Selasa, 11 Juni 2013

Iri hati

Tanpa kita sadari, rasa iri hati bisa mempengaruhi hidup kita, baik melalui pikiran, sikap, ucapan kita. Jika kita iri hati karena orang lain lebih berhasil dari kita, maka ada dua pilihan yang bisa kita lakukan, pertama, kita akan berusaha lebih giat bekerja lagi agar bisa berhasil seperti orang itu atau kedua, kita mencari-cari kesalahan orang itu dan menganggap bahwa keberhasilannya karena ada faktor-faktor tertentu tanpa kita mau belajar dari keberhasilannya.

Sebenarnya ada hal-hal tertentu yang wajib kita pikirkan sebelum kita menjadi iri hati pada orang lain. Kita harus tahu apakah orang tersebut pantas untuk membuat hati kita iri atau hanya sekedar perasaan kita saja yang tidak bisa menilai secara obyektif. Tidak ada yang salah jika kita melihat orang lain bersukacita, jika memang keadaannya membuatnya bersukacita, jika memang dia bersusah-susah hidupnya dulu dan sekarang dia menikmati hasil kerja kerasnya. Kita justru harus belajar darinya yaitu sikap kerja keras dan mau berusaha agar nanti kita pun juga bisa menikmati hasilnya.

Menjadi salah jika kita iri hati kepada orang lain yang bersukacita karena kejahatannya. Orang yang berbuat jahat pasti akan mendapat hukuman, baik secara langsung atau tidak dan itu bukan menjadi urusan kita. Hukum yang akan menjeratnya cepat atau lambat. Jika hukum manusia tidak berhasil, maka sebagai orang percaya, akan ada hukuman dari Tuhan langsung. Tapi kita bisa belajar darinya bahwa jika kita melakukan hal tersebut, kita pun akan turut dihukum.

Namun seringkali kita hanya melihat luarnya saja, orang lain bersukacita menikmati hasil kejahatannya sementara kita yang hidup benar sepertinya hidup pas-pasan dan tidak bisa menikmati hal-hal seperti orang jahat menikmati. Tuhan telah memberi hati nurani kepada setiap orang, itulah yang menjadi alarm ketika kita berbuat jahat, maka alarm itu akan bereaksi. Hati kita akan menuduh kita ketika yang kita lakukan kita tahu tidak benar. Kita bisa saja menyepelekan alarm hati nurani, tetapi akan muncul ketakutan yang akan menghantui kita. Orang lain tidak bisa melihat dan merasakan karena hanya pribadi kita yang tahu dan merasakan.

Jadi, sepertinya orang yang berbuat kejahatan bersukacita, sebenarnya tidak sama sekali. Kita tidak bisa membohongi hati nurani sebab itu diberikan dari Tuhan karena kita diciptakan sebagai manusia, bukan hewan atau tumbuhan. Kita memiliki pengaharapan akan kehidupan setelah kita mati, mahluk hidup yang lain tidak memilikinya. Sebab itu apa yang kita lakukan sekarang akan kita nikmati hasilnya. Kita bertanggung jawab atas hidup kita masing-masing kepada Tuhan.

Iri hati jika kita sikapi dengan benar, misalnya membuat kita menjadi lebih baik dan lebih bersemangat hidup, maka itu sebenarnya membawa kebaikan bagi kita. Kalaupun kita tidak bisa mengejar apa yang orang lain bisa kejar, maka solusinya adalah beryukur atas apa yang kita kerjakan. Ketika kita telah berusaha tetapi hasilnya tidak seperti yang kita harapkan, maka kita percaya masih ada Tuhan yang tahu apa yang kita telah lakukan dan Dia sendiri yang akan membalasnya kelak. Itu pasti karena Tuhan adil dan benar dan kita percaya ketika kita telah melakukan yang terbaik yang kita bisa, maka ada sukacita yang berasal dari hati nurani kita yang tidak dipengaruhi oleh keadaan sekitar kita.

Namun jika iri hati kita sikapi dengan salah, maka akan timbul sakit hati, kepahitan, kebencian, amarah, maka secepatnya hidup kita akan dipenuhi oleh dukacita, putus asa, keinginan jahat. Tentu saja akan berdampak buruk bagi kelangsungan hidup kita karena jauh dari kasih karunia Tuhan. Sia-sia hidup kita kalau kita memilih untuk jauh dari kasih karunia Tuhan hanya karena iri hati yang salah menjerat hidup kita.

Kejatuhan manusia pertama karena iri hati mau menjadi sama dengan Penciptanya sehingga mudah ditipu oleh iblis yang mengakibatkan kita menerima hukuman.

So, sebelum kita iri hati, pikir-pikirlah dahulu supaya kita tetap hidup dipenuhi oleh sukacita dari Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar