Ada dua pertanyaan penting yang harus kita jawab yang akan menentukan arah hidup kita selanjutnya. Untuk siapakah kita hidup dan kemanakah kita setelah mati? Jika kita belum tahu jawabannya, maka sia-sialah hidup kita. Hidup tanpa arah dan tujuan sangat mudah untuk dihancurkan musuh, dimanfaatkan orang lain, dan dijerumuskan ke dalam kejahatan.
Berbahagialah orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, karena kita sudah memiliki jawaban dari pertanyaan diatas. Kita hidup bagi Tuhan dan mati masuk sorga. Sebab sebelum kita ditebus oleh Tuhan, kita adalah hamba dosa yang menuruti keinginan daging yaitu si iblis, tetapi ketika kita ditebus, kita adalah hamba kebenaran yang menuruti keinginan Roh yaitu Roh Kudus, Tuhan.
Hidup kita tidak sama seperti sebelum kita menjadi hamba kebenaran, sekarang kita hidup melakukan pekerjaan yang Tuhan telah kerjakan sewaktu di dunia. Tuhan telah memberi contoh dan teladan yang seharusnya kita lakukan juga. Melakukan pekerjaan yang baik yang memuliakan namaNya, menjauhi kejahatan agar tidak merugikan hidup kita, dan berperang melawan keinginan daging yang masih muncul karena kita masih hidup di dunia ini.
Keputusan yang kita buat akan memberi dorongan supaya kita bisa menjalani hidup ini sebaik mungkin. Kita tidak akan mensia-siakan hidup kita dengan hidup tidak benar lagi. Waktu yang kita miliki sangatlah berharga sehingga harus kita isi dengan hal-hal yang baik. Hiduplah di dalam kasih Tuhan, sehingga buah-buah Roh akan terpancar dalam hidup kita. Isilah hidup kita dengan Firman Allah yang berkuasa menyembuhkan, memulihkan, mengajar, menghajar hidup kita semakin hari semakin menyenangkan hatiNya.
Setelah kita selesai dengan tugas kita di dunia ini sebagai duta-duta Allah, maka akan tiba waktunya kita untuk kembali kepadaNya, ke tempat Dia berada, yaitu Surga yang mulia. Jika ada orang yang berpikir di Surga itu tidak enak karena harus hidup kudus, maka silahkan untuk memilih neraka, tempatnya setan berada. Hanya ada ratap tangis dan dukacita penyesalan di neraka. Kalau sudah tiba di neraka, menyesal pun tiada berguna. Semuanya sudah terlambat.
Sebab itu mengambil keputusan yang benar akan menjauhkan kita dari penyesalan kekal. Mungkin kasih kita bisa pudar karena beratnya masalah kehidupan yang datang silih berganti, pencobaan yang bisa menggugurkan iman kita, dan hal-hal lain dimana seakan Tuhan tidak menjawab doa kita. Namun selama kita memutuskan untuk hidup dalam kasih Tuhan, maka Tuhan tidak akan membiarkan kita sendirian. Kita akan selalu berjalan bersamaNya, baik kita merasakan atau tidak merasakan kehadiranNya, Dia tetap bersama kita.
Ketika cerita tentang dua tapak kaki di tepi pantai, itulah disaat kita dalam keadaan sulit dan gelap, Tuhan sedang menggendong kita. Ketika gambar seorang anak yang dibonceng Tuhan melewati bukit terjal, itulah bukti penyertaan Tuhan dalam masalah. Ketika lukisan dua orang anak yang sedang berbincang-bincang tanpa mengetahui ada lubang di jembatan itu, ada tangan Tuhan yang menahan kaki mereka supaya tidak terjatuh, itulah penyertaan kasih setia Tuhan kepada kita semua yang berharap kepadaNya.
Hidupilah keputusan yang telah kita ambil dan kita akan mendapatkan suka cita dan damai sejahtera yang bukan berasal dari dunia ini, yang bersifat kekal abadi sampai kita bertemu muka denganNya. Jangan sampai kita menjadi suam suam kuku dan tidak jelas. Tetaplah kobarkan kasih Kristus kepada sesama kita dan kita akan dimampukan olehNya, sebab kekuatan, kasih, kebenaran dan kemuliaan berasal dari padanNya
Kamis, 27 Juni 2013
Senin, 24 Juni 2013
Mengeluh
Tidak mudah untuk mengucap syukur atas apa yang telah kita miliki, apalagi kalau apa yang kita harapkan tidak kita terima sampai saat ini. Mudah bagi kita untuk mengeluh dan membuat daftar permintaan panjang di setiap doa kita. Kita beriman bahwa kita akan menerimanya, namun sampai saat ini kita belum menerima jawaban dari doa kita. Semangat dan iman kita bisa saja kendor dan kita mengeluh mengapa Tuhan pilih kasih dalam menjawab doa. Orang lain berdoa segera dijawab dalam hitungan hari, sedangkan kita bertahun-tahun berdoa, tanda-tandanya pun belum terlihat.
Kita merenung apakah kita telah salah berdoa atau kurangkah iman kita? Hanya Tuhan yang tahu, tapi yang pasti Tuhan telah mendengar doa kita, masalahnya apakah Tuhan mau menjawabnya dengan tidak, ya atau nanti, keputusan ada di tanganNya. Kita tidak tahu jawaban Tuhan ketika kita sibuk mengeluh dan mempersalahkan Tuhan tanpa mau mengoreksi motivasi kita berdoa. Apakah kita berdoa karena didorong keinginan daging kita atau keinginan roh? Keinginan daging bersifat sementara dan menuju kebinasaan tetapi keinginan roh bersifat kekal dan menuju kekekalan.
Seringkali kita tidak menyadari apakah keinginan kita itu adalah yang terbaik dalam hidup kita, sebab itu kita berdoa memohon pimpinan Tuhan agar kita mendapatkan yang terbaik menurut pemandanganNya. Dengan bersyukur kita membuka pintu hati kita kepada Tuhan untuk mempersilahkan Dia masuk ke dalam hati kita kerena sikap beryukur kita menunjukkan bahwa Tuhan itu baik dan kita percaya kepadaNya. Bila kita mengeluh maka kita menutup hati kita kepada Tuhan dan menunjukkan bahwa Tuhan itu jahat dan tidak mungkin kita percaya kepadaNya.
Jika kita berdoa tetapi kita mengeluh juga maka lebih baik kita tidak berdoa, sebab kita hanya memaksa Tuhan mengikuti keinginan kita tanpa kita mau mengerti kehendakNya. Bukannya penantian yang kita harapkan tetapi tuduhan kepada Tuhan jika kita mengeluh. Sudah pasti ketika kita mengeluh kita memposisikan Tuhan di tempat yang salah bahwa Tuhan tidak akan menjawab doa kita. Kita membanding-bandingkan hidup kita dengan orang lain dengan persepsi yang salah.
Mengeluh tidak mendatangkan kebaikan bagi hidup kita. Kehidupan rohani dan jasmani kita akan merosot, tidak ada hal yang baik yang bisa kita ambil. Berhenti mengeluh, sebaliknya tetaplah bersyukur untuk apapun yang kita alami. Kita tidak bisa mengulang apa yang telah terjadi, sehingga mengeluh pun tidak ada guna. Bangsa Israel pernah mengeluh maka Tuhan marah dan mematikan mereka. Kalaupun apa yang kita harapkan belum terjadi, mungkin kita salah berharap, mungkin belum waktunya, mungkin ada yang lebih baik, dan masih banyak kemungkinan yang lain, hanya tetaplah berdoa dan bersyukur. Mungkin sebenarnya doa kita sudah dijawab tapi kita tidak melihatnya karena kita terlanjur mengeluh.
Keluhan-keluhan bisa saja kita lontarkan tapi jangan dijadikan kebiasaan dan gantilah dengan mengucap syukur maka semuanya akan baik-baik saja. Hati yang gembira adalah obat, tetapi semangat yang padam keringkan tulang. Muka yang berseri-seri adalah wujud dari sukacita di dalam hati yang memancarkan kasih Tuhan.
Kita merenung apakah kita telah salah berdoa atau kurangkah iman kita? Hanya Tuhan yang tahu, tapi yang pasti Tuhan telah mendengar doa kita, masalahnya apakah Tuhan mau menjawabnya dengan tidak, ya atau nanti, keputusan ada di tanganNya. Kita tidak tahu jawaban Tuhan ketika kita sibuk mengeluh dan mempersalahkan Tuhan tanpa mau mengoreksi motivasi kita berdoa. Apakah kita berdoa karena didorong keinginan daging kita atau keinginan roh? Keinginan daging bersifat sementara dan menuju kebinasaan tetapi keinginan roh bersifat kekal dan menuju kekekalan.
Seringkali kita tidak menyadari apakah keinginan kita itu adalah yang terbaik dalam hidup kita, sebab itu kita berdoa memohon pimpinan Tuhan agar kita mendapatkan yang terbaik menurut pemandanganNya. Dengan bersyukur kita membuka pintu hati kita kepada Tuhan untuk mempersilahkan Dia masuk ke dalam hati kita kerena sikap beryukur kita menunjukkan bahwa Tuhan itu baik dan kita percaya kepadaNya. Bila kita mengeluh maka kita menutup hati kita kepada Tuhan dan menunjukkan bahwa Tuhan itu jahat dan tidak mungkin kita percaya kepadaNya.
Jika kita berdoa tetapi kita mengeluh juga maka lebih baik kita tidak berdoa, sebab kita hanya memaksa Tuhan mengikuti keinginan kita tanpa kita mau mengerti kehendakNya. Bukannya penantian yang kita harapkan tetapi tuduhan kepada Tuhan jika kita mengeluh. Sudah pasti ketika kita mengeluh kita memposisikan Tuhan di tempat yang salah bahwa Tuhan tidak akan menjawab doa kita. Kita membanding-bandingkan hidup kita dengan orang lain dengan persepsi yang salah.
Mengeluh tidak mendatangkan kebaikan bagi hidup kita. Kehidupan rohani dan jasmani kita akan merosot, tidak ada hal yang baik yang bisa kita ambil. Berhenti mengeluh, sebaliknya tetaplah bersyukur untuk apapun yang kita alami. Kita tidak bisa mengulang apa yang telah terjadi, sehingga mengeluh pun tidak ada guna. Bangsa Israel pernah mengeluh maka Tuhan marah dan mematikan mereka. Kalaupun apa yang kita harapkan belum terjadi, mungkin kita salah berharap, mungkin belum waktunya, mungkin ada yang lebih baik, dan masih banyak kemungkinan yang lain, hanya tetaplah berdoa dan bersyukur. Mungkin sebenarnya doa kita sudah dijawab tapi kita tidak melihatnya karena kita terlanjur mengeluh.
Keluhan-keluhan bisa saja kita lontarkan tapi jangan dijadikan kebiasaan dan gantilah dengan mengucap syukur maka semuanya akan baik-baik saja. Hati yang gembira adalah obat, tetapi semangat yang padam keringkan tulang. Muka yang berseri-seri adalah wujud dari sukacita di dalam hati yang memancarkan kasih Tuhan.
Kamis, 20 Juni 2013
Penyesalan
Setiap kita pasti memiliki masa lalu yang kita sesalkan, misalnya seandainya dulu saya rajin belajar, maka saya sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus sekarang atau seandainya dulu saya memilih yang benar, maka sekarang saya tidak salah jalan dan menanggung akibatnya. Kita tidak bisa mengubah apa yang telah terjadi di masa lalu, apapun penyesalan kita. Kita harus merelakan penyesalan kita dan menarik hikmahnya agar kita tidak mengulangnya kembali. Waktu terus berjalan dan kita pun semakin berkurang kekuatan fisik kita. Semakin tua, kita semakin memiliki sedikit kesempatan karena kemampuan kita pun semakin terbatas. Masalah pasti datang bertubi-tubi yang akan menyita waktu kita untuk mengejar harapan kita.
Tapi selama kita masih hidup di dunia, kita masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki hidup kita, walaupun waktu yang tersisa semakin sedikit. Kita harus mempergunakannya sebaik mungkin. Semakin kecil kesempatan kita, semakin kita tidak memiliki banyak pilihan dan seharusnya kita bisa memilih yang terbaik. Karena bukan banyaknya waktu yang membuat kita semakin baik, tetapi pilihan kita yang akan menentukan akan seperti apa hidup yang kita jalani.
Kita bisa belajar dari tokoh di Alkitab yang menyesal karena pilihan yang mereka ambil, tetapi mereka mengambil sikap yang salah ketika mereka masih ada kesempatan, seperti Yudas Iskariot yang menyesal telah menjual Gurunya, Yesus sehingga mati tersalib.Yudas masih memiliki waktu untuk bertobat, namun dia tidak bertobat dan memilih untuk mengakhiri hidupnya.Bukankah sekarang banyak kejadian bunuh diri? Alasan bunuh diri pasti terselip rasa penyesalan dan tidak ditanggulangi dengan baik. Mengandalkan kekuatan sendiri pasti akan menuju kehampaan dan jalan buntu. Akhirnya bunuh diri menjadi jalan pintas atas masalah yang dihadapi, padahal masalah yang terbesar akan segera menghampiri tanpa bisa ditolak.
Selain Yudas Iskariot yang hidupnya berakhir dengan tragis, ada Simon Petrus yang tak kalah menyesal karena telah menyangkal Gurunya, Yesus. Tapi Petrus memilih jalan yang benar, dia mau menerima anugerah pengampunan sehingga hidupnya menjadi martir bagi Tuhan. Petrus si penjala ikan menjadi penjala manusia, membawa banyak jiwa untuk diselamatkan oleh Tuhan Yesus. Penjahat di sebelah Yesus yang menyesal akan dosa-dosanya, di waktu yang terakhir dalam hidupnya, dia memilih anugerah keselamatan dengan percaya kepada Yesus walaupun sama-sama dalam keadaan tersalib, tapi dia memiliki iman yang besar bahwa Yesus adalah Pemilik Sorga. Penjahat ini telah membuat keputusan yang benar yang tidak akan pernah dia sesali.
Penyesalan tidak akan membawa kita kepada jalan buntu selama kita percaya Tuhan Yesus. Kita bisa belajar dari kesalahan kita di masa lampau untuk melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan selama kita masih hidup.Janganlah jadikan penyesalan sebagai alat untuk kita berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa. Masih ada harapan bagi kita ketika kita mau bertobat dan percaya kepadaNya. Tidak ada kata terlambat di dalam Tuhan kecuali kita tidak percaya padaNya. Di dalam Tuhan ada jalan keluar bagi semua persoalan kita. Penyesalan yang terbesar adalah ketika kita menolak anugerah keselamatan yang Dia tawarkan dengan cuma-cuma.
Tapi selama kita masih hidup di dunia, kita masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki hidup kita, walaupun waktu yang tersisa semakin sedikit. Kita harus mempergunakannya sebaik mungkin. Semakin kecil kesempatan kita, semakin kita tidak memiliki banyak pilihan dan seharusnya kita bisa memilih yang terbaik. Karena bukan banyaknya waktu yang membuat kita semakin baik, tetapi pilihan kita yang akan menentukan akan seperti apa hidup yang kita jalani.
Kita bisa belajar dari tokoh di Alkitab yang menyesal karena pilihan yang mereka ambil, tetapi mereka mengambil sikap yang salah ketika mereka masih ada kesempatan, seperti Yudas Iskariot yang menyesal telah menjual Gurunya, Yesus sehingga mati tersalib.Yudas masih memiliki waktu untuk bertobat, namun dia tidak bertobat dan memilih untuk mengakhiri hidupnya.Bukankah sekarang banyak kejadian bunuh diri? Alasan bunuh diri pasti terselip rasa penyesalan dan tidak ditanggulangi dengan baik. Mengandalkan kekuatan sendiri pasti akan menuju kehampaan dan jalan buntu. Akhirnya bunuh diri menjadi jalan pintas atas masalah yang dihadapi, padahal masalah yang terbesar akan segera menghampiri tanpa bisa ditolak.
Selain Yudas Iskariot yang hidupnya berakhir dengan tragis, ada Simon Petrus yang tak kalah menyesal karena telah menyangkal Gurunya, Yesus. Tapi Petrus memilih jalan yang benar, dia mau menerima anugerah pengampunan sehingga hidupnya menjadi martir bagi Tuhan. Petrus si penjala ikan menjadi penjala manusia, membawa banyak jiwa untuk diselamatkan oleh Tuhan Yesus. Penjahat di sebelah Yesus yang menyesal akan dosa-dosanya, di waktu yang terakhir dalam hidupnya, dia memilih anugerah keselamatan dengan percaya kepada Yesus walaupun sama-sama dalam keadaan tersalib, tapi dia memiliki iman yang besar bahwa Yesus adalah Pemilik Sorga. Penjahat ini telah membuat keputusan yang benar yang tidak akan pernah dia sesali.
Penyesalan tidak akan membawa kita kepada jalan buntu selama kita percaya Tuhan Yesus. Kita bisa belajar dari kesalahan kita di masa lampau untuk melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan selama kita masih hidup.Janganlah jadikan penyesalan sebagai alat untuk kita berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa. Masih ada harapan bagi kita ketika kita mau bertobat dan percaya kepadaNya. Tidak ada kata terlambat di dalam Tuhan kecuali kita tidak percaya padaNya. Di dalam Tuhan ada jalan keluar bagi semua persoalan kita. Penyesalan yang terbesar adalah ketika kita menolak anugerah keselamatan yang Dia tawarkan dengan cuma-cuma.
Selasa, 18 Juni 2013
Keamanan
Semakin canggih ilmu pengetahuan manusia akan kemanan, semakin canggih juga kejahatan mengintai. Tidak ada tempat yang aman di dunia ini, betapa pun hebatnya kita melindungi diri kita. Secanggih-canggihnya alat keamanan kita beli, tetap saja penjahat lebih canggih. Kalau begitu, apakah kita pasrah saja? Tentu tidak. Akal budi diberikan Tuhan untuk dikembangkan bagi kebaikan dan kemajuan manusia. Jangan membatasi perkembangan zaman, karena akan banyak hal-hal yang baru yang akan berguna bagi kelangsungan hidup kita
Namun jangan kita lupakan peran serta Tuhan dalam hidup kita. Kita harus mendahulukan Tuhan di atas segala-galanya sebab kekuasaan terbesar di dunia ini ada di tanganNya.Tanpa kehendakNya, tidak akan terjadi sesuatu dalam hidup kita. Kejahatan bisa saja menimpa kita, walaupun kita sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi kalau Tuhan berencana selalu baik buat kita. Hanya jangan menjauhkan diri kita dari perlindunganNya dengan hidup sembarangan dan tidak hati-hati.
Pengaruh lingkungan yang tidak baik akan membawa dampak yang tidak baik bagi diri kita jika kita terjerumus ke dalamnya. Karena itu lebih baik kita menjauhkan diri dari lingkungan yang tidak baik dan mencari komunitas yang membangun dengan menjalin hubungan dengan orang-orang yang benar dan dapat membangun kerohanian kita. Jika kita tidak berjaga-jaga, maka kita bisa tertipu dan terjebak oleh kebohongan dunia ini. Banyak orang demi mendapatkan uang banyak dengan cepat, mau menjual diri, obat-obat terlarang, menipu orang yang akhirnya memperparah keadaannya karena dikejar-kejar pihak kemanan.
Banyaknya uang tidak bisa memberi rasa aman, apalagi kalau diperoleh dengan cara yang tidak benar dan pastinya dipergunakan dengan sia-sia. Bisa saja kita membayar orang untuk menjaga kita tapi apakah orang tersebut bisa dipercaya seratus persen? Jika dia setia karena dibayar, bukankah dia bisa tidak setia kepada kita ketika ada orang lain yang membayar lebih? Apalagi alat-alat canggih bisa saja tidak berfungsi karena suatu hal.
Kekuatan kita ada batasnya, walaupun kita bisa berlatih karate supaya bisa melindungi diri, tetap saja lawan kita bisa lebih hebat dari kita. Semakin kita berumur, semakin tubuh kita melemah kekuatannya, tidak bisa diandalkan. Sekuat-kuatnya orang, pasti masih ada yang lebih kuat. Kita tidak bisa membanggakan kekuatan kita. Belum lagi bencana alam, kecelakaan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja tanpa bisa diprediksi sebelumnya.
Berbahagialah orang yang berlindung di dalam Tuhan, sumber keamanan yang pasti. Orang itu pastilah orang percaya yang hidup benar di hadapanNya dan melakukan perintahNya.
Namun jangan kita lupakan peran serta Tuhan dalam hidup kita. Kita harus mendahulukan Tuhan di atas segala-galanya sebab kekuasaan terbesar di dunia ini ada di tanganNya.Tanpa kehendakNya, tidak akan terjadi sesuatu dalam hidup kita. Kejahatan bisa saja menimpa kita, walaupun kita sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi kalau Tuhan berencana selalu baik buat kita. Hanya jangan menjauhkan diri kita dari perlindunganNya dengan hidup sembarangan dan tidak hati-hati.
Pengaruh lingkungan yang tidak baik akan membawa dampak yang tidak baik bagi diri kita jika kita terjerumus ke dalamnya. Karena itu lebih baik kita menjauhkan diri dari lingkungan yang tidak baik dan mencari komunitas yang membangun dengan menjalin hubungan dengan orang-orang yang benar dan dapat membangun kerohanian kita. Jika kita tidak berjaga-jaga, maka kita bisa tertipu dan terjebak oleh kebohongan dunia ini. Banyak orang demi mendapatkan uang banyak dengan cepat, mau menjual diri, obat-obat terlarang, menipu orang yang akhirnya memperparah keadaannya karena dikejar-kejar pihak kemanan.
Banyaknya uang tidak bisa memberi rasa aman, apalagi kalau diperoleh dengan cara yang tidak benar dan pastinya dipergunakan dengan sia-sia. Bisa saja kita membayar orang untuk menjaga kita tapi apakah orang tersebut bisa dipercaya seratus persen? Jika dia setia karena dibayar, bukankah dia bisa tidak setia kepada kita ketika ada orang lain yang membayar lebih? Apalagi alat-alat canggih bisa saja tidak berfungsi karena suatu hal.
Kekuatan kita ada batasnya, walaupun kita bisa berlatih karate supaya bisa melindungi diri, tetap saja lawan kita bisa lebih hebat dari kita. Semakin kita berumur, semakin tubuh kita melemah kekuatannya, tidak bisa diandalkan. Sekuat-kuatnya orang, pasti masih ada yang lebih kuat. Kita tidak bisa membanggakan kekuatan kita. Belum lagi bencana alam, kecelakaan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja tanpa bisa diprediksi sebelumnya.
Berbahagialah orang yang berlindung di dalam Tuhan, sumber keamanan yang pasti. Orang itu pastilah orang percaya yang hidup benar di hadapanNya dan melakukan perintahNya.
Rabu, 12 Juni 2013
Memberi
Firman Tuhan berkata adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima. Artinya ada kebahagiaan jika kita melaksanakan kewajiban lebih dulu daripada hak kita. Dimana pun kita bekerja, biasanya kita diberi tugas dulu baru kita menerima imbalan atas kerja kita. Namun seringkali kita menuntut hak-hak kita sebelum kita mengerjakan kewajiban kita. Bahkan ada yang mengambil hak-hak orang lain yang bukan menjadi bagiannya. Kita diajarkan sejak kecil oleh orang tua kita untuk belajar memberi kepada yang membutuhkan. Bukan tanpa alasan, orang tua kita mengajarkan memberi karena itu menjadi bekal supaya kita tumbuh menjadi mahluk sosial yang bisa beradaptasi dengan lingkungan kita nanti.
Kita sering mendengar orang membicarakan orang yang pelit sehingga dikucilkan oleh lingkungannya. Orang pelit yang dimaksud adalah orang yang mementingkan dirinya sendiri dan tidak peduli dengan lingkungannya. Di Alkitab diceritakan seorang kaya yang hidup bagi dirinya sendiri, dia menyimpan harta bendanya dan berharap akan tiba waktunya dia untuk menikmati kekayaannya, Dia mengandalkan hartanya lebih dari segalanya. Namun ketika dia mulai menikmati kekayaannya, Tuhan memanggilnya dari dunia. Dia tidak memiliki kesempatan untuk menikmati kekayaan yang selama ini dia banggakan.
Orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan memiliki sedikit orang-orang yang mengasihinya. Bahkan para koruptor pun yang mengambil hak-hak orang lain, biasanya akan mudah memberi kepada orang yang disukainya dengan syarat tertentu. Ada dampak dari sikap memberi yang benar dan sesuai dengan kebenaran. Bukan berarti kita menghambur-hamburkan uang kita tanpa berfikir masa depan kita. Jika kita melakukannya, berarti kita merencakan masa depan yang suram.
Kita harus menggunakan uang kita sesuai kebutuhan kita tanpa merugikan orang lain. Kita memberi dengan motivasi yang benar, agar pemberian kita benar-benar berguna bagi kehidupan orang lain. Jika kita melakukannya, berarti kita menabur untuk masa depan kita. Ada kebahagian jika kita melihat orang lain bisa hidup baik melalui pemberian kita. Kita memberi karena sebenarnya kita ditugaskan untuk menabur melalui pemberian kita. Ada bagian orang lain yang Tuhan titipkan melalui apa yang kita miliki.
Jika kita ingat mengenai talenta, masing-masing kita diberikan talenta sesuai kemampuan kita untuk kita kembangkan. Lima talenta dikembangkan menjadi sepuluh talenta, dua talenta dikembangkan menjadi empat talenta, dan satu talenta pun bisa dikembangkan menjadi dua. Namun yang memiliki satu talenta tidak mau mengembangkannya. Di sini kita melihat bahwa kewajiban yang harus kita kerjakan adalah yang sesuai dengan kemampuan kita. Seorang murid tidak melakukan kewajiban seorang guru, tetapi murid, seorang guru tidak melakukan kewajiban seorang pejabat, tetapi guru.
Lakukan saja apa yang menjadi kewajiban kita sebaik-baiknya, maka kita akan dipercayakan lebih banyak talenta supaya kita terus bertumbuh dan memberi pengaruh yang baik bagi sesama kita. Jangan mengharapkan imbalan dari manusia karena imbalan atau upah kerja kita berasal dari Tuhan sendiri melalui apa saja yang Dia kehendaki. Cukupkan diri kita dengan apa yang ada sehingga kita masih bisa memberi kepada orang lain. Kita telah diberkati untuk menjadi berkat. Jika kita telah lulus dari ujian memberi maka kita akan berbahagia karenanya.
Memberi bukan berarti kita menunggu sampai kita berkelebihan tetapi kita memberi karena kita mengasihi sesama kita. Memberi adalah kewajiban yang harus kita kerjakan karena sebenarnya kita telah menerima berkat dari Tuhan. Jika kita memberi maka sebenarnya kita hanya perpanjangan tanganNya untuk menjangkau orang lain. Bukankah kita juga seringkali menerima pemberian dari Tuhan melalui orang lain? Berbahagialah orang yang murah hati karena mereka akan menerima kemurahan. Itulah janji Tuhan yang pasti kita alami jika kita melakukannya dengan benar.
Kita sering mendengar orang membicarakan orang yang pelit sehingga dikucilkan oleh lingkungannya. Orang pelit yang dimaksud adalah orang yang mementingkan dirinya sendiri dan tidak peduli dengan lingkungannya. Di Alkitab diceritakan seorang kaya yang hidup bagi dirinya sendiri, dia menyimpan harta bendanya dan berharap akan tiba waktunya dia untuk menikmati kekayaannya, Dia mengandalkan hartanya lebih dari segalanya. Namun ketika dia mulai menikmati kekayaannya, Tuhan memanggilnya dari dunia. Dia tidak memiliki kesempatan untuk menikmati kekayaan yang selama ini dia banggakan.
Orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan memiliki sedikit orang-orang yang mengasihinya. Bahkan para koruptor pun yang mengambil hak-hak orang lain, biasanya akan mudah memberi kepada orang yang disukainya dengan syarat tertentu. Ada dampak dari sikap memberi yang benar dan sesuai dengan kebenaran. Bukan berarti kita menghambur-hamburkan uang kita tanpa berfikir masa depan kita. Jika kita melakukannya, berarti kita merencakan masa depan yang suram.
Kita harus menggunakan uang kita sesuai kebutuhan kita tanpa merugikan orang lain. Kita memberi dengan motivasi yang benar, agar pemberian kita benar-benar berguna bagi kehidupan orang lain. Jika kita melakukannya, berarti kita menabur untuk masa depan kita. Ada kebahagian jika kita melihat orang lain bisa hidup baik melalui pemberian kita. Kita memberi karena sebenarnya kita ditugaskan untuk menabur melalui pemberian kita. Ada bagian orang lain yang Tuhan titipkan melalui apa yang kita miliki.
Jika kita ingat mengenai talenta, masing-masing kita diberikan talenta sesuai kemampuan kita untuk kita kembangkan. Lima talenta dikembangkan menjadi sepuluh talenta, dua talenta dikembangkan menjadi empat talenta, dan satu talenta pun bisa dikembangkan menjadi dua. Namun yang memiliki satu talenta tidak mau mengembangkannya. Di sini kita melihat bahwa kewajiban yang harus kita kerjakan adalah yang sesuai dengan kemampuan kita. Seorang murid tidak melakukan kewajiban seorang guru, tetapi murid, seorang guru tidak melakukan kewajiban seorang pejabat, tetapi guru.
Lakukan saja apa yang menjadi kewajiban kita sebaik-baiknya, maka kita akan dipercayakan lebih banyak talenta supaya kita terus bertumbuh dan memberi pengaruh yang baik bagi sesama kita. Jangan mengharapkan imbalan dari manusia karena imbalan atau upah kerja kita berasal dari Tuhan sendiri melalui apa saja yang Dia kehendaki. Cukupkan diri kita dengan apa yang ada sehingga kita masih bisa memberi kepada orang lain. Kita telah diberkati untuk menjadi berkat. Jika kita telah lulus dari ujian memberi maka kita akan berbahagia karenanya.
Memberi bukan berarti kita menunggu sampai kita berkelebihan tetapi kita memberi karena kita mengasihi sesama kita. Memberi adalah kewajiban yang harus kita kerjakan karena sebenarnya kita telah menerima berkat dari Tuhan. Jika kita memberi maka sebenarnya kita hanya perpanjangan tanganNya untuk menjangkau orang lain. Bukankah kita juga seringkali menerima pemberian dari Tuhan melalui orang lain? Berbahagialah orang yang murah hati karena mereka akan menerima kemurahan. Itulah janji Tuhan yang pasti kita alami jika kita melakukannya dengan benar.
Selasa, 11 Juni 2013
Iri hati
Tanpa kita sadari, rasa iri hati bisa mempengaruhi hidup kita, baik melalui pikiran, sikap, ucapan kita. Jika kita iri hati karena orang lain lebih berhasil dari kita, maka ada dua pilihan yang bisa kita lakukan, pertama, kita akan berusaha lebih giat bekerja lagi agar bisa berhasil seperti orang itu atau kedua, kita mencari-cari kesalahan orang itu dan menganggap bahwa keberhasilannya karena ada faktor-faktor tertentu tanpa kita mau belajar dari keberhasilannya.
Sebenarnya ada hal-hal tertentu yang wajib kita pikirkan sebelum kita menjadi iri hati pada orang lain. Kita harus tahu apakah orang tersebut pantas untuk membuat hati kita iri atau hanya sekedar perasaan kita saja yang tidak bisa menilai secara obyektif. Tidak ada yang salah jika kita melihat orang lain bersukacita, jika memang keadaannya membuatnya bersukacita, jika memang dia bersusah-susah hidupnya dulu dan sekarang dia menikmati hasil kerja kerasnya. Kita justru harus belajar darinya yaitu sikap kerja keras dan mau berusaha agar nanti kita pun juga bisa menikmati hasilnya.
Menjadi salah jika kita iri hati kepada orang lain yang bersukacita karena kejahatannya. Orang yang berbuat jahat pasti akan mendapat hukuman, baik secara langsung atau tidak dan itu bukan menjadi urusan kita. Hukum yang akan menjeratnya cepat atau lambat. Jika hukum manusia tidak berhasil, maka sebagai orang percaya, akan ada hukuman dari Tuhan langsung. Tapi kita bisa belajar darinya bahwa jika kita melakukan hal tersebut, kita pun akan turut dihukum.
Namun seringkali kita hanya melihat luarnya saja, orang lain bersukacita menikmati hasil kejahatannya sementara kita yang hidup benar sepertinya hidup pas-pasan dan tidak bisa menikmati hal-hal seperti orang jahat menikmati. Tuhan telah memberi hati nurani kepada setiap orang, itulah yang menjadi alarm ketika kita berbuat jahat, maka alarm itu akan bereaksi. Hati kita akan menuduh kita ketika yang kita lakukan kita tahu tidak benar. Kita bisa saja menyepelekan alarm hati nurani, tetapi akan muncul ketakutan yang akan menghantui kita. Orang lain tidak bisa melihat dan merasakan karena hanya pribadi kita yang tahu dan merasakan.
Jadi, sepertinya orang yang berbuat kejahatan bersukacita, sebenarnya tidak sama sekali. Kita tidak bisa membohongi hati nurani sebab itu diberikan dari Tuhan karena kita diciptakan sebagai manusia, bukan hewan atau tumbuhan. Kita memiliki pengaharapan akan kehidupan setelah kita mati, mahluk hidup yang lain tidak memilikinya. Sebab itu apa yang kita lakukan sekarang akan kita nikmati hasilnya. Kita bertanggung jawab atas hidup kita masing-masing kepada Tuhan.
Iri hati jika kita sikapi dengan benar, misalnya membuat kita menjadi lebih baik dan lebih bersemangat hidup, maka itu sebenarnya membawa kebaikan bagi kita. Kalaupun kita tidak bisa mengejar apa yang orang lain bisa kejar, maka solusinya adalah beryukur atas apa yang kita kerjakan. Ketika kita telah berusaha tetapi hasilnya tidak seperti yang kita harapkan, maka kita percaya masih ada Tuhan yang tahu apa yang kita telah lakukan dan Dia sendiri yang akan membalasnya kelak. Itu pasti karena Tuhan adil dan benar dan kita percaya ketika kita telah melakukan yang terbaik yang kita bisa, maka ada sukacita yang berasal dari hati nurani kita yang tidak dipengaruhi oleh keadaan sekitar kita.
Namun jika iri hati kita sikapi dengan salah, maka akan timbul sakit hati, kepahitan, kebencian, amarah, maka secepatnya hidup kita akan dipenuhi oleh dukacita, putus asa, keinginan jahat. Tentu saja akan berdampak buruk bagi kelangsungan hidup kita karena jauh dari kasih karunia Tuhan. Sia-sia hidup kita kalau kita memilih untuk jauh dari kasih karunia Tuhan hanya karena iri hati yang salah menjerat hidup kita.
Kejatuhan manusia pertama karena iri hati mau menjadi sama dengan Penciptanya sehingga mudah ditipu oleh iblis yang mengakibatkan kita menerima hukuman.
So, sebelum kita iri hati, pikir-pikirlah dahulu supaya kita tetap hidup dipenuhi oleh sukacita dari Tuhan.
Sebenarnya ada hal-hal tertentu yang wajib kita pikirkan sebelum kita menjadi iri hati pada orang lain. Kita harus tahu apakah orang tersebut pantas untuk membuat hati kita iri atau hanya sekedar perasaan kita saja yang tidak bisa menilai secara obyektif. Tidak ada yang salah jika kita melihat orang lain bersukacita, jika memang keadaannya membuatnya bersukacita, jika memang dia bersusah-susah hidupnya dulu dan sekarang dia menikmati hasil kerja kerasnya. Kita justru harus belajar darinya yaitu sikap kerja keras dan mau berusaha agar nanti kita pun juga bisa menikmati hasilnya.
Menjadi salah jika kita iri hati kepada orang lain yang bersukacita karena kejahatannya. Orang yang berbuat jahat pasti akan mendapat hukuman, baik secara langsung atau tidak dan itu bukan menjadi urusan kita. Hukum yang akan menjeratnya cepat atau lambat. Jika hukum manusia tidak berhasil, maka sebagai orang percaya, akan ada hukuman dari Tuhan langsung. Tapi kita bisa belajar darinya bahwa jika kita melakukan hal tersebut, kita pun akan turut dihukum.
Namun seringkali kita hanya melihat luarnya saja, orang lain bersukacita menikmati hasil kejahatannya sementara kita yang hidup benar sepertinya hidup pas-pasan dan tidak bisa menikmati hal-hal seperti orang jahat menikmati. Tuhan telah memberi hati nurani kepada setiap orang, itulah yang menjadi alarm ketika kita berbuat jahat, maka alarm itu akan bereaksi. Hati kita akan menuduh kita ketika yang kita lakukan kita tahu tidak benar. Kita bisa saja menyepelekan alarm hati nurani, tetapi akan muncul ketakutan yang akan menghantui kita. Orang lain tidak bisa melihat dan merasakan karena hanya pribadi kita yang tahu dan merasakan.
Jadi, sepertinya orang yang berbuat kejahatan bersukacita, sebenarnya tidak sama sekali. Kita tidak bisa membohongi hati nurani sebab itu diberikan dari Tuhan karena kita diciptakan sebagai manusia, bukan hewan atau tumbuhan. Kita memiliki pengaharapan akan kehidupan setelah kita mati, mahluk hidup yang lain tidak memilikinya. Sebab itu apa yang kita lakukan sekarang akan kita nikmati hasilnya. Kita bertanggung jawab atas hidup kita masing-masing kepada Tuhan.
Iri hati jika kita sikapi dengan benar, misalnya membuat kita menjadi lebih baik dan lebih bersemangat hidup, maka itu sebenarnya membawa kebaikan bagi kita. Kalaupun kita tidak bisa mengejar apa yang orang lain bisa kejar, maka solusinya adalah beryukur atas apa yang kita kerjakan. Ketika kita telah berusaha tetapi hasilnya tidak seperti yang kita harapkan, maka kita percaya masih ada Tuhan yang tahu apa yang kita telah lakukan dan Dia sendiri yang akan membalasnya kelak. Itu pasti karena Tuhan adil dan benar dan kita percaya ketika kita telah melakukan yang terbaik yang kita bisa, maka ada sukacita yang berasal dari hati nurani kita yang tidak dipengaruhi oleh keadaan sekitar kita.
Namun jika iri hati kita sikapi dengan salah, maka akan timbul sakit hati, kepahitan, kebencian, amarah, maka secepatnya hidup kita akan dipenuhi oleh dukacita, putus asa, keinginan jahat. Tentu saja akan berdampak buruk bagi kelangsungan hidup kita karena jauh dari kasih karunia Tuhan. Sia-sia hidup kita kalau kita memilih untuk jauh dari kasih karunia Tuhan hanya karena iri hati yang salah menjerat hidup kita.
Kejatuhan manusia pertama karena iri hati mau menjadi sama dengan Penciptanya sehingga mudah ditipu oleh iblis yang mengakibatkan kita menerima hukuman.
So, sebelum kita iri hati, pikir-pikirlah dahulu supaya kita tetap hidup dipenuhi oleh sukacita dari Tuhan.
Jumat, 07 Juni 2013
Pengampunan
Banyak anak-anak sekarang yang hidup tanpa pengampunan. Baik pengampunan kepada orang tua, sesama dan diri sendiri. Akibatnya muncul generasi pemberontak yang tidak takut hukum. Kembali ke jaman purbakala, yang kuat menindas yang lemah. Betapa besar pengaruh pengampunan mengubah hidup kita. Bayangkan bila kita tidak mengampuni, kita akan hidup dalam kepahitan dan dendam. Seperti membawa bom waktu yang pasti akan meledak sewaktu-waktu. Hidup terasa berat dan melelahkan karena apa yang kita perbuat sepertinya sia-sia.
Begitu juga jika kita tidak minta ampun atas kesalahan kita kepada sesama, seumur hidup kita akan memikul rasa bersalah dan ketakutan. Terlebih jika kita tidak mendapat pengampunan dari Tuhan. Hidup kita akan dipenuhi dengan kebencian dan kejahatan. Hati nurani kita menjadi mati karena tidak ada kehidupan di dalamnya.
Sebab itu Tuhan telah mengampuni kita sewaktu kita masih berdosa, karena tidak mungkin kita bisa terlepas dari dosa dengan sendirinya. Ada ruang di hati kita yang hanya dapat diisi oleh Tuhan, yang telah memberi nafas kehidupan kepada kita, sebab itu ada ikatan antara manusia dan Tuhan.
Setelah kita menerima pengampunan dari Tuhan, maka kita menjadi manusia yang merdeka, yang mempunyai arah dan tujuan hidup untuk menggenapkan rencanaNya. Masing-masing kita memikul tanggung jawab yang berbeda-beda sesuai dengan karunia yang Tuhan anugerahkan. Dengan modal pengampunan dari Tuhan, kita hidup dengan semangat dan sukacita. Musuh kita si setan tidak dapat mengintimidasi kita lagi sebab kita sudah bukan pengikutnya lagi.
Bahkan kita hidup untuk mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita. Kita seperti perumpamaan di Alkitab mengenai raja yang mengampuni orang yang berhutang 10 ribu talenta, sudah seharusnya kita mengampuni orang yang berhutang 100 dinar. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengampuni sebab Tuhan telah membayar lunas hutang dosa kita yang tidak mungkin kita bayar.
Di dalam Doa Bapa Kami pun tertulis ampunilah kami seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Masihkah kita berani menyimpan dendam hanya karena kita tidak mau mengampuni? Kebencian hanya dapat disembuhkan dengan pengampunan. Jika kita mau hidup dalam kasih damai sejahtera Tuhan, maka lepaskanlah pengampunan baik kepada sesama dan diri sendiri.
Begitu juga jika kita tidak minta ampun atas kesalahan kita kepada sesama, seumur hidup kita akan memikul rasa bersalah dan ketakutan. Terlebih jika kita tidak mendapat pengampunan dari Tuhan. Hidup kita akan dipenuhi dengan kebencian dan kejahatan. Hati nurani kita menjadi mati karena tidak ada kehidupan di dalamnya.
Sebab itu Tuhan telah mengampuni kita sewaktu kita masih berdosa, karena tidak mungkin kita bisa terlepas dari dosa dengan sendirinya. Ada ruang di hati kita yang hanya dapat diisi oleh Tuhan, yang telah memberi nafas kehidupan kepada kita, sebab itu ada ikatan antara manusia dan Tuhan.
Setelah kita menerima pengampunan dari Tuhan, maka kita menjadi manusia yang merdeka, yang mempunyai arah dan tujuan hidup untuk menggenapkan rencanaNya. Masing-masing kita memikul tanggung jawab yang berbeda-beda sesuai dengan karunia yang Tuhan anugerahkan. Dengan modal pengampunan dari Tuhan, kita hidup dengan semangat dan sukacita. Musuh kita si setan tidak dapat mengintimidasi kita lagi sebab kita sudah bukan pengikutnya lagi.
Bahkan kita hidup untuk mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita. Kita seperti perumpamaan di Alkitab mengenai raja yang mengampuni orang yang berhutang 10 ribu talenta, sudah seharusnya kita mengampuni orang yang berhutang 100 dinar. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengampuni sebab Tuhan telah membayar lunas hutang dosa kita yang tidak mungkin kita bayar.
Di dalam Doa Bapa Kami pun tertulis ampunilah kami seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Masihkah kita berani menyimpan dendam hanya karena kita tidak mau mengampuni? Kebencian hanya dapat disembuhkan dengan pengampunan. Jika kita mau hidup dalam kasih damai sejahtera Tuhan, maka lepaskanlah pengampunan baik kepada sesama dan diri sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)