya, menawarkan kesenangan dunia agar manusia tetap menjadi budaknya. Iblis telah berhasil menipu manusia pertama di Taman Eden dan sampai sekarang pun dia tetap menipu kita semua agar kita tidak pernah kembali kepada Allah. Iblis berusaha agar kita putus asa, ketakutan, tertekan sehingga kita tidak peduli lagi kepada Allah, bahkan sampai pada tahap menghujat dan membenci Allah.
Iblis sumber kekacauan dalam rencana Allah yang baik bagi manusia. Manusia tidak berdaya mempertahankan kesadaran dirinya jika Roh Allah tidak ada di dalam dirinya. Roh Allah yang menyadarkan kita bahwa Allah mengasihi kita dan mau kita kembali bersekutu dengan Dia. Kita berasal dari Allah dan sepatutnya kita kembali kepadaNya. Tanpa Allah, kita binasa dan menerima kematian kekal bersama Iblis di neraka. Keterpisahan manusia dengan Allah adalah kematian dan kebinasaan. Sebagaimana ikan hidup di air, jika ikan hidup di darat, maka ikan akan sangat menderita dan akan mati.
Itulah mengapa keselamatan jiwa begitu penting, dan misi Allah menyelamatkan kita dengan merelakan diriNya, mengambil wujud manusia yang tidak berdosa, mati sebagai penebus dosa kita, agar kita beroleh jalan untuk kembali kepada Allah. Sementara kita hidup di dunia, kita masih memiliki keinginan daging yang menyeret kita untuk menyangkal Allah dan mengikut Iblis. Namun kasih Allah dengan adanya Roh Kudus di dalam hati kita, sebagai perwujudan Allah sendiri, yang tidak pernah meninggalkan kita, akan selalu menyadarkan kita agar ingat bahwa perjuangan kita melawan keinginan daging ada batasnya. Akan tiba waktunya kita akan terbebas dari dunia ini dan kembali kepada Allah.
Sebab itu kita bersekutu dengan sesama orang percaya agar kita saling menguatkan dan menasihati supaya jangan ada yang terhilang, kembali lagi kepada tipu daya Iblis. Bahkan kita memiliki misi Allah agar kita pun menyadarkan sesama manusia yang masih terikat oleh Iblis supaya mereka pun percaya bahwa keselamatan jiwa itu penting untuk dikejar, diusahakan sampai akhir. Mengapa perlu dikejar dan diusahakan, karena Iblis tidak tinggal diam dan tidak rela jika kita tidak menjadi miliknya lagi. Iblis akan terus berusaha menarik kita kembali dengan cara apapun, baik kesenangan dunia, tekanan hidup, pengajaran sesat dan pemberontakan kepada Allah dengan tidak menaati FirmanNya.
Ingatlah kesempatan hidup hanya satu kali dan tidak akan terulang lagi. Jangan pernah lepaskan milik kita yang pernah direbut Iblis, yaitu keselamatan jiwa kita di alam kekekalan. Dunia dan seisinya tidak dapat menyelamatkan nyawa kita, hanya Yesus yang bisa.
Mat 16:26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
Kita percaya setelah kita mati, ada kehidupan lain yang akan kita jalani, yaitu kehidupan kekal atau kematian kekal. Kita kembali ke asal muasal kita pertama kali diciptakan oleh Allah, yaitu hidup bersama denganNya di alam kekekalan. Karena manusia jatuh ke dalam dosa, maka kita menerima hukuman dosa yaitu kematian. Manusia berdosa hidup menurut kehendak Iblis, bapa pendusta, dengan rayuan mautnya kita tidak berdaya dan tidak pernah berinisiatif untuk kembali lagi kepada Allah.
Allahlah yang berinisiatif untuk mengembalikan kita ke dalam hidup yang kekal. Sejak Allah menciptakan manusia, ada Roh Allah yang dihembuskan ke dalam diri manusia. Maka ada keterikatan antara Allah dengan manusia, sehingga Allah tidak bisa membiarkan manusia selamanya hidup dalam dosa. Sebab dosalah yang memisahkan Allah dengan manusia. Allah rindu bersekutu dengan manusia dan manusia merasa ada kehampaan di dalam hatinya, yang tidak bisa diisi oleh apapun yang ada di dunia.
Manusia berusaha mencari cara untuk mengisi kekosongan hatinya dengan berbagai cara yang bisa dilakukan, namun tidak pernah bisa. Iblis dengan tipuannya, menawarkan kesenangan dunia agar manusia tetap menjadi budaknya. Iblis telah berhasil menipu manusia pertama di Taman Eden dan sampai sekarang pun dia tetap menipu kita semua agar kita tidak pernah kembali kepada Allah. Iblis berusaha agar kita putus asa, ketakutan, tertekan sehingga kita tidak peduli lagi kepada Allah, bahkan sampai pada tahap menghujat dan membenci Allah.
Iblis sumber kekacauan dalam rencana Allah yang baik bagi manusia. Manusia tidak berdaya mempertahankan kesadaran dirinya jika Roh Allah tidak ada di dalam dirinya. Roh Allah yang menyadarkan kita bahwa Allah mengasihi kita dan mau kita kembali bersekutu dengan Dia. Kita berasal dari Allah dan sepatutnya kita kembali kepadaNya. Tanpa Allah, kita binasa dan menerima kematian kekal bersama Iblis di neraka. Keterpisahan manusia dengan Allah adalah kematian dan kebinasaan. Sebagaimana ikan hidup di air, jika ikan hidup di darat, maka ikan akan sangat menderita dan akan mati.
Itulah mengapa keselamatan jiwa begitu penting, dan misi Allah menyelamatkan kita dengan merelakan diriNya, mengambil wujud manusia yang tidak berdosa, mati sebagai penebus dosa kita, agar kita beroleh jalan untuk kembali kepada Allah. Sementara kita hidup di dunia, kita masih memiliki keinginan daging yang menyeret kita untuk menyangkal Allah dan mengikut Iblis. Namun kasih Allah dengan adanya Roh Kudus di dalam hati kita, sebagai perwujudan Allah sendiri, yang tidak pernah meninggalkan kita, akan selalu menyadarkan kita agar ingat bahwa perjuangan kita melawan keinginan daging ada batasnya. Akan tiba waktunya kita akan terbebas dari dunia ini dan kembali kepada Allah.
Sebab itu kita bersekutu dengan sesama orang percaya agar kita saling menguatkan dan menasihati supaya jangan ada yang terhilang, kembali lagi kepada tipu daya Iblis. Bahkan kita memiliki misi Allah agar kita pun menyadarkan sesama manusia yang masih terikat oleh Iblis supaya mereka pun percaya bahwa keselamatan jiwa itu penting untuk dikejar, diusahakan sampai akhir. Mengapa perlu dikejar dan diusahakan, karena Iblis tidak tinggal diam dan tidak rela jika kita tidak menjadi miliknya lagi. Iblis akan terus berusaha menarik kita kembali dengan cara apapun, baik kesenangan dunia, tekanan hidup, pengajaran sesat dan pemberontakan kepada Allah dengan tidak menaati FirmanNya.
Ingatlah kesempatan hidup hanya satu kali dan tidak akan terulang lagi. Jangan pernah lepaskan milik kita yang pernah direbut Iblis, yaitu keselamatan jiwa kita di alam kekekalan. Dunia dan seisinya tidak dapat menyelamatkan nyawa kita, hanya Yesus yang bisa.
Mat 16:26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
Langganan:
Postingan (Atom)