Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, semakin manusia merasa tidak memerlukan Tuhan. Manusia merasa bisa meraih apa yang mereka inginkan dengan pengetahuannya. Manusia bisa menciptakan robot seperti manusia, merubah bentuk tubuh dengan operasi, menciptakan alat-alat untuk mempercepat pekerjaan, dan lain-lain. Tentunya tidak ada yang bisa dibanggakan dengan itu karena memang dari semula manusia diciptakan sebagai mahluk yang menguasai bumi ini untuk dikelolah dan dipelihara demi kesejahteraan manusia juga.
Manusia adalah ciptaan dari Sang Pencipta Agung kita, Tuhan Yesus. Tidak mungkin manusia bisa melebihi penciptanya. Namun seringkali kita bertindak seperti pencipta dengan bersikap tidak menghormati pencipta kita. Padahal kelahiran dan kematian kita pun, bukan kita yang berhak menentukan, namun kita membunuh hidup orang lain dengan adanya aborsi, bunuh diri, suntik mati, hukum mati dan lain sebagainya. Bahkan dengan tidak memelihara tubuh kita pun, berarti kita tidak menghormati pencipta kita.
Memang ada beberapa hal yang tidak bisa kita ubah dalam hidup ini, misalnya kelahiran dengan cacat tubuh atau mental, kecelakaan, dan lain hal yang membuat kita bertanya-tanya mengapa hal demikian bisa terjadi dalam hidup kita. Bukan berarti Pencipta kita berbuat demikian tanpa maksud dan tujuan. Setiap kita memiliki rencana dalam hidup ini dan Pencipta kita memiliki rencana juga yang pastinya terbaik buat kita.
Jika kita mau membuat sesuatu, misalnya baju, pastinya kita akan mempersiapkan bahannya, polanya, akan seperti apa nanti jadinya baju itu dan akan dipakai untuk acara apa. Itu hanya perumpamaan baju, benda mati yang jika kita apa-apakan tidak akan protes, tapi tetap akan menjadi seperti apa yang kita perbuat. Jika kita perlakukan dengan sembarangan maka hasilnya akan sembarangan, tapi jika diperlakukan oleh ahli baju maka hasilnya akan baik, sesuai dengan tujuan semula.
Apalagi kita, mahluk hidup yang diciptakan segambar dengan Tuhan, pasti Tuhan memiliki rencana dan tujuan yang baik dalam hidup kita. Hanya seringkali karena kita memiliki kehendak bebas, maka kita sering berontak dan tidak mau diatur. Beruntung Tuhan maha sabar dan tidak langsung menghukum kita seperti zaman Nuh, Tuhan membunuh semua manusia, kecuali keluarga Nuh dengan air bah. Tapi ada waktu kesabaranNya akan berakhir, ketika kita meninggalkan dunia atau ketika Dia datang kedua kalinya. Ketika hal itu terjadi, kesempatan kita hidup akan berakhir, hanya ada sukacita atau penyesalan kekal.
Kita ciptaan mau tidak mau harus tunduk kepada pencipta kita, jika kita mau selamat, baik di bumi dan di kekekalan nanti. Tidak ada untungnya kita menyombongkan diri kita dengan segala kelebihan yang kita miliki karena semuanya harus tunduk di bawah kuasa pencipta kita. Hanya karena anugerahNya kita bisa hidup dalam perdamaian dengan Bapa di Sorga sehingga kita memiliki pengharapan yang pasti, baik dalam hidup ini maupun di kekekalan nanti. Pengharapan akan hidup bersama dengan pencipta kita selama-lamanya.
Pereratlah hubungan kita dengan Pencipta kita dengan cara hidup berdamai dengan menuruti kehendakNya walaupun tidak mudah dengan adanya kenikmatan hidup yang ditawarkan dunia ini yang membawa pengikutnya kepada maut. Suka cita dan damai sejahtera diberikanNya kepada kita yang setia kepadaNya dan mengutamakan Dia diatas segala-galanya. Bagi Dialah pujian dan hormat kita.
Kamis, 05 Desember 2013
Rabu, 06 November 2013
Harga mati
Usaha manusia, sehebat apapun tidak bisa membeli keselamatan jiwa, hal yang paling penting dalam hidup kita, karena keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus. Barang siapa yang percaya dan mengaku kepadaNya akan beroleh keselamatan. Bagi yang percaya tapi tidak mengaku tidak akan diselamatkan sebab keselamatan bukan sesuatu yang murahan. Keselamatan mahal harganya sehingga kita tidak mungkin bisa membelinya jika dijual pun.
Syarat mendapatkan keselamatan hanya percaya dan mengaku Yesus Kristus Tuhan, itu adalah harga mati yang tidak bisa ditolak. Kalaupun nyawa kita sebagai bayaran ketika kita diancam untuk menolak Yesus, maka mati pilihan yang tepat. Ketika kita berani mati untuk kebenaran maka gaya hidup kita berubah. Hidup kita tidak berfokus kepada hal-hal yang lahiriah, tetapi segala sesuatu yang kita lakukan akan berguna untuk masa yang kekal.
Kita tidak lagi mengejar harta dunia untuk kepuasan diri sendiri, tetapi segala harta yang kita punya akan kita gunakan untuk menolong orang lain. Kita tidak menjadi orang yang suka diberi tetapi suka untuk memberi. Kita akan malu untuk melakukan hal yang tidak berkenan kepada Tuhan karena akhirnya kita harus bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan. Tentu kita tidak mau bertemu denganNya dalam keadaan yang tidak baik.
Jika kita menyadari bahwa keselamatan jiwa perlu kita kejar, maka kita harus tunduk kepada FirmanNya. Sebab iman tanpa perbuatan adalah sia-sia. Jika kita mengaku Dia sebagai Tuhan Penyelamat kita, maka hidup kita pun harus sesuai dengan kehendakNya, tidak bisa tidak. Memang kita bisa jatuh ke dalam dosa sementara kita berjuang untuk melakukan kehendakNya, tapi teruslah bangun kembali. Tidak ada kata menyerah kepada keinginan daging selama kita masih hidup di bumi ini, Tuhan tetap setia menyertai kita, memberi kita semangat untuk hidup benar di mataNya.
Dia tidak akan membiarkan kita sendirian menjalani hidup ini, pasti ada jalan keluar bagi setiap persoalan yang kita hadapi jika kita tetap berharap padaNya. Jika kita mengasihiNya, maka harga mati untuk keselamatan kita akan kita kerjakan dengan penuh sukacita bukan bersungut-sungut. Karena kita tahu perjuangan kita belum selesai, masih banyak yang harus kita kerjakan. Tuhan melalui Roh Kudus akan menuntun kita ke jalan dan rencanaNya.
Harga mati berarti tidak bisa ditawar-tawar lagi, satu-satunya cara yang harus kita lakukan. Jika ada keselamatan lain yang ditawarkan dengan cara yang lain, maka itu bukanlah keselamatan yang sesungguhnya. Jika kita mau diselamatkan, maka kita harus mengikuti apa yang Penyelamat kita katakan. Jika kita mau masuk Surga, maka kita harus mengikuti keinginan Si Pemilik Surga itu sendiri. Tidak ada cara dan jalan lain.
Kita tidak bisa mencari dan memilih jalan lain ke Surga selain jalan yang sudah disediakanNya.
Pilihan tergantung dari kita sekarang, apakah kita mau masuk Surga atau neraka? Kita pasti akan bertemu pada salah satu tempat itu dan ketika itu terjadi dalam hidup kita, maka kita tidak bisa menolaknya atau menyesalinya lagi, sudah tidak ada pilihan lagi. Jangan mau ditipu oleh iblis yang selalu menghalangi kita masuk ke dalam Surga dengan rayuan mautnya. Tetap percaya dan bertahan di dalam kebenaran Firman Tuhan, maka kita akan aman.
Syarat mendapatkan keselamatan hanya percaya dan mengaku Yesus Kristus Tuhan, itu adalah harga mati yang tidak bisa ditolak. Kalaupun nyawa kita sebagai bayaran ketika kita diancam untuk menolak Yesus, maka mati pilihan yang tepat. Ketika kita berani mati untuk kebenaran maka gaya hidup kita berubah. Hidup kita tidak berfokus kepada hal-hal yang lahiriah, tetapi segala sesuatu yang kita lakukan akan berguna untuk masa yang kekal.
Kita tidak lagi mengejar harta dunia untuk kepuasan diri sendiri, tetapi segala harta yang kita punya akan kita gunakan untuk menolong orang lain. Kita tidak menjadi orang yang suka diberi tetapi suka untuk memberi. Kita akan malu untuk melakukan hal yang tidak berkenan kepada Tuhan karena akhirnya kita harus bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan. Tentu kita tidak mau bertemu denganNya dalam keadaan yang tidak baik.
Jika kita menyadari bahwa keselamatan jiwa perlu kita kejar, maka kita harus tunduk kepada FirmanNya. Sebab iman tanpa perbuatan adalah sia-sia. Jika kita mengaku Dia sebagai Tuhan Penyelamat kita, maka hidup kita pun harus sesuai dengan kehendakNya, tidak bisa tidak. Memang kita bisa jatuh ke dalam dosa sementara kita berjuang untuk melakukan kehendakNya, tapi teruslah bangun kembali. Tidak ada kata menyerah kepada keinginan daging selama kita masih hidup di bumi ini, Tuhan tetap setia menyertai kita, memberi kita semangat untuk hidup benar di mataNya.
Dia tidak akan membiarkan kita sendirian menjalani hidup ini, pasti ada jalan keluar bagi setiap persoalan yang kita hadapi jika kita tetap berharap padaNya. Jika kita mengasihiNya, maka harga mati untuk keselamatan kita akan kita kerjakan dengan penuh sukacita bukan bersungut-sungut. Karena kita tahu perjuangan kita belum selesai, masih banyak yang harus kita kerjakan. Tuhan melalui Roh Kudus akan menuntun kita ke jalan dan rencanaNya.
Harga mati berarti tidak bisa ditawar-tawar lagi, satu-satunya cara yang harus kita lakukan. Jika ada keselamatan lain yang ditawarkan dengan cara yang lain, maka itu bukanlah keselamatan yang sesungguhnya. Jika kita mau diselamatkan, maka kita harus mengikuti apa yang Penyelamat kita katakan. Jika kita mau masuk Surga, maka kita harus mengikuti keinginan Si Pemilik Surga itu sendiri. Tidak ada cara dan jalan lain.
Kita tidak bisa mencari dan memilih jalan lain ke Surga selain jalan yang sudah disediakanNya.
Pilihan tergantung dari kita sekarang, apakah kita mau masuk Surga atau neraka? Kita pasti akan bertemu pada salah satu tempat itu dan ketika itu terjadi dalam hidup kita, maka kita tidak bisa menolaknya atau menyesalinya lagi, sudah tidak ada pilihan lagi. Jangan mau ditipu oleh iblis yang selalu menghalangi kita masuk ke dalam Surga dengan rayuan mautnya. Tetap percaya dan bertahan di dalam kebenaran Firman Tuhan, maka kita akan aman.
Jumat, 02 Agustus 2013
Kesaksian
Menjadi saksi yang bisa dipercaya adalah tugas kita sebagai umat Kristiani. Kita hanya menceritakan apa yang telah kita alami dengan sebenar-benarnya. Dalam pengadilan, untuk mendapatkan kebenaran, maka diperlukan saksi hidup untuk menyatakan apa yang telah terjadi. Begitulah yang seharusnya terjadi dalam hidup kita.
Namun kita masih merasa takut, bingung, ragu-ragu untuk bersaksi kepada orang lain lewat kata-kata. Padahal kesaksian yang benar tidak hanya melalui kata-kata saja, perbuatan kitalah sebenarnya adalah kesaksian yang efektif. Sebab perbuatan kita mencerminkan siapa diri kita sebenarnya. Jika saja setiap orang Kristen hidup sebagai saksi yang benar, maka orang lain akan memuliakan Tuhan Yesus, sebab pasti kita terlihat berbeda.
Kita adalah garam dan terang dunia. Garam memberi rasa pada masakan, begitu juga hidup kita harus memberi rasa bagi orang lain. Lewat hidup kita, orang bisa merasakan kasih dan berkat Tuhan. Terang membuat orang tidak tersesat karena dapat melihat jalannya dengan jelas. Begitu juga hidup kita bisa menuntun orang lain yang tersesat dan berdosa sebab kita sudah menemukan jalan yang benar menuju hidup yang kekal.
Menjadi saksi adalah tugas yang mudah dan susah. Mudah karena kita hanya menceritakan apa yang kita tahu dan alami tanpa rekayasa. Susah karena kita harus mempertanggungjawabkan apa yang kita katakan apapun resikonya. Akan ada tantangan yang kita hadapi untuk menjadi saksi Kristus. Kita berhadapan dengan dunia ini yang akan membungkam kesaksian kita agar orang lain tidak menemukan jalan keselamatan yang benar.
Saksi yang benar tidak takut dengan ancaman apapun sebab yang kita saksikan adalah hal terpenting dalam hidup kita semua. Keselamatan jiwa lebih berharga dari apapun, kita tidak bisa menyelamatkan hidup kita sendiri. Kita memerlukan Juru Selamat untuk menyelamatkan hidup kita. Kepastian keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus. Selain Yesus Kristus, hanya ada kata mungkin, mudah-mudahan dan tidak pasti.
Banyak cara untuk bersaksi yang bisa kita lakukan. Tuhan punya banyak cara supaya kita bisa bersaksi asalkan kita mau bertindak. Yang terpenting perbuatan dan perkataan kita sesuai dengan Firman Tuhan maka hidup kita akan menjadi berkat bagi orang lain. Orang lain akan melihat hidup kita sebagai kesaksian yang hidup, tidak ada yang bisa menentang iman kita.
Kita bisa menjadi penabur, penyiram atau penuai jiwa-jiwa tetapi Tuhan sendiri yang akan memberi pertumbuhan. Betapa bangganya kita karena Tuhan melibatkan kita menjadi rekan sekerjaNya, berarti Dia percaya kita bisa melakukannya dengan baik. Sebab bukan kekuatan kita, tetapi Tuhanlah yang memberikan kekuatan dan hikmat kepada kita untuk melakukannya.
Selamat menjadi saksi Kristus dan jangan kendor semangat untuk melayani pekerjaan Tuhan sebab selama kita hidup di dunia, selama itu pula kita mengerjakan bagian kita untuk menjadi saksi Kristus sehingga tidak ada alasan orang tidak tahu tentang keselamatan sebab kita sudah melakukan bagian kita. Kita hanya bisa membalas kasih Tuhan dengan menjadi saksiNya.
Namun kita masih merasa takut, bingung, ragu-ragu untuk bersaksi kepada orang lain lewat kata-kata. Padahal kesaksian yang benar tidak hanya melalui kata-kata saja, perbuatan kitalah sebenarnya adalah kesaksian yang efektif. Sebab perbuatan kita mencerminkan siapa diri kita sebenarnya. Jika saja setiap orang Kristen hidup sebagai saksi yang benar, maka orang lain akan memuliakan Tuhan Yesus, sebab pasti kita terlihat berbeda.
Kita adalah garam dan terang dunia. Garam memberi rasa pada masakan, begitu juga hidup kita harus memberi rasa bagi orang lain. Lewat hidup kita, orang bisa merasakan kasih dan berkat Tuhan. Terang membuat orang tidak tersesat karena dapat melihat jalannya dengan jelas. Begitu juga hidup kita bisa menuntun orang lain yang tersesat dan berdosa sebab kita sudah menemukan jalan yang benar menuju hidup yang kekal.
Menjadi saksi adalah tugas yang mudah dan susah. Mudah karena kita hanya menceritakan apa yang kita tahu dan alami tanpa rekayasa. Susah karena kita harus mempertanggungjawabkan apa yang kita katakan apapun resikonya. Akan ada tantangan yang kita hadapi untuk menjadi saksi Kristus. Kita berhadapan dengan dunia ini yang akan membungkam kesaksian kita agar orang lain tidak menemukan jalan keselamatan yang benar.
Saksi yang benar tidak takut dengan ancaman apapun sebab yang kita saksikan adalah hal terpenting dalam hidup kita semua. Keselamatan jiwa lebih berharga dari apapun, kita tidak bisa menyelamatkan hidup kita sendiri. Kita memerlukan Juru Selamat untuk menyelamatkan hidup kita. Kepastian keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus. Selain Yesus Kristus, hanya ada kata mungkin, mudah-mudahan dan tidak pasti.
Banyak cara untuk bersaksi yang bisa kita lakukan. Tuhan punya banyak cara supaya kita bisa bersaksi asalkan kita mau bertindak. Yang terpenting perbuatan dan perkataan kita sesuai dengan Firman Tuhan maka hidup kita akan menjadi berkat bagi orang lain. Orang lain akan melihat hidup kita sebagai kesaksian yang hidup, tidak ada yang bisa menentang iman kita.
Kita bisa menjadi penabur, penyiram atau penuai jiwa-jiwa tetapi Tuhan sendiri yang akan memberi pertumbuhan. Betapa bangganya kita karena Tuhan melibatkan kita menjadi rekan sekerjaNya, berarti Dia percaya kita bisa melakukannya dengan baik. Sebab bukan kekuatan kita, tetapi Tuhanlah yang memberikan kekuatan dan hikmat kepada kita untuk melakukannya.
Selamat menjadi saksi Kristus dan jangan kendor semangat untuk melayani pekerjaan Tuhan sebab selama kita hidup di dunia, selama itu pula kita mengerjakan bagian kita untuk menjadi saksi Kristus sehingga tidak ada alasan orang tidak tahu tentang keselamatan sebab kita sudah melakukan bagian kita. Kita hanya bisa membalas kasih Tuhan dengan menjadi saksiNya.
Senin, 29 Juli 2013
Keselamatan
Sebagai umat Kristen yang memiliki iman di dalam Yesus Kristus sebagai Juru Selamat satu-satunya, tentu kita harus bersyukur dan mempertahankan keselamatan yang kita miliki. Sebab apa yang dikatakan Firman Tuhan bahwa yang terdahulu akan menjadi yang terakhir akan digenapi. Banyak orang yang terlahir dari keluarga Kristen, di akhir hidupnya telah menolak keselamatan jiwanya hanya karena harta, pasangan hidup, kesenangan dan kemudahan yang bersifat fana. Padahal sekalipun seseorang memiliki seluruh dunia ini, jika akhirnya kehilangan nyawanya, maka sia-sialah semuanya.
Namun, ada juga orang-orang yang harus mengalami aniaya begitu hebatnya, dia tetap berpegang pada keyakinannya kepada Yesus Kristus, bahkan akhirnya harus mati dibunuh. Mereka adalah orang-orang yang tahu dan yakin bahwa menyangkal Yesus Kristus mendatangkan murka Allah dan mereka memilih untuk menyenangkan Allah, sebab tidak ada jalan lain menuju keselamatan kekal selain dalam Yesus Kristus. Sebab Firman Tuhan berkata Yesuslah jalan, kebenaran dan hidup, tidak seorang pun sampai kepada Bapa, jikalau tidak melalui Dia.
Bisa kita katakan bahwa orang-orang yang diselamatkan adalah orang-orang yang terpilih sejak dunia ini diciptakan. Sebab ada juga yang dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi di akhir hidupnya, dia menerima anugerah keselamatan kekal. Jika saat ini kita dilahirkan atau sudah menjadi Kristen, maka kita percaya bahwa kita telah menerima anugerah keselamatan yang harus terus kita pertahankan. Kita adalah orang-orang pilihan yang dipercayakan menjadi umat pilihanNya.
Tetapi kita jangan terlena dengan keselamatan kita dengan hidup semaunya sendiri, sebab diluar kasih karunia Tuhan, kita adalah hamba dosa yang hidup menurut kehendak dosa. Kita sudah ditebus oleh Darah Yesus untuk menjadi hamba kebenaran, berarti hidup kita adalah menuruti kebenaran Firman Tuhan. Jika kita masih hidup di dalam dosa, maka kita tidak menghargai karya keselamatan Yesus di atas kayu salib, yang berarti kita menolakNya.
Manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri, sebab kita sudah tertawan oleh dosa. Kebaikan kita tidak bisa menebus dosa kita. Kita semua sedang berjalan menuju neraka kekal karena upah dosa adalah maut, sampai Tuhan datang ke dunia dalam wujud Yesus, menanggung semua dosa kita dan menjadi pembela kita yang agung. Tidak ada seorangpun yang berani mengatakan bahwa dia adalah jalan keselamatan, kecuali Yesus Kristus.
Walaupun ada harga yang harus kita bayar untuk mempertahankan keselamatan kita, tetaplah tidak sebanding dengan kehidupan kekal yang akan menanti kita. Jangan kita melepaskan iman kita kepada Yesus, hanya untuk mendapatkan kenyamanan hidup yang sementara ini. Di dalam Yesus ada damai sejahtera, suka cita, ketenangan, kemenangan dalam menjalani hidup ini. Masalah pasti ada, namun dalam Yesus yang setia telah menyediakan jalan keluarnya.
Betapa bodohnya jika kita tidak percaya kepadaNya. Tiap hari Dia berkata jangan takut menjalani hidup ini sebab Dia beserta dengan kita. Jika Dia yang telah mengalahkan maut, mau menyertai kita, maka tidak ada yang kita perlu takuti, persoalan, bahaya, cobaan bisa kita hadapi, hanya jika kita mau berjalan bersamaNya dan berarti kita menjadikan Dia Tuan atas hidup kita dan kita setia melakukan kehendakNya.
Sebab di bawah kolong langit, tidak ada nama lain yang melaluinya kita bisa diselamatkan, kecuali Yesus Kristus Tuhan namaNya.
Namun, ada juga orang-orang yang harus mengalami aniaya begitu hebatnya, dia tetap berpegang pada keyakinannya kepada Yesus Kristus, bahkan akhirnya harus mati dibunuh. Mereka adalah orang-orang yang tahu dan yakin bahwa menyangkal Yesus Kristus mendatangkan murka Allah dan mereka memilih untuk menyenangkan Allah, sebab tidak ada jalan lain menuju keselamatan kekal selain dalam Yesus Kristus. Sebab Firman Tuhan berkata Yesuslah jalan, kebenaran dan hidup, tidak seorang pun sampai kepada Bapa, jikalau tidak melalui Dia.
Bisa kita katakan bahwa orang-orang yang diselamatkan adalah orang-orang yang terpilih sejak dunia ini diciptakan. Sebab ada juga yang dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi di akhir hidupnya, dia menerima anugerah keselamatan kekal. Jika saat ini kita dilahirkan atau sudah menjadi Kristen, maka kita percaya bahwa kita telah menerima anugerah keselamatan yang harus terus kita pertahankan. Kita adalah orang-orang pilihan yang dipercayakan menjadi umat pilihanNya.
Tetapi kita jangan terlena dengan keselamatan kita dengan hidup semaunya sendiri, sebab diluar kasih karunia Tuhan, kita adalah hamba dosa yang hidup menurut kehendak dosa. Kita sudah ditebus oleh Darah Yesus untuk menjadi hamba kebenaran, berarti hidup kita adalah menuruti kebenaran Firman Tuhan. Jika kita masih hidup di dalam dosa, maka kita tidak menghargai karya keselamatan Yesus di atas kayu salib, yang berarti kita menolakNya.
Manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri, sebab kita sudah tertawan oleh dosa. Kebaikan kita tidak bisa menebus dosa kita. Kita semua sedang berjalan menuju neraka kekal karena upah dosa adalah maut, sampai Tuhan datang ke dunia dalam wujud Yesus, menanggung semua dosa kita dan menjadi pembela kita yang agung. Tidak ada seorangpun yang berani mengatakan bahwa dia adalah jalan keselamatan, kecuali Yesus Kristus.
Walaupun ada harga yang harus kita bayar untuk mempertahankan keselamatan kita, tetaplah tidak sebanding dengan kehidupan kekal yang akan menanti kita. Jangan kita melepaskan iman kita kepada Yesus, hanya untuk mendapatkan kenyamanan hidup yang sementara ini. Di dalam Yesus ada damai sejahtera, suka cita, ketenangan, kemenangan dalam menjalani hidup ini. Masalah pasti ada, namun dalam Yesus yang setia telah menyediakan jalan keluarnya.
Betapa bodohnya jika kita tidak percaya kepadaNya. Tiap hari Dia berkata jangan takut menjalani hidup ini sebab Dia beserta dengan kita. Jika Dia yang telah mengalahkan maut, mau menyertai kita, maka tidak ada yang kita perlu takuti, persoalan, bahaya, cobaan bisa kita hadapi, hanya jika kita mau berjalan bersamaNya dan berarti kita menjadikan Dia Tuan atas hidup kita dan kita setia melakukan kehendakNya.
Sebab di bawah kolong langit, tidak ada nama lain yang melaluinya kita bisa diselamatkan, kecuali Yesus Kristus Tuhan namaNya.
Kamis, 18 Juli 2013
Nasihat
Sudah menjadi kebiasaan kita untuk malas mendengarkan nasihat dari orang lain, terlebih kalau kita sudah biasa melakukannya. Misalnya ketika kita dinasehati untuk berbicara hati-hati agar tidak menyinggung perasaan orang lain, maka kita dengan santai menganggap bahwa sudah kebiasaan kita berbicara ceplas ceplos dan tidak mungkin bisa diubah. Padahal nasihat itu mendatangkan kebaikan bagi kita, sebab tidak semua orang bisa menerima ucapan kita, kecuali orang-orang yang sudah kenal dekat kita.
Jika kita menyadari bahwa proses menjadi manusia yang baik memerlukan waktu seumur hidup, itu pun belum sempurna ketika kita meninggalkan dunia ini. Pasti masih ada penyesalan yang seharusnya tidak terjadi jika saja kita mendengar nasihat dan melakukannya. Kita dengan segala keterbatasannya memerlukan nasihat dari orang lain, baik dari orang yang kita benci atau tidak. Asalkan nasihat tersebut adalah nasihat yang benar, tentu akan berguna bagi kehidupan kita ke depannya.
Mungkin saja kita mendengar nasihat itu, tetapi karena sukar melakukannya, maka kita mengabaikannya. Atau sudah mencoba, tetapi hanya setengah jalan, sebab kita malas dan bosan. Kita menunda-nunda untuk berubah dan semakin berjalannya waktu, kita menyesal sebab segala sesuatunya sudah terlambat. Waktu terus berjalan dan kita bertambah tua, tanpa bisa dihentikan.
Sebelum kita menyesal lebih lanjut, ada baiknya kita merenungkan apa yang selama ini kita lakukan. Berapa banyak nasihat yang kita dengar dan berapa banyak yang sudah kita lakukan sesuai nasihat itu. Dari kita kecil, tentu banyak pengajaran yang kita terima dari orang tua kita, guru kita, pengajar kita, orang yang kita hormati, buku-buku, acara televisi, seminar dan masih banyak lagi. Pasti ada sesuatu yang membuat hidup kita lebih baik jika menuruti pengajaran itu.
Bukan hanya harta benda yang kita miliki, tetapi yang terpenting karakter hidup kita, apakah kita sudah menjadi orang yang berkarakter baik atau kita masih menjadi orang yang berkarakter sulit? Apakah keberadaan kita menguntungkan atau merugikan orang lain? Berapa banyak yang kita dapatkan yang bisa kita berikan kepada orang lain? Sudahkah kita memberi dengan sukacita atau terpaksa? Banyakkah musuh kita karena kesalahan dan kejahatan yang kita lakukan?
Ternyata masih banyak hal yang harus kita perbaharui, bukan tampilan kita atau the way we look tapi perbuatan kita, the way we do. Tampilan bisa menipu tetapi perbuatan akan menunjang penampilan kita. Pohon baik akan berbuah baik dan buahnya dapat dirasakan dan dinikmati, tetapi pohon yang jelek akan berbuah jelek dan buahnya akan dibuang karena tidak bisa dirasakan dan dinikmati.
Firman Tuhan adalah buku yang berisi nasihat dan panduan hidup yang benar. Jika kita melakukannya, maka baiklah hidup kita, di bumi dan di surga. Walaupun banyak masalah dan tantangan yang kita hadapi, kita bisa melewatinya karena kita mendengar nasihat yang benar. Firman Tuhan berisi kejadian yang benar-benar terjadi, menjadi pelajaran berharga bagi kita, apakah kita mau hidup gagal atau berhasil, ada di tangan kita dan kesanggupan kita. Apakah kita mau menjadi penurut atau pemberontak Firman? Kita jugalah yang akan menikmati hasilnya. Bersama Tuhan, kita pasti sanggup.
Jika kita menyadari bahwa proses menjadi manusia yang baik memerlukan waktu seumur hidup, itu pun belum sempurna ketika kita meninggalkan dunia ini. Pasti masih ada penyesalan yang seharusnya tidak terjadi jika saja kita mendengar nasihat dan melakukannya. Kita dengan segala keterbatasannya memerlukan nasihat dari orang lain, baik dari orang yang kita benci atau tidak. Asalkan nasihat tersebut adalah nasihat yang benar, tentu akan berguna bagi kehidupan kita ke depannya.
Mungkin saja kita mendengar nasihat itu, tetapi karena sukar melakukannya, maka kita mengabaikannya. Atau sudah mencoba, tetapi hanya setengah jalan, sebab kita malas dan bosan. Kita menunda-nunda untuk berubah dan semakin berjalannya waktu, kita menyesal sebab segala sesuatunya sudah terlambat. Waktu terus berjalan dan kita bertambah tua, tanpa bisa dihentikan.
Sebelum kita menyesal lebih lanjut, ada baiknya kita merenungkan apa yang selama ini kita lakukan. Berapa banyak nasihat yang kita dengar dan berapa banyak yang sudah kita lakukan sesuai nasihat itu. Dari kita kecil, tentu banyak pengajaran yang kita terima dari orang tua kita, guru kita, pengajar kita, orang yang kita hormati, buku-buku, acara televisi, seminar dan masih banyak lagi. Pasti ada sesuatu yang membuat hidup kita lebih baik jika menuruti pengajaran itu.
Bukan hanya harta benda yang kita miliki, tetapi yang terpenting karakter hidup kita, apakah kita sudah menjadi orang yang berkarakter baik atau kita masih menjadi orang yang berkarakter sulit? Apakah keberadaan kita menguntungkan atau merugikan orang lain? Berapa banyak yang kita dapatkan yang bisa kita berikan kepada orang lain? Sudahkah kita memberi dengan sukacita atau terpaksa? Banyakkah musuh kita karena kesalahan dan kejahatan yang kita lakukan?
Ternyata masih banyak hal yang harus kita perbaharui, bukan tampilan kita atau the way we look tapi perbuatan kita, the way we do. Tampilan bisa menipu tetapi perbuatan akan menunjang penampilan kita. Pohon baik akan berbuah baik dan buahnya dapat dirasakan dan dinikmati, tetapi pohon yang jelek akan berbuah jelek dan buahnya akan dibuang karena tidak bisa dirasakan dan dinikmati.
Firman Tuhan adalah buku yang berisi nasihat dan panduan hidup yang benar. Jika kita melakukannya, maka baiklah hidup kita, di bumi dan di surga. Walaupun banyak masalah dan tantangan yang kita hadapi, kita bisa melewatinya karena kita mendengar nasihat yang benar. Firman Tuhan berisi kejadian yang benar-benar terjadi, menjadi pelajaran berharga bagi kita, apakah kita mau hidup gagal atau berhasil, ada di tangan kita dan kesanggupan kita. Apakah kita mau menjadi penurut atau pemberontak Firman? Kita jugalah yang akan menikmati hasilnya. Bersama Tuhan, kita pasti sanggup.
Jumat, 12 Juli 2013
Keinginan
Kalau berbicara keinginan, pastinya sangat banyak keinginan kita. Keinginan tidak ada batasnya, seluas samudera raya. Tidak mengeherankan, orang yang kita lihat sudah memiliki segalanya, masih saja merasa kurang. Begitu juga kita, sebanyak apapun yang kita miliki, pasti kita menginginkan lagi dan lagi. Ada yang membatasi keinginannya karena tidak punya daya lagi dan ada juga yang memaksakan keinginannya dengan berbagai cara.
Kita tidak pernah puas, bahkan kita diharapkan berani bermimpi, berani menggantung cita-cita di langit, mengejar ilmu sampai ke ujung dunia dan terus berjuang sampai keinginan kita tercapai. Benarkah pendapat seperti itu? Ada benarnya dan ada salahnya. Benar, jika mimpi kita benar, salah, jika mimpi kita salah. Benar, jika cita-cita kita mulia bagi kemajuan bangsa, salah, kalau cita-cita kita menghancurkan manusia. Benar, jika ilmu yang kita kejar akan mendatangkan kebaikan, salah, jika ilmu yang kita kejar mengajarkan kesesatan akal budi kita.
Tidak salah dengan keinginan, jika tidak ada keinginan, maka kita sudah mati. Jika kita haus, kita ingin minum, tapi kita butuh air putih bukan air sirup. Kalau kita minum air putih, tubuh kita akan segar kembali, tetapi jika air sirup, maka ada kandungan gula yang berbahaya bagi tubuh jika berlebihan. Jadi keinginan harus berjalan bersama-sama dengan kebutuhan. Jika keinginan melebihi kebutuhan, maka kita akan sengsara.
Apa yang melebihi kebutuhan kita, maka kita tidak akan bisa bersyukur. Orang yang tidak bisa bersyukur berarti tidak menghormati Tuhan yang telah memelihara kehidupannya. Kita berbuat jahat karena keinginan kita melebihi kebutuhan kita. Semakin kita diikat oleh keinginan kita, semakin kita tidak bisa tenang hidupnya, sebab kita akan merasa tidak pernah cukup.
Keinginan boleh ada, tapi harus sesuai dengan kebutuhan kita, jika itu bisa kita terapkan dalam hidup kita, maka kita akan merasa cukup bahkan berkelimpahan sehingga kita bisa berbagi dengan sesama kita. Firman Tuhan berkata hidup kita tidak ditentukan oleh apa yang kita miliki, bahkan jika kita memiliki seluruh dunia ini, kita tetap tidak bisa menyelamatkan nyawa kita, hidup kita yang paling berharga.
Tuhan Yesus sudah menyelamatkan hidup kita, maka kita tidak memerlukan apa yang bukan menjadi kebutuhan kita. Berbahagialah kita jika hidup sesuai dengan keinginan Tuhan, bukan keinginan kita. Keinginan kita bisa membawa malapetaka, tetapi keinginan Tuhan membawa keselamatan kekal.
Kita tidak pernah puas, bahkan kita diharapkan berani bermimpi, berani menggantung cita-cita di langit, mengejar ilmu sampai ke ujung dunia dan terus berjuang sampai keinginan kita tercapai. Benarkah pendapat seperti itu? Ada benarnya dan ada salahnya. Benar, jika mimpi kita benar, salah, jika mimpi kita salah. Benar, jika cita-cita kita mulia bagi kemajuan bangsa, salah, kalau cita-cita kita menghancurkan manusia. Benar, jika ilmu yang kita kejar akan mendatangkan kebaikan, salah, jika ilmu yang kita kejar mengajarkan kesesatan akal budi kita.
Tidak salah dengan keinginan, jika tidak ada keinginan, maka kita sudah mati. Jika kita haus, kita ingin minum, tapi kita butuh air putih bukan air sirup. Kalau kita minum air putih, tubuh kita akan segar kembali, tetapi jika air sirup, maka ada kandungan gula yang berbahaya bagi tubuh jika berlebihan. Jadi keinginan harus berjalan bersama-sama dengan kebutuhan. Jika keinginan melebihi kebutuhan, maka kita akan sengsara.
Apa yang melebihi kebutuhan kita, maka kita tidak akan bisa bersyukur. Orang yang tidak bisa bersyukur berarti tidak menghormati Tuhan yang telah memelihara kehidupannya. Kita berbuat jahat karena keinginan kita melebihi kebutuhan kita. Semakin kita diikat oleh keinginan kita, semakin kita tidak bisa tenang hidupnya, sebab kita akan merasa tidak pernah cukup.
Keinginan boleh ada, tapi harus sesuai dengan kebutuhan kita, jika itu bisa kita terapkan dalam hidup kita, maka kita akan merasa cukup bahkan berkelimpahan sehingga kita bisa berbagi dengan sesama kita. Firman Tuhan berkata hidup kita tidak ditentukan oleh apa yang kita miliki, bahkan jika kita memiliki seluruh dunia ini, kita tetap tidak bisa menyelamatkan nyawa kita, hidup kita yang paling berharga.
Tuhan Yesus sudah menyelamatkan hidup kita, maka kita tidak memerlukan apa yang bukan menjadi kebutuhan kita. Berbahagialah kita jika hidup sesuai dengan keinginan Tuhan, bukan keinginan kita. Keinginan kita bisa membawa malapetaka, tetapi keinginan Tuhan membawa keselamatan kekal.
Kamis, 11 Juli 2013
Setia
Ketika kita mencari pasangan hidup, pertama kali kita hanya melihat apa yang tampak dari luarnya saja, good looking atau tidak. Tidak terpikirkan bahwa nanti pasangan kita itu setia atau tidak. Padahal yang sifatnya tidak sementara yaitu setia yang terpenting. Pada saat pemberkatan, yang ditanyakan adalah kesetiaan menjalani hidup dalam suka dan duka.
Ketika kita mencari hewan peliharaan, yang sering kita cari adalah yang setia, seperti anjing. Banyak sekali film yang bercerita mengenai kisah kesetiaan anjing kepada majikannya. Bahkan anjing pun bisa lebih setia daripada manusia. Padahal kita yang disebut manusia seharusnya lebih baik kelakuannya dari pada hewan.
Kita yang sulit untuk setia, mencari yang setia, karena kita tahu kesetiaan mendatangkan keuntungan dan ketenangan. Begitu juga hubungan kita dengan Tuhan, apakah kita sudah setia kepadaNya? Dari pihak Tuhan, sudah tidak diragukan lagi kesetiaanNya. Dia berjanji sekalipun kita tidak setia, Dia tetap setia. Betapa beruntungnya kita memiliki Tuhan yang setia.
Apa yang bisa kita lakukan untuk menunjukkan kesetiaan kita kepada Dia? Pastinya dengan melakukan FirmanNya sampai akhir hidup kita. Martir Kristus telah memberikan teladan yang baik bagi kita, bahwa kadang kesetiaan menuntut harga diri kita, bahkan nyawa kita. Sanggupkah kita menunjukkan kesetiaan kita ketika keadaan begitu menakutkan, ketika nyawa kita terancam, ketika penderitaan yang kita alami tidak berkurang?
Syair lagu yang mengatakan setia, setialah, setialah sampai mati membuka mata kita bahwa tidak selamanya setia itu menyenangkan kita, bahkan lebih banyak menderitanya. Banyak hal membuat kita ingin keluar dari kungkungan, keterikatan yang sebetulnya mendatangkan kebaikan buat kita. Firman Tuhan mengikat dan mengkungkung kita demi tujuan yang baik, walaupun berat menjalaninya. Tentu saja berat sebab bukan hanya berbuat baik kepada yang baik, tapi kepada yang jahat juga, mengampuni bukan hanya kepada yang menyesal dan minta ampun, tapi kepada yang tegar tengkuk.
Dengan kekuatan sendiri, pastilah kita sudah putus asa dan depresi. Tidak mungkin kita bisa setia dengan mengandalkan kekuatan, kepandaian, kemauan apalagi keinginan kita. Kita memerlukan Roh Kudus yang menolong kita untuk tetap setia baik dalam suka maupun duka. Tidak jarang kita bisa lemah imannya ketika kita dalam keadaan suka. Kita harus tetap berjaga-jaga dan mengoreksi diri kita, masihkah kita setia kepada Tuhan? Ketika apa yang kita harapkan tidak sesuai harapan, ketika doa yang kita panjatkan tak kunjung dijawab, ketika semuanya bertambah buruk, apakah kita tetap mencari wajahNya?
Kewajiban kita hidup di dunia haruslah tetap kita jalani dengan setia sebab kita tidak mengharapkan upah dari manusia tetapi dari Tuhan sendiri. Kerjakan keselamatan kita dengan setia sampai Dia datang kembali dan mendapatkan kita dalam keadaan setia. Tuhan telah membuktikan kesetiaanNya kepada kita, kini giliran kita.
Ketika kita mencari hewan peliharaan, yang sering kita cari adalah yang setia, seperti anjing. Banyak sekali film yang bercerita mengenai kisah kesetiaan anjing kepada majikannya. Bahkan anjing pun bisa lebih setia daripada manusia. Padahal kita yang disebut manusia seharusnya lebih baik kelakuannya dari pada hewan.
Kita yang sulit untuk setia, mencari yang setia, karena kita tahu kesetiaan mendatangkan keuntungan dan ketenangan. Begitu juga hubungan kita dengan Tuhan, apakah kita sudah setia kepadaNya? Dari pihak Tuhan, sudah tidak diragukan lagi kesetiaanNya. Dia berjanji sekalipun kita tidak setia, Dia tetap setia. Betapa beruntungnya kita memiliki Tuhan yang setia.
Apa yang bisa kita lakukan untuk menunjukkan kesetiaan kita kepada Dia? Pastinya dengan melakukan FirmanNya sampai akhir hidup kita. Martir Kristus telah memberikan teladan yang baik bagi kita, bahwa kadang kesetiaan menuntut harga diri kita, bahkan nyawa kita. Sanggupkah kita menunjukkan kesetiaan kita ketika keadaan begitu menakutkan, ketika nyawa kita terancam, ketika penderitaan yang kita alami tidak berkurang?
Syair lagu yang mengatakan setia, setialah, setialah sampai mati membuka mata kita bahwa tidak selamanya setia itu menyenangkan kita, bahkan lebih banyak menderitanya. Banyak hal membuat kita ingin keluar dari kungkungan, keterikatan yang sebetulnya mendatangkan kebaikan buat kita. Firman Tuhan mengikat dan mengkungkung kita demi tujuan yang baik, walaupun berat menjalaninya. Tentu saja berat sebab bukan hanya berbuat baik kepada yang baik, tapi kepada yang jahat juga, mengampuni bukan hanya kepada yang menyesal dan minta ampun, tapi kepada yang tegar tengkuk.
Dengan kekuatan sendiri, pastilah kita sudah putus asa dan depresi. Tidak mungkin kita bisa setia dengan mengandalkan kekuatan, kepandaian, kemauan apalagi keinginan kita. Kita memerlukan Roh Kudus yang menolong kita untuk tetap setia baik dalam suka maupun duka. Tidak jarang kita bisa lemah imannya ketika kita dalam keadaan suka. Kita harus tetap berjaga-jaga dan mengoreksi diri kita, masihkah kita setia kepada Tuhan? Ketika apa yang kita harapkan tidak sesuai harapan, ketika doa yang kita panjatkan tak kunjung dijawab, ketika semuanya bertambah buruk, apakah kita tetap mencari wajahNya?
Kewajiban kita hidup di dunia haruslah tetap kita jalani dengan setia sebab kita tidak mengharapkan upah dari manusia tetapi dari Tuhan sendiri. Kerjakan keselamatan kita dengan setia sampai Dia datang kembali dan mendapatkan kita dalam keadaan setia. Tuhan telah membuktikan kesetiaanNya kepada kita, kini giliran kita.
Kamis, 27 Juni 2013
Keputusan
Ada dua pertanyaan penting yang harus kita jawab yang akan menentukan arah hidup kita selanjutnya. Untuk siapakah kita hidup dan kemanakah kita setelah mati? Jika kita belum tahu jawabannya, maka sia-sialah hidup kita. Hidup tanpa arah dan tujuan sangat mudah untuk dihancurkan musuh, dimanfaatkan orang lain, dan dijerumuskan ke dalam kejahatan.
Berbahagialah orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, karena kita sudah memiliki jawaban dari pertanyaan diatas. Kita hidup bagi Tuhan dan mati masuk sorga. Sebab sebelum kita ditebus oleh Tuhan, kita adalah hamba dosa yang menuruti keinginan daging yaitu si iblis, tetapi ketika kita ditebus, kita adalah hamba kebenaran yang menuruti keinginan Roh yaitu Roh Kudus, Tuhan.
Hidup kita tidak sama seperti sebelum kita menjadi hamba kebenaran, sekarang kita hidup melakukan pekerjaan yang Tuhan telah kerjakan sewaktu di dunia. Tuhan telah memberi contoh dan teladan yang seharusnya kita lakukan juga. Melakukan pekerjaan yang baik yang memuliakan namaNya, menjauhi kejahatan agar tidak merugikan hidup kita, dan berperang melawan keinginan daging yang masih muncul karena kita masih hidup di dunia ini.
Keputusan yang kita buat akan memberi dorongan supaya kita bisa menjalani hidup ini sebaik mungkin. Kita tidak akan mensia-siakan hidup kita dengan hidup tidak benar lagi. Waktu yang kita miliki sangatlah berharga sehingga harus kita isi dengan hal-hal yang baik. Hiduplah di dalam kasih Tuhan, sehingga buah-buah Roh akan terpancar dalam hidup kita. Isilah hidup kita dengan Firman Allah yang berkuasa menyembuhkan, memulihkan, mengajar, menghajar hidup kita semakin hari semakin menyenangkan hatiNya.
Setelah kita selesai dengan tugas kita di dunia ini sebagai duta-duta Allah, maka akan tiba waktunya kita untuk kembali kepadaNya, ke tempat Dia berada, yaitu Surga yang mulia. Jika ada orang yang berpikir di Surga itu tidak enak karena harus hidup kudus, maka silahkan untuk memilih neraka, tempatnya setan berada. Hanya ada ratap tangis dan dukacita penyesalan di neraka. Kalau sudah tiba di neraka, menyesal pun tiada berguna. Semuanya sudah terlambat.
Sebab itu mengambil keputusan yang benar akan menjauhkan kita dari penyesalan kekal. Mungkin kasih kita bisa pudar karena beratnya masalah kehidupan yang datang silih berganti, pencobaan yang bisa menggugurkan iman kita, dan hal-hal lain dimana seakan Tuhan tidak menjawab doa kita. Namun selama kita memutuskan untuk hidup dalam kasih Tuhan, maka Tuhan tidak akan membiarkan kita sendirian. Kita akan selalu berjalan bersamaNya, baik kita merasakan atau tidak merasakan kehadiranNya, Dia tetap bersama kita.
Ketika cerita tentang dua tapak kaki di tepi pantai, itulah disaat kita dalam keadaan sulit dan gelap, Tuhan sedang menggendong kita. Ketika gambar seorang anak yang dibonceng Tuhan melewati bukit terjal, itulah bukti penyertaan Tuhan dalam masalah. Ketika lukisan dua orang anak yang sedang berbincang-bincang tanpa mengetahui ada lubang di jembatan itu, ada tangan Tuhan yang menahan kaki mereka supaya tidak terjatuh, itulah penyertaan kasih setia Tuhan kepada kita semua yang berharap kepadaNya.
Hidupilah keputusan yang telah kita ambil dan kita akan mendapatkan suka cita dan damai sejahtera yang bukan berasal dari dunia ini, yang bersifat kekal abadi sampai kita bertemu muka denganNya. Jangan sampai kita menjadi suam suam kuku dan tidak jelas. Tetaplah kobarkan kasih Kristus kepada sesama kita dan kita akan dimampukan olehNya, sebab kekuatan, kasih, kebenaran dan kemuliaan berasal dari padanNya
Berbahagialah orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, karena kita sudah memiliki jawaban dari pertanyaan diatas. Kita hidup bagi Tuhan dan mati masuk sorga. Sebab sebelum kita ditebus oleh Tuhan, kita adalah hamba dosa yang menuruti keinginan daging yaitu si iblis, tetapi ketika kita ditebus, kita adalah hamba kebenaran yang menuruti keinginan Roh yaitu Roh Kudus, Tuhan.
Hidup kita tidak sama seperti sebelum kita menjadi hamba kebenaran, sekarang kita hidup melakukan pekerjaan yang Tuhan telah kerjakan sewaktu di dunia. Tuhan telah memberi contoh dan teladan yang seharusnya kita lakukan juga. Melakukan pekerjaan yang baik yang memuliakan namaNya, menjauhi kejahatan agar tidak merugikan hidup kita, dan berperang melawan keinginan daging yang masih muncul karena kita masih hidup di dunia ini.
Keputusan yang kita buat akan memberi dorongan supaya kita bisa menjalani hidup ini sebaik mungkin. Kita tidak akan mensia-siakan hidup kita dengan hidup tidak benar lagi. Waktu yang kita miliki sangatlah berharga sehingga harus kita isi dengan hal-hal yang baik. Hiduplah di dalam kasih Tuhan, sehingga buah-buah Roh akan terpancar dalam hidup kita. Isilah hidup kita dengan Firman Allah yang berkuasa menyembuhkan, memulihkan, mengajar, menghajar hidup kita semakin hari semakin menyenangkan hatiNya.
Setelah kita selesai dengan tugas kita di dunia ini sebagai duta-duta Allah, maka akan tiba waktunya kita untuk kembali kepadaNya, ke tempat Dia berada, yaitu Surga yang mulia. Jika ada orang yang berpikir di Surga itu tidak enak karena harus hidup kudus, maka silahkan untuk memilih neraka, tempatnya setan berada. Hanya ada ratap tangis dan dukacita penyesalan di neraka. Kalau sudah tiba di neraka, menyesal pun tiada berguna. Semuanya sudah terlambat.
Sebab itu mengambil keputusan yang benar akan menjauhkan kita dari penyesalan kekal. Mungkin kasih kita bisa pudar karena beratnya masalah kehidupan yang datang silih berganti, pencobaan yang bisa menggugurkan iman kita, dan hal-hal lain dimana seakan Tuhan tidak menjawab doa kita. Namun selama kita memutuskan untuk hidup dalam kasih Tuhan, maka Tuhan tidak akan membiarkan kita sendirian. Kita akan selalu berjalan bersamaNya, baik kita merasakan atau tidak merasakan kehadiranNya, Dia tetap bersama kita.
Ketika cerita tentang dua tapak kaki di tepi pantai, itulah disaat kita dalam keadaan sulit dan gelap, Tuhan sedang menggendong kita. Ketika gambar seorang anak yang dibonceng Tuhan melewati bukit terjal, itulah bukti penyertaan Tuhan dalam masalah. Ketika lukisan dua orang anak yang sedang berbincang-bincang tanpa mengetahui ada lubang di jembatan itu, ada tangan Tuhan yang menahan kaki mereka supaya tidak terjatuh, itulah penyertaan kasih setia Tuhan kepada kita semua yang berharap kepadaNya.
Hidupilah keputusan yang telah kita ambil dan kita akan mendapatkan suka cita dan damai sejahtera yang bukan berasal dari dunia ini, yang bersifat kekal abadi sampai kita bertemu muka denganNya. Jangan sampai kita menjadi suam suam kuku dan tidak jelas. Tetaplah kobarkan kasih Kristus kepada sesama kita dan kita akan dimampukan olehNya, sebab kekuatan, kasih, kebenaran dan kemuliaan berasal dari padanNya
Senin, 24 Juni 2013
Mengeluh
Tidak mudah untuk mengucap syukur atas apa yang telah kita miliki, apalagi kalau apa yang kita harapkan tidak kita terima sampai saat ini. Mudah bagi kita untuk mengeluh dan membuat daftar permintaan panjang di setiap doa kita. Kita beriman bahwa kita akan menerimanya, namun sampai saat ini kita belum menerima jawaban dari doa kita. Semangat dan iman kita bisa saja kendor dan kita mengeluh mengapa Tuhan pilih kasih dalam menjawab doa. Orang lain berdoa segera dijawab dalam hitungan hari, sedangkan kita bertahun-tahun berdoa, tanda-tandanya pun belum terlihat.
Kita merenung apakah kita telah salah berdoa atau kurangkah iman kita? Hanya Tuhan yang tahu, tapi yang pasti Tuhan telah mendengar doa kita, masalahnya apakah Tuhan mau menjawabnya dengan tidak, ya atau nanti, keputusan ada di tanganNya. Kita tidak tahu jawaban Tuhan ketika kita sibuk mengeluh dan mempersalahkan Tuhan tanpa mau mengoreksi motivasi kita berdoa. Apakah kita berdoa karena didorong keinginan daging kita atau keinginan roh? Keinginan daging bersifat sementara dan menuju kebinasaan tetapi keinginan roh bersifat kekal dan menuju kekekalan.
Seringkali kita tidak menyadari apakah keinginan kita itu adalah yang terbaik dalam hidup kita, sebab itu kita berdoa memohon pimpinan Tuhan agar kita mendapatkan yang terbaik menurut pemandanganNya. Dengan bersyukur kita membuka pintu hati kita kepada Tuhan untuk mempersilahkan Dia masuk ke dalam hati kita kerena sikap beryukur kita menunjukkan bahwa Tuhan itu baik dan kita percaya kepadaNya. Bila kita mengeluh maka kita menutup hati kita kepada Tuhan dan menunjukkan bahwa Tuhan itu jahat dan tidak mungkin kita percaya kepadaNya.
Jika kita berdoa tetapi kita mengeluh juga maka lebih baik kita tidak berdoa, sebab kita hanya memaksa Tuhan mengikuti keinginan kita tanpa kita mau mengerti kehendakNya. Bukannya penantian yang kita harapkan tetapi tuduhan kepada Tuhan jika kita mengeluh. Sudah pasti ketika kita mengeluh kita memposisikan Tuhan di tempat yang salah bahwa Tuhan tidak akan menjawab doa kita. Kita membanding-bandingkan hidup kita dengan orang lain dengan persepsi yang salah.
Mengeluh tidak mendatangkan kebaikan bagi hidup kita. Kehidupan rohani dan jasmani kita akan merosot, tidak ada hal yang baik yang bisa kita ambil. Berhenti mengeluh, sebaliknya tetaplah bersyukur untuk apapun yang kita alami. Kita tidak bisa mengulang apa yang telah terjadi, sehingga mengeluh pun tidak ada guna. Bangsa Israel pernah mengeluh maka Tuhan marah dan mematikan mereka. Kalaupun apa yang kita harapkan belum terjadi, mungkin kita salah berharap, mungkin belum waktunya, mungkin ada yang lebih baik, dan masih banyak kemungkinan yang lain, hanya tetaplah berdoa dan bersyukur. Mungkin sebenarnya doa kita sudah dijawab tapi kita tidak melihatnya karena kita terlanjur mengeluh.
Keluhan-keluhan bisa saja kita lontarkan tapi jangan dijadikan kebiasaan dan gantilah dengan mengucap syukur maka semuanya akan baik-baik saja. Hati yang gembira adalah obat, tetapi semangat yang padam keringkan tulang. Muka yang berseri-seri adalah wujud dari sukacita di dalam hati yang memancarkan kasih Tuhan.
Kita merenung apakah kita telah salah berdoa atau kurangkah iman kita? Hanya Tuhan yang tahu, tapi yang pasti Tuhan telah mendengar doa kita, masalahnya apakah Tuhan mau menjawabnya dengan tidak, ya atau nanti, keputusan ada di tanganNya. Kita tidak tahu jawaban Tuhan ketika kita sibuk mengeluh dan mempersalahkan Tuhan tanpa mau mengoreksi motivasi kita berdoa. Apakah kita berdoa karena didorong keinginan daging kita atau keinginan roh? Keinginan daging bersifat sementara dan menuju kebinasaan tetapi keinginan roh bersifat kekal dan menuju kekekalan.
Seringkali kita tidak menyadari apakah keinginan kita itu adalah yang terbaik dalam hidup kita, sebab itu kita berdoa memohon pimpinan Tuhan agar kita mendapatkan yang terbaik menurut pemandanganNya. Dengan bersyukur kita membuka pintu hati kita kepada Tuhan untuk mempersilahkan Dia masuk ke dalam hati kita kerena sikap beryukur kita menunjukkan bahwa Tuhan itu baik dan kita percaya kepadaNya. Bila kita mengeluh maka kita menutup hati kita kepada Tuhan dan menunjukkan bahwa Tuhan itu jahat dan tidak mungkin kita percaya kepadaNya.
Jika kita berdoa tetapi kita mengeluh juga maka lebih baik kita tidak berdoa, sebab kita hanya memaksa Tuhan mengikuti keinginan kita tanpa kita mau mengerti kehendakNya. Bukannya penantian yang kita harapkan tetapi tuduhan kepada Tuhan jika kita mengeluh. Sudah pasti ketika kita mengeluh kita memposisikan Tuhan di tempat yang salah bahwa Tuhan tidak akan menjawab doa kita. Kita membanding-bandingkan hidup kita dengan orang lain dengan persepsi yang salah.
Mengeluh tidak mendatangkan kebaikan bagi hidup kita. Kehidupan rohani dan jasmani kita akan merosot, tidak ada hal yang baik yang bisa kita ambil. Berhenti mengeluh, sebaliknya tetaplah bersyukur untuk apapun yang kita alami. Kita tidak bisa mengulang apa yang telah terjadi, sehingga mengeluh pun tidak ada guna. Bangsa Israel pernah mengeluh maka Tuhan marah dan mematikan mereka. Kalaupun apa yang kita harapkan belum terjadi, mungkin kita salah berharap, mungkin belum waktunya, mungkin ada yang lebih baik, dan masih banyak kemungkinan yang lain, hanya tetaplah berdoa dan bersyukur. Mungkin sebenarnya doa kita sudah dijawab tapi kita tidak melihatnya karena kita terlanjur mengeluh.
Keluhan-keluhan bisa saja kita lontarkan tapi jangan dijadikan kebiasaan dan gantilah dengan mengucap syukur maka semuanya akan baik-baik saja. Hati yang gembira adalah obat, tetapi semangat yang padam keringkan tulang. Muka yang berseri-seri adalah wujud dari sukacita di dalam hati yang memancarkan kasih Tuhan.
Kamis, 20 Juni 2013
Penyesalan
Setiap kita pasti memiliki masa lalu yang kita sesalkan, misalnya seandainya dulu saya rajin belajar, maka saya sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus sekarang atau seandainya dulu saya memilih yang benar, maka sekarang saya tidak salah jalan dan menanggung akibatnya. Kita tidak bisa mengubah apa yang telah terjadi di masa lalu, apapun penyesalan kita. Kita harus merelakan penyesalan kita dan menarik hikmahnya agar kita tidak mengulangnya kembali. Waktu terus berjalan dan kita pun semakin berkurang kekuatan fisik kita. Semakin tua, kita semakin memiliki sedikit kesempatan karena kemampuan kita pun semakin terbatas. Masalah pasti datang bertubi-tubi yang akan menyita waktu kita untuk mengejar harapan kita.
Tapi selama kita masih hidup di dunia, kita masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki hidup kita, walaupun waktu yang tersisa semakin sedikit. Kita harus mempergunakannya sebaik mungkin. Semakin kecil kesempatan kita, semakin kita tidak memiliki banyak pilihan dan seharusnya kita bisa memilih yang terbaik. Karena bukan banyaknya waktu yang membuat kita semakin baik, tetapi pilihan kita yang akan menentukan akan seperti apa hidup yang kita jalani.
Kita bisa belajar dari tokoh di Alkitab yang menyesal karena pilihan yang mereka ambil, tetapi mereka mengambil sikap yang salah ketika mereka masih ada kesempatan, seperti Yudas Iskariot yang menyesal telah menjual Gurunya, Yesus sehingga mati tersalib.Yudas masih memiliki waktu untuk bertobat, namun dia tidak bertobat dan memilih untuk mengakhiri hidupnya.Bukankah sekarang banyak kejadian bunuh diri? Alasan bunuh diri pasti terselip rasa penyesalan dan tidak ditanggulangi dengan baik. Mengandalkan kekuatan sendiri pasti akan menuju kehampaan dan jalan buntu. Akhirnya bunuh diri menjadi jalan pintas atas masalah yang dihadapi, padahal masalah yang terbesar akan segera menghampiri tanpa bisa ditolak.
Selain Yudas Iskariot yang hidupnya berakhir dengan tragis, ada Simon Petrus yang tak kalah menyesal karena telah menyangkal Gurunya, Yesus. Tapi Petrus memilih jalan yang benar, dia mau menerima anugerah pengampunan sehingga hidupnya menjadi martir bagi Tuhan. Petrus si penjala ikan menjadi penjala manusia, membawa banyak jiwa untuk diselamatkan oleh Tuhan Yesus. Penjahat di sebelah Yesus yang menyesal akan dosa-dosanya, di waktu yang terakhir dalam hidupnya, dia memilih anugerah keselamatan dengan percaya kepada Yesus walaupun sama-sama dalam keadaan tersalib, tapi dia memiliki iman yang besar bahwa Yesus adalah Pemilik Sorga. Penjahat ini telah membuat keputusan yang benar yang tidak akan pernah dia sesali.
Penyesalan tidak akan membawa kita kepada jalan buntu selama kita percaya Tuhan Yesus. Kita bisa belajar dari kesalahan kita di masa lampau untuk melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan selama kita masih hidup.Janganlah jadikan penyesalan sebagai alat untuk kita berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa. Masih ada harapan bagi kita ketika kita mau bertobat dan percaya kepadaNya. Tidak ada kata terlambat di dalam Tuhan kecuali kita tidak percaya padaNya. Di dalam Tuhan ada jalan keluar bagi semua persoalan kita. Penyesalan yang terbesar adalah ketika kita menolak anugerah keselamatan yang Dia tawarkan dengan cuma-cuma.
Tapi selama kita masih hidup di dunia, kita masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki hidup kita, walaupun waktu yang tersisa semakin sedikit. Kita harus mempergunakannya sebaik mungkin. Semakin kecil kesempatan kita, semakin kita tidak memiliki banyak pilihan dan seharusnya kita bisa memilih yang terbaik. Karena bukan banyaknya waktu yang membuat kita semakin baik, tetapi pilihan kita yang akan menentukan akan seperti apa hidup yang kita jalani.
Kita bisa belajar dari tokoh di Alkitab yang menyesal karena pilihan yang mereka ambil, tetapi mereka mengambil sikap yang salah ketika mereka masih ada kesempatan, seperti Yudas Iskariot yang menyesal telah menjual Gurunya, Yesus sehingga mati tersalib.Yudas masih memiliki waktu untuk bertobat, namun dia tidak bertobat dan memilih untuk mengakhiri hidupnya.Bukankah sekarang banyak kejadian bunuh diri? Alasan bunuh diri pasti terselip rasa penyesalan dan tidak ditanggulangi dengan baik. Mengandalkan kekuatan sendiri pasti akan menuju kehampaan dan jalan buntu. Akhirnya bunuh diri menjadi jalan pintas atas masalah yang dihadapi, padahal masalah yang terbesar akan segera menghampiri tanpa bisa ditolak.
Selain Yudas Iskariot yang hidupnya berakhir dengan tragis, ada Simon Petrus yang tak kalah menyesal karena telah menyangkal Gurunya, Yesus. Tapi Petrus memilih jalan yang benar, dia mau menerima anugerah pengampunan sehingga hidupnya menjadi martir bagi Tuhan. Petrus si penjala ikan menjadi penjala manusia, membawa banyak jiwa untuk diselamatkan oleh Tuhan Yesus. Penjahat di sebelah Yesus yang menyesal akan dosa-dosanya, di waktu yang terakhir dalam hidupnya, dia memilih anugerah keselamatan dengan percaya kepada Yesus walaupun sama-sama dalam keadaan tersalib, tapi dia memiliki iman yang besar bahwa Yesus adalah Pemilik Sorga. Penjahat ini telah membuat keputusan yang benar yang tidak akan pernah dia sesali.
Penyesalan tidak akan membawa kita kepada jalan buntu selama kita percaya Tuhan Yesus. Kita bisa belajar dari kesalahan kita di masa lampau untuk melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan selama kita masih hidup.Janganlah jadikan penyesalan sebagai alat untuk kita berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa. Masih ada harapan bagi kita ketika kita mau bertobat dan percaya kepadaNya. Tidak ada kata terlambat di dalam Tuhan kecuali kita tidak percaya padaNya. Di dalam Tuhan ada jalan keluar bagi semua persoalan kita. Penyesalan yang terbesar adalah ketika kita menolak anugerah keselamatan yang Dia tawarkan dengan cuma-cuma.
Selasa, 18 Juni 2013
Keamanan
Semakin canggih ilmu pengetahuan manusia akan kemanan, semakin canggih juga kejahatan mengintai. Tidak ada tempat yang aman di dunia ini, betapa pun hebatnya kita melindungi diri kita. Secanggih-canggihnya alat keamanan kita beli, tetap saja penjahat lebih canggih. Kalau begitu, apakah kita pasrah saja? Tentu tidak. Akal budi diberikan Tuhan untuk dikembangkan bagi kebaikan dan kemajuan manusia. Jangan membatasi perkembangan zaman, karena akan banyak hal-hal yang baru yang akan berguna bagi kelangsungan hidup kita
Namun jangan kita lupakan peran serta Tuhan dalam hidup kita. Kita harus mendahulukan Tuhan di atas segala-galanya sebab kekuasaan terbesar di dunia ini ada di tanganNya.Tanpa kehendakNya, tidak akan terjadi sesuatu dalam hidup kita. Kejahatan bisa saja menimpa kita, walaupun kita sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi kalau Tuhan berencana selalu baik buat kita. Hanya jangan menjauhkan diri kita dari perlindunganNya dengan hidup sembarangan dan tidak hati-hati.
Pengaruh lingkungan yang tidak baik akan membawa dampak yang tidak baik bagi diri kita jika kita terjerumus ke dalamnya. Karena itu lebih baik kita menjauhkan diri dari lingkungan yang tidak baik dan mencari komunitas yang membangun dengan menjalin hubungan dengan orang-orang yang benar dan dapat membangun kerohanian kita. Jika kita tidak berjaga-jaga, maka kita bisa tertipu dan terjebak oleh kebohongan dunia ini. Banyak orang demi mendapatkan uang banyak dengan cepat, mau menjual diri, obat-obat terlarang, menipu orang yang akhirnya memperparah keadaannya karena dikejar-kejar pihak kemanan.
Banyaknya uang tidak bisa memberi rasa aman, apalagi kalau diperoleh dengan cara yang tidak benar dan pastinya dipergunakan dengan sia-sia. Bisa saja kita membayar orang untuk menjaga kita tapi apakah orang tersebut bisa dipercaya seratus persen? Jika dia setia karena dibayar, bukankah dia bisa tidak setia kepada kita ketika ada orang lain yang membayar lebih? Apalagi alat-alat canggih bisa saja tidak berfungsi karena suatu hal.
Kekuatan kita ada batasnya, walaupun kita bisa berlatih karate supaya bisa melindungi diri, tetap saja lawan kita bisa lebih hebat dari kita. Semakin kita berumur, semakin tubuh kita melemah kekuatannya, tidak bisa diandalkan. Sekuat-kuatnya orang, pasti masih ada yang lebih kuat. Kita tidak bisa membanggakan kekuatan kita. Belum lagi bencana alam, kecelakaan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja tanpa bisa diprediksi sebelumnya.
Berbahagialah orang yang berlindung di dalam Tuhan, sumber keamanan yang pasti. Orang itu pastilah orang percaya yang hidup benar di hadapanNya dan melakukan perintahNya.
Namun jangan kita lupakan peran serta Tuhan dalam hidup kita. Kita harus mendahulukan Tuhan di atas segala-galanya sebab kekuasaan terbesar di dunia ini ada di tanganNya.Tanpa kehendakNya, tidak akan terjadi sesuatu dalam hidup kita. Kejahatan bisa saja menimpa kita, walaupun kita sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi kalau Tuhan berencana selalu baik buat kita. Hanya jangan menjauhkan diri kita dari perlindunganNya dengan hidup sembarangan dan tidak hati-hati.
Pengaruh lingkungan yang tidak baik akan membawa dampak yang tidak baik bagi diri kita jika kita terjerumus ke dalamnya. Karena itu lebih baik kita menjauhkan diri dari lingkungan yang tidak baik dan mencari komunitas yang membangun dengan menjalin hubungan dengan orang-orang yang benar dan dapat membangun kerohanian kita. Jika kita tidak berjaga-jaga, maka kita bisa tertipu dan terjebak oleh kebohongan dunia ini. Banyak orang demi mendapatkan uang banyak dengan cepat, mau menjual diri, obat-obat terlarang, menipu orang yang akhirnya memperparah keadaannya karena dikejar-kejar pihak kemanan.
Banyaknya uang tidak bisa memberi rasa aman, apalagi kalau diperoleh dengan cara yang tidak benar dan pastinya dipergunakan dengan sia-sia. Bisa saja kita membayar orang untuk menjaga kita tapi apakah orang tersebut bisa dipercaya seratus persen? Jika dia setia karena dibayar, bukankah dia bisa tidak setia kepada kita ketika ada orang lain yang membayar lebih? Apalagi alat-alat canggih bisa saja tidak berfungsi karena suatu hal.
Kekuatan kita ada batasnya, walaupun kita bisa berlatih karate supaya bisa melindungi diri, tetap saja lawan kita bisa lebih hebat dari kita. Semakin kita berumur, semakin tubuh kita melemah kekuatannya, tidak bisa diandalkan. Sekuat-kuatnya orang, pasti masih ada yang lebih kuat. Kita tidak bisa membanggakan kekuatan kita. Belum lagi bencana alam, kecelakaan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja tanpa bisa diprediksi sebelumnya.
Berbahagialah orang yang berlindung di dalam Tuhan, sumber keamanan yang pasti. Orang itu pastilah orang percaya yang hidup benar di hadapanNya dan melakukan perintahNya.
Rabu, 12 Juni 2013
Memberi
Firman Tuhan berkata adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima. Artinya ada kebahagiaan jika kita melaksanakan kewajiban lebih dulu daripada hak kita. Dimana pun kita bekerja, biasanya kita diberi tugas dulu baru kita menerima imbalan atas kerja kita. Namun seringkali kita menuntut hak-hak kita sebelum kita mengerjakan kewajiban kita. Bahkan ada yang mengambil hak-hak orang lain yang bukan menjadi bagiannya. Kita diajarkan sejak kecil oleh orang tua kita untuk belajar memberi kepada yang membutuhkan. Bukan tanpa alasan, orang tua kita mengajarkan memberi karena itu menjadi bekal supaya kita tumbuh menjadi mahluk sosial yang bisa beradaptasi dengan lingkungan kita nanti.
Kita sering mendengar orang membicarakan orang yang pelit sehingga dikucilkan oleh lingkungannya. Orang pelit yang dimaksud adalah orang yang mementingkan dirinya sendiri dan tidak peduli dengan lingkungannya. Di Alkitab diceritakan seorang kaya yang hidup bagi dirinya sendiri, dia menyimpan harta bendanya dan berharap akan tiba waktunya dia untuk menikmati kekayaannya, Dia mengandalkan hartanya lebih dari segalanya. Namun ketika dia mulai menikmati kekayaannya, Tuhan memanggilnya dari dunia. Dia tidak memiliki kesempatan untuk menikmati kekayaan yang selama ini dia banggakan.
Orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan memiliki sedikit orang-orang yang mengasihinya. Bahkan para koruptor pun yang mengambil hak-hak orang lain, biasanya akan mudah memberi kepada orang yang disukainya dengan syarat tertentu. Ada dampak dari sikap memberi yang benar dan sesuai dengan kebenaran. Bukan berarti kita menghambur-hamburkan uang kita tanpa berfikir masa depan kita. Jika kita melakukannya, berarti kita merencakan masa depan yang suram.
Kita harus menggunakan uang kita sesuai kebutuhan kita tanpa merugikan orang lain. Kita memberi dengan motivasi yang benar, agar pemberian kita benar-benar berguna bagi kehidupan orang lain. Jika kita melakukannya, berarti kita menabur untuk masa depan kita. Ada kebahagian jika kita melihat orang lain bisa hidup baik melalui pemberian kita. Kita memberi karena sebenarnya kita ditugaskan untuk menabur melalui pemberian kita. Ada bagian orang lain yang Tuhan titipkan melalui apa yang kita miliki.
Jika kita ingat mengenai talenta, masing-masing kita diberikan talenta sesuai kemampuan kita untuk kita kembangkan. Lima talenta dikembangkan menjadi sepuluh talenta, dua talenta dikembangkan menjadi empat talenta, dan satu talenta pun bisa dikembangkan menjadi dua. Namun yang memiliki satu talenta tidak mau mengembangkannya. Di sini kita melihat bahwa kewajiban yang harus kita kerjakan adalah yang sesuai dengan kemampuan kita. Seorang murid tidak melakukan kewajiban seorang guru, tetapi murid, seorang guru tidak melakukan kewajiban seorang pejabat, tetapi guru.
Lakukan saja apa yang menjadi kewajiban kita sebaik-baiknya, maka kita akan dipercayakan lebih banyak talenta supaya kita terus bertumbuh dan memberi pengaruh yang baik bagi sesama kita. Jangan mengharapkan imbalan dari manusia karena imbalan atau upah kerja kita berasal dari Tuhan sendiri melalui apa saja yang Dia kehendaki. Cukupkan diri kita dengan apa yang ada sehingga kita masih bisa memberi kepada orang lain. Kita telah diberkati untuk menjadi berkat. Jika kita telah lulus dari ujian memberi maka kita akan berbahagia karenanya.
Memberi bukan berarti kita menunggu sampai kita berkelebihan tetapi kita memberi karena kita mengasihi sesama kita. Memberi adalah kewajiban yang harus kita kerjakan karena sebenarnya kita telah menerima berkat dari Tuhan. Jika kita memberi maka sebenarnya kita hanya perpanjangan tanganNya untuk menjangkau orang lain. Bukankah kita juga seringkali menerima pemberian dari Tuhan melalui orang lain? Berbahagialah orang yang murah hati karena mereka akan menerima kemurahan. Itulah janji Tuhan yang pasti kita alami jika kita melakukannya dengan benar.
Kita sering mendengar orang membicarakan orang yang pelit sehingga dikucilkan oleh lingkungannya. Orang pelit yang dimaksud adalah orang yang mementingkan dirinya sendiri dan tidak peduli dengan lingkungannya. Di Alkitab diceritakan seorang kaya yang hidup bagi dirinya sendiri, dia menyimpan harta bendanya dan berharap akan tiba waktunya dia untuk menikmati kekayaannya, Dia mengandalkan hartanya lebih dari segalanya. Namun ketika dia mulai menikmati kekayaannya, Tuhan memanggilnya dari dunia. Dia tidak memiliki kesempatan untuk menikmati kekayaan yang selama ini dia banggakan.
Orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan memiliki sedikit orang-orang yang mengasihinya. Bahkan para koruptor pun yang mengambil hak-hak orang lain, biasanya akan mudah memberi kepada orang yang disukainya dengan syarat tertentu. Ada dampak dari sikap memberi yang benar dan sesuai dengan kebenaran. Bukan berarti kita menghambur-hamburkan uang kita tanpa berfikir masa depan kita. Jika kita melakukannya, berarti kita merencakan masa depan yang suram.
Kita harus menggunakan uang kita sesuai kebutuhan kita tanpa merugikan orang lain. Kita memberi dengan motivasi yang benar, agar pemberian kita benar-benar berguna bagi kehidupan orang lain. Jika kita melakukannya, berarti kita menabur untuk masa depan kita. Ada kebahagian jika kita melihat orang lain bisa hidup baik melalui pemberian kita. Kita memberi karena sebenarnya kita ditugaskan untuk menabur melalui pemberian kita. Ada bagian orang lain yang Tuhan titipkan melalui apa yang kita miliki.
Jika kita ingat mengenai talenta, masing-masing kita diberikan talenta sesuai kemampuan kita untuk kita kembangkan. Lima talenta dikembangkan menjadi sepuluh talenta, dua talenta dikembangkan menjadi empat talenta, dan satu talenta pun bisa dikembangkan menjadi dua. Namun yang memiliki satu talenta tidak mau mengembangkannya. Di sini kita melihat bahwa kewajiban yang harus kita kerjakan adalah yang sesuai dengan kemampuan kita. Seorang murid tidak melakukan kewajiban seorang guru, tetapi murid, seorang guru tidak melakukan kewajiban seorang pejabat, tetapi guru.
Lakukan saja apa yang menjadi kewajiban kita sebaik-baiknya, maka kita akan dipercayakan lebih banyak talenta supaya kita terus bertumbuh dan memberi pengaruh yang baik bagi sesama kita. Jangan mengharapkan imbalan dari manusia karena imbalan atau upah kerja kita berasal dari Tuhan sendiri melalui apa saja yang Dia kehendaki. Cukupkan diri kita dengan apa yang ada sehingga kita masih bisa memberi kepada orang lain. Kita telah diberkati untuk menjadi berkat. Jika kita telah lulus dari ujian memberi maka kita akan berbahagia karenanya.
Memberi bukan berarti kita menunggu sampai kita berkelebihan tetapi kita memberi karena kita mengasihi sesama kita. Memberi adalah kewajiban yang harus kita kerjakan karena sebenarnya kita telah menerima berkat dari Tuhan. Jika kita memberi maka sebenarnya kita hanya perpanjangan tanganNya untuk menjangkau orang lain. Bukankah kita juga seringkali menerima pemberian dari Tuhan melalui orang lain? Berbahagialah orang yang murah hati karena mereka akan menerima kemurahan. Itulah janji Tuhan yang pasti kita alami jika kita melakukannya dengan benar.
Selasa, 11 Juni 2013
Iri hati
Tanpa kita sadari, rasa iri hati bisa mempengaruhi hidup kita, baik melalui pikiran, sikap, ucapan kita. Jika kita iri hati karena orang lain lebih berhasil dari kita, maka ada dua pilihan yang bisa kita lakukan, pertama, kita akan berusaha lebih giat bekerja lagi agar bisa berhasil seperti orang itu atau kedua, kita mencari-cari kesalahan orang itu dan menganggap bahwa keberhasilannya karena ada faktor-faktor tertentu tanpa kita mau belajar dari keberhasilannya.
Sebenarnya ada hal-hal tertentu yang wajib kita pikirkan sebelum kita menjadi iri hati pada orang lain. Kita harus tahu apakah orang tersebut pantas untuk membuat hati kita iri atau hanya sekedar perasaan kita saja yang tidak bisa menilai secara obyektif. Tidak ada yang salah jika kita melihat orang lain bersukacita, jika memang keadaannya membuatnya bersukacita, jika memang dia bersusah-susah hidupnya dulu dan sekarang dia menikmati hasil kerja kerasnya. Kita justru harus belajar darinya yaitu sikap kerja keras dan mau berusaha agar nanti kita pun juga bisa menikmati hasilnya.
Menjadi salah jika kita iri hati kepada orang lain yang bersukacita karena kejahatannya. Orang yang berbuat jahat pasti akan mendapat hukuman, baik secara langsung atau tidak dan itu bukan menjadi urusan kita. Hukum yang akan menjeratnya cepat atau lambat. Jika hukum manusia tidak berhasil, maka sebagai orang percaya, akan ada hukuman dari Tuhan langsung. Tapi kita bisa belajar darinya bahwa jika kita melakukan hal tersebut, kita pun akan turut dihukum.
Namun seringkali kita hanya melihat luarnya saja, orang lain bersukacita menikmati hasil kejahatannya sementara kita yang hidup benar sepertinya hidup pas-pasan dan tidak bisa menikmati hal-hal seperti orang jahat menikmati. Tuhan telah memberi hati nurani kepada setiap orang, itulah yang menjadi alarm ketika kita berbuat jahat, maka alarm itu akan bereaksi. Hati kita akan menuduh kita ketika yang kita lakukan kita tahu tidak benar. Kita bisa saja menyepelekan alarm hati nurani, tetapi akan muncul ketakutan yang akan menghantui kita. Orang lain tidak bisa melihat dan merasakan karena hanya pribadi kita yang tahu dan merasakan.
Jadi, sepertinya orang yang berbuat kejahatan bersukacita, sebenarnya tidak sama sekali. Kita tidak bisa membohongi hati nurani sebab itu diberikan dari Tuhan karena kita diciptakan sebagai manusia, bukan hewan atau tumbuhan. Kita memiliki pengaharapan akan kehidupan setelah kita mati, mahluk hidup yang lain tidak memilikinya. Sebab itu apa yang kita lakukan sekarang akan kita nikmati hasilnya. Kita bertanggung jawab atas hidup kita masing-masing kepada Tuhan.
Iri hati jika kita sikapi dengan benar, misalnya membuat kita menjadi lebih baik dan lebih bersemangat hidup, maka itu sebenarnya membawa kebaikan bagi kita. Kalaupun kita tidak bisa mengejar apa yang orang lain bisa kejar, maka solusinya adalah beryukur atas apa yang kita kerjakan. Ketika kita telah berusaha tetapi hasilnya tidak seperti yang kita harapkan, maka kita percaya masih ada Tuhan yang tahu apa yang kita telah lakukan dan Dia sendiri yang akan membalasnya kelak. Itu pasti karena Tuhan adil dan benar dan kita percaya ketika kita telah melakukan yang terbaik yang kita bisa, maka ada sukacita yang berasal dari hati nurani kita yang tidak dipengaruhi oleh keadaan sekitar kita.
Namun jika iri hati kita sikapi dengan salah, maka akan timbul sakit hati, kepahitan, kebencian, amarah, maka secepatnya hidup kita akan dipenuhi oleh dukacita, putus asa, keinginan jahat. Tentu saja akan berdampak buruk bagi kelangsungan hidup kita karena jauh dari kasih karunia Tuhan. Sia-sia hidup kita kalau kita memilih untuk jauh dari kasih karunia Tuhan hanya karena iri hati yang salah menjerat hidup kita.
Kejatuhan manusia pertama karena iri hati mau menjadi sama dengan Penciptanya sehingga mudah ditipu oleh iblis yang mengakibatkan kita menerima hukuman.
So, sebelum kita iri hati, pikir-pikirlah dahulu supaya kita tetap hidup dipenuhi oleh sukacita dari Tuhan.
Sebenarnya ada hal-hal tertentu yang wajib kita pikirkan sebelum kita menjadi iri hati pada orang lain. Kita harus tahu apakah orang tersebut pantas untuk membuat hati kita iri atau hanya sekedar perasaan kita saja yang tidak bisa menilai secara obyektif. Tidak ada yang salah jika kita melihat orang lain bersukacita, jika memang keadaannya membuatnya bersukacita, jika memang dia bersusah-susah hidupnya dulu dan sekarang dia menikmati hasil kerja kerasnya. Kita justru harus belajar darinya yaitu sikap kerja keras dan mau berusaha agar nanti kita pun juga bisa menikmati hasilnya.
Menjadi salah jika kita iri hati kepada orang lain yang bersukacita karena kejahatannya. Orang yang berbuat jahat pasti akan mendapat hukuman, baik secara langsung atau tidak dan itu bukan menjadi urusan kita. Hukum yang akan menjeratnya cepat atau lambat. Jika hukum manusia tidak berhasil, maka sebagai orang percaya, akan ada hukuman dari Tuhan langsung. Tapi kita bisa belajar darinya bahwa jika kita melakukan hal tersebut, kita pun akan turut dihukum.
Namun seringkali kita hanya melihat luarnya saja, orang lain bersukacita menikmati hasil kejahatannya sementara kita yang hidup benar sepertinya hidup pas-pasan dan tidak bisa menikmati hal-hal seperti orang jahat menikmati. Tuhan telah memberi hati nurani kepada setiap orang, itulah yang menjadi alarm ketika kita berbuat jahat, maka alarm itu akan bereaksi. Hati kita akan menuduh kita ketika yang kita lakukan kita tahu tidak benar. Kita bisa saja menyepelekan alarm hati nurani, tetapi akan muncul ketakutan yang akan menghantui kita. Orang lain tidak bisa melihat dan merasakan karena hanya pribadi kita yang tahu dan merasakan.
Jadi, sepertinya orang yang berbuat kejahatan bersukacita, sebenarnya tidak sama sekali. Kita tidak bisa membohongi hati nurani sebab itu diberikan dari Tuhan karena kita diciptakan sebagai manusia, bukan hewan atau tumbuhan. Kita memiliki pengaharapan akan kehidupan setelah kita mati, mahluk hidup yang lain tidak memilikinya. Sebab itu apa yang kita lakukan sekarang akan kita nikmati hasilnya. Kita bertanggung jawab atas hidup kita masing-masing kepada Tuhan.
Iri hati jika kita sikapi dengan benar, misalnya membuat kita menjadi lebih baik dan lebih bersemangat hidup, maka itu sebenarnya membawa kebaikan bagi kita. Kalaupun kita tidak bisa mengejar apa yang orang lain bisa kejar, maka solusinya adalah beryukur atas apa yang kita kerjakan. Ketika kita telah berusaha tetapi hasilnya tidak seperti yang kita harapkan, maka kita percaya masih ada Tuhan yang tahu apa yang kita telah lakukan dan Dia sendiri yang akan membalasnya kelak. Itu pasti karena Tuhan adil dan benar dan kita percaya ketika kita telah melakukan yang terbaik yang kita bisa, maka ada sukacita yang berasal dari hati nurani kita yang tidak dipengaruhi oleh keadaan sekitar kita.
Namun jika iri hati kita sikapi dengan salah, maka akan timbul sakit hati, kepahitan, kebencian, amarah, maka secepatnya hidup kita akan dipenuhi oleh dukacita, putus asa, keinginan jahat. Tentu saja akan berdampak buruk bagi kelangsungan hidup kita karena jauh dari kasih karunia Tuhan. Sia-sia hidup kita kalau kita memilih untuk jauh dari kasih karunia Tuhan hanya karena iri hati yang salah menjerat hidup kita.
Kejatuhan manusia pertama karena iri hati mau menjadi sama dengan Penciptanya sehingga mudah ditipu oleh iblis yang mengakibatkan kita menerima hukuman.
So, sebelum kita iri hati, pikir-pikirlah dahulu supaya kita tetap hidup dipenuhi oleh sukacita dari Tuhan.
Jumat, 07 Juni 2013
Pengampunan
Banyak anak-anak sekarang yang hidup tanpa pengampunan. Baik pengampunan kepada orang tua, sesama dan diri sendiri. Akibatnya muncul generasi pemberontak yang tidak takut hukum. Kembali ke jaman purbakala, yang kuat menindas yang lemah. Betapa besar pengaruh pengampunan mengubah hidup kita. Bayangkan bila kita tidak mengampuni, kita akan hidup dalam kepahitan dan dendam. Seperti membawa bom waktu yang pasti akan meledak sewaktu-waktu. Hidup terasa berat dan melelahkan karena apa yang kita perbuat sepertinya sia-sia.
Begitu juga jika kita tidak minta ampun atas kesalahan kita kepada sesama, seumur hidup kita akan memikul rasa bersalah dan ketakutan. Terlebih jika kita tidak mendapat pengampunan dari Tuhan. Hidup kita akan dipenuhi dengan kebencian dan kejahatan. Hati nurani kita menjadi mati karena tidak ada kehidupan di dalamnya.
Sebab itu Tuhan telah mengampuni kita sewaktu kita masih berdosa, karena tidak mungkin kita bisa terlepas dari dosa dengan sendirinya. Ada ruang di hati kita yang hanya dapat diisi oleh Tuhan, yang telah memberi nafas kehidupan kepada kita, sebab itu ada ikatan antara manusia dan Tuhan.
Setelah kita menerima pengampunan dari Tuhan, maka kita menjadi manusia yang merdeka, yang mempunyai arah dan tujuan hidup untuk menggenapkan rencanaNya. Masing-masing kita memikul tanggung jawab yang berbeda-beda sesuai dengan karunia yang Tuhan anugerahkan. Dengan modal pengampunan dari Tuhan, kita hidup dengan semangat dan sukacita. Musuh kita si setan tidak dapat mengintimidasi kita lagi sebab kita sudah bukan pengikutnya lagi.
Bahkan kita hidup untuk mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita. Kita seperti perumpamaan di Alkitab mengenai raja yang mengampuni orang yang berhutang 10 ribu talenta, sudah seharusnya kita mengampuni orang yang berhutang 100 dinar. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengampuni sebab Tuhan telah membayar lunas hutang dosa kita yang tidak mungkin kita bayar.
Di dalam Doa Bapa Kami pun tertulis ampunilah kami seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Masihkah kita berani menyimpan dendam hanya karena kita tidak mau mengampuni? Kebencian hanya dapat disembuhkan dengan pengampunan. Jika kita mau hidup dalam kasih damai sejahtera Tuhan, maka lepaskanlah pengampunan baik kepada sesama dan diri sendiri.
Begitu juga jika kita tidak minta ampun atas kesalahan kita kepada sesama, seumur hidup kita akan memikul rasa bersalah dan ketakutan. Terlebih jika kita tidak mendapat pengampunan dari Tuhan. Hidup kita akan dipenuhi dengan kebencian dan kejahatan. Hati nurani kita menjadi mati karena tidak ada kehidupan di dalamnya.
Sebab itu Tuhan telah mengampuni kita sewaktu kita masih berdosa, karena tidak mungkin kita bisa terlepas dari dosa dengan sendirinya. Ada ruang di hati kita yang hanya dapat diisi oleh Tuhan, yang telah memberi nafas kehidupan kepada kita, sebab itu ada ikatan antara manusia dan Tuhan.
Setelah kita menerima pengampunan dari Tuhan, maka kita menjadi manusia yang merdeka, yang mempunyai arah dan tujuan hidup untuk menggenapkan rencanaNya. Masing-masing kita memikul tanggung jawab yang berbeda-beda sesuai dengan karunia yang Tuhan anugerahkan. Dengan modal pengampunan dari Tuhan, kita hidup dengan semangat dan sukacita. Musuh kita si setan tidak dapat mengintimidasi kita lagi sebab kita sudah bukan pengikutnya lagi.
Bahkan kita hidup untuk mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita. Kita seperti perumpamaan di Alkitab mengenai raja yang mengampuni orang yang berhutang 10 ribu talenta, sudah seharusnya kita mengampuni orang yang berhutang 100 dinar. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengampuni sebab Tuhan telah membayar lunas hutang dosa kita yang tidak mungkin kita bayar.
Di dalam Doa Bapa Kami pun tertulis ampunilah kami seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Masihkah kita berani menyimpan dendam hanya karena kita tidak mau mengampuni? Kebencian hanya dapat disembuhkan dengan pengampunan. Jika kita mau hidup dalam kasih damai sejahtera Tuhan, maka lepaskanlah pengampunan baik kepada sesama dan diri sendiri.
Senin, 20 Mei 2013
Waras
Ketika manusia jatuh dalam dosa, maka pikiran kita tidak bisa berfikir secara sehat lagi. Kita cenderung untuk berbuat dosa. Kita hidup menuruti hawa nafsu yang dikuasai oleh si jahat. Ketika kita diselamatkan dengan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan, kita mulai menjalani hidup yang baru dengan pola pikir yang diperbaharui oleh Firman Allah. Kita menjadi manusia yang waras, yang sehat akal budi dan pikirannya.
Namun tidak selalu keadaan kita waras sebab tergantung diri kita sendiri yang memberi makan kepada roh kita agar tetap waras. Jika kita mengisi hati dan pikiran kita dengan hal-hal yang melanggar Firman Tuhan, maka roh kita menjadi lemah, tetapi jika kita mengisinya sesuai dengan Firman Tuhan, maka roh kita menjadi kuat dan membuat pikiran kita tetap waras.
Jika kita melihat gaya hidup manusia duniawi yang mengejar kesenangan dan kenikmatan hidup saja maka apa yang kita anggap tidak waras, menjadi waras bagi mereka. Mereka tidak pikir-pikir lagi untuk membeli tas yang mahal tetapi tidak mau menolong orang lain yang membutuhkan pertolongannya, padahal bantuan yang mereka berikan tidak lebih besar dari pengeluaran mereka yang sia-sia itu. Kita juga pun tidak luput dari kesalahan akibat ketidakwarasan kita.
Kita juga mudah terseret untuk ikut-ikutan gaya hidup mereka karena kita mulai membandingkan kehidupan mereka yang sepertinya sangat menyenangkan. Kita kadang lupa kalau suatu kelak kita akan mempertanggungjawabkan apa yang kita lakukan akibat dari ketidakwarasan kita. Sangat perlu untuk mempertahankan kewarasan kita dalam menghadapi kenyataan hidup yang sangat tidak menentu ini dengan bijaksana.
Tanpa kewarasan, kita akan mudah terseret, terhimpit, tertipu dan masih banyak lagi kerugian yang akan kita alami. Tetaplah isi hati dan pikiran kita dengan Firman Tuhan dan lakukanlah itu dengan setia. Maka kita akan melihat pertumbuhan roh dan jiwa kita semakin sehat dan dewasa sesuai dengan yang Tuhan mau. Dengan sendirinya, kita akan menjadi saksi Kristus yang menerangi dunia ini lewat perbuatan dan perkataan kita. Seperti dikatakan jagalah hati kita dengan kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan yang sesungguhnya. Tuhan Yesus menyertai kita yang selalu rindu akan pimpinanNya.
Namun tidak selalu keadaan kita waras sebab tergantung diri kita sendiri yang memberi makan kepada roh kita agar tetap waras. Jika kita mengisi hati dan pikiran kita dengan hal-hal yang melanggar Firman Tuhan, maka roh kita menjadi lemah, tetapi jika kita mengisinya sesuai dengan Firman Tuhan, maka roh kita menjadi kuat dan membuat pikiran kita tetap waras.
Jika kita melihat gaya hidup manusia duniawi yang mengejar kesenangan dan kenikmatan hidup saja maka apa yang kita anggap tidak waras, menjadi waras bagi mereka. Mereka tidak pikir-pikir lagi untuk membeli tas yang mahal tetapi tidak mau menolong orang lain yang membutuhkan pertolongannya, padahal bantuan yang mereka berikan tidak lebih besar dari pengeluaran mereka yang sia-sia itu. Kita juga pun tidak luput dari kesalahan akibat ketidakwarasan kita.
Kita juga mudah terseret untuk ikut-ikutan gaya hidup mereka karena kita mulai membandingkan kehidupan mereka yang sepertinya sangat menyenangkan. Kita kadang lupa kalau suatu kelak kita akan mempertanggungjawabkan apa yang kita lakukan akibat dari ketidakwarasan kita. Sangat perlu untuk mempertahankan kewarasan kita dalam menghadapi kenyataan hidup yang sangat tidak menentu ini dengan bijaksana.
Tanpa kewarasan, kita akan mudah terseret, terhimpit, tertipu dan masih banyak lagi kerugian yang akan kita alami. Tetaplah isi hati dan pikiran kita dengan Firman Tuhan dan lakukanlah itu dengan setia. Maka kita akan melihat pertumbuhan roh dan jiwa kita semakin sehat dan dewasa sesuai dengan yang Tuhan mau. Dengan sendirinya, kita akan menjadi saksi Kristus yang menerangi dunia ini lewat perbuatan dan perkataan kita. Seperti dikatakan jagalah hati kita dengan kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan yang sesungguhnya. Tuhan Yesus menyertai kita yang selalu rindu akan pimpinanNya.
Senin, 06 Mei 2013
Ekspresi kasih
Kita tidak lahir dengan sendirinya ke dunia. Dibutuhkan keja sama orang tua kita, yaitu ayah dan ibu untuk melahirkan kita ke dunia. Kita tidak bisa hidup sendiri, kita membutuhkan orang lain untuk menjalani hidup ini. Sebab itu kita menjalin hubungan dengan orang lain dan diharapkan semakin lama hubungan kita dengan sesama semakin harmonis. Makanya memiliki 100 teman itu masih sedikit, tetapi memiliki 1 musuh, itu sudah banyak. Sulit untuk mendapatkan teman, tetapi mudah untuk mendapat musuh.
Kita pasti mengharapkan mendapat kasih dari orang lain, baik itu dari keluarga, teman dan lingkungan di sekitar kita. Kita mau dihargai dan dihormati, walaupun kedudukan kita sebagai warga biasa, tidak istimewa seperti pejabat negara yang tentu mengharapkan penghormatan yang lebih tinggi lagi. Paling tidak kita tidak mau dikecewakan dan dirugikan oleh orang lain.
Tapi kenyataan hidup tidak selalu seperti yang kita harapkan. Kita bisa dikecewakan dan bisa juga dirugikan oleh orang lain yang mungkin disebabkan oleh sikap kita sendiri atau memang ada yang berniat tidak baik kepada kita. Namun, sadarkah kita bahwa kita diciptakan sebagai manusia yang bisa mengekpresikan sifat-sifat Tuhan melalui diri kita? Kalau kita menerima kebaikan dari orang lain, berarti kita menerima ekspresi kasih Tuhan dan jika kita memberi kebaikan kepada orang lain, maka kita yang mengekspresikan kasih Tuhan kepada orang lain.
Jika kita hanya mau menerima kebaikan dan tidak mau berbuat baik kepada orang lain, maka kita menutup jalan Tuhan untuk mengekspresikan kasihNya melalui kita. Apakah kita memiliki hak untuk menahan kebaikan Tuhan? Jika Tuhan saja memberkati semua orang, baik yang jahat dan baik dengan menerbitkan matahari dan mencurahkan hujan tanpa pilih-pilih, siapakah kita yang menahan kebaikan bagi orang yang berhak menerimanya?
Jika kita melakukan kebaikan kepada sesama, bukankah itu karena Tuhan yang mengekspresikan kasihNya melalui kita, bukan dengan kekuatan kita sendiri. Kita mengamini bahwa Tuhan ada di dalam kita dan berkarya melalui kita, maka kita pun harus mau mengekspresikan kasih Tuhan kepada sesama, baik yang baik orangnya atau yang tidak baik kepada kita. Sebab jika kita hidup, maka kita hidup untuk Tuhan, Tuhan yang berkuasa atas hidup kita karena kita menjadi anak-anakNya.
Orang yang mengaku anak Tuhan yang percaya dan beriman kepadaNya pasti dapat terlihat dari perbuatan dan perkataannya. Sebab pohon yang baik, dilihat dari buahnya yang baik, dan pohon yang tidak baik dapat dilihat dari buahnya yang tidak baik. Firman Tuhan berkata iman tanpa perbuatan tidak ada gunanya. Iman diekspresikan melalui perbuatan. Jika kita hanya mengharapkan menerima tanpa memberi, maka sebenarnya kita belum sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan.
Orang yang beriman akan mengeluarkan buah-buah perbuatan yang baik yang dirasakan oleh orang lain, sebab dia telah menerima kasih Tuhan yang begitu besar yaitu keselamatan, maka pasti dia sanggup mengekspresikan kasih Tuhan kepada sesama karena Tuhan yang melakukannya dengan kekuatanNya melalui kita dan kita adalah saksi-saksi hidup yang membawa panji Kristus agar semua orang tahu bahwa Yesus itu Tuhan yang penuh kasih.
Kita pasti mengharapkan mendapat kasih dari orang lain, baik itu dari keluarga, teman dan lingkungan di sekitar kita. Kita mau dihargai dan dihormati, walaupun kedudukan kita sebagai warga biasa, tidak istimewa seperti pejabat negara yang tentu mengharapkan penghormatan yang lebih tinggi lagi. Paling tidak kita tidak mau dikecewakan dan dirugikan oleh orang lain.
Tapi kenyataan hidup tidak selalu seperti yang kita harapkan. Kita bisa dikecewakan dan bisa juga dirugikan oleh orang lain yang mungkin disebabkan oleh sikap kita sendiri atau memang ada yang berniat tidak baik kepada kita. Namun, sadarkah kita bahwa kita diciptakan sebagai manusia yang bisa mengekpresikan sifat-sifat Tuhan melalui diri kita? Kalau kita menerima kebaikan dari orang lain, berarti kita menerima ekspresi kasih Tuhan dan jika kita memberi kebaikan kepada orang lain, maka kita yang mengekspresikan kasih Tuhan kepada orang lain.
Jika kita hanya mau menerima kebaikan dan tidak mau berbuat baik kepada orang lain, maka kita menutup jalan Tuhan untuk mengekspresikan kasihNya melalui kita. Apakah kita memiliki hak untuk menahan kebaikan Tuhan? Jika Tuhan saja memberkati semua orang, baik yang jahat dan baik dengan menerbitkan matahari dan mencurahkan hujan tanpa pilih-pilih, siapakah kita yang menahan kebaikan bagi orang yang berhak menerimanya?
Jika kita melakukan kebaikan kepada sesama, bukankah itu karena Tuhan yang mengekspresikan kasihNya melalui kita, bukan dengan kekuatan kita sendiri. Kita mengamini bahwa Tuhan ada di dalam kita dan berkarya melalui kita, maka kita pun harus mau mengekspresikan kasih Tuhan kepada sesama, baik yang baik orangnya atau yang tidak baik kepada kita. Sebab jika kita hidup, maka kita hidup untuk Tuhan, Tuhan yang berkuasa atas hidup kita karena kita menjadi anak-anakNya.
Orang yang mengaku anak Tuhan yang percaya dan beriman kepadaNya pasti dapat terlihat dari perbuatan dan perkataannya. Sebab pohon yang baik, dilihat dari buahnya yang baik, dan pohon yang tidak baik dapat dilihat dari buahnya yang tidak baik. Firman Tuhan berkata iman tanpa perbuatan tidak ada gunanya. Iman diekspresikan melalui perbuatan. Jika kita hanya mengharapkan menerima tanpa memberi, maka sebenarnya kita belum sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan.
Orang yang beriman akan mengeluarkan buah-buah perbuatan yang baik yang dirasakan oleh orang lain, sebab dia telah menerima kasih Tuhan yang begitu besar yaitu keselamatan, maka pasti dia sanggup mengekspresikan kasih Tuhan kepada sesama karena Tuhan yang melakukannya dengan kekuatanNya melalui kita dan kita adalah saksi-saksi hidup yang membawa panji Kristus agar semua orang tahu bahwa Yesus itu Tuhan yang penuh kasih.
Selasa, 30 April 2013
Keseimbangan hidup
Apapun yang terlalu, biasanya tidak baik bagi kita, entah itu terlalu kurus atau terlalu gemuk, pasti menimbulkan masalah kesehatan dan penglihatan atau penampilan. Begitu juga dalam kehidupan yang kita jalani, ada suka dan duka. Walaupun kita semua setuju, kalau bisa hidup ini selalu dalam keadaan suka cita, tidak perlu kenal dengan duka cita. Nyatanya semuanya hadir dalam hidup kita sehingga membuat kita bisa tertawa dan menangis.
Memiliki hati yang seimbang baik bagi jiwa, kalau kita suka cita terus, tertawa terus, maka akan sakit perut. Begitu juga kalau kita sedih terus, maka akan sakit kepala. Namun bukan berarti kita mencari kesedihan dalam hidup ini, tetapi kebahagiaan. Bisa saja dengan suka cita, kita dapat menyenangkan orang lain dan dengan duka cita, kita bisa menerima penghiburan dari orang lain. Yang menjadi masalah, bagaimana kita menyikapi suka cita dan duka cita secara bijaksana.
Jika kita mengalami suka cita, maka seperti obat yang manis, kita menikmati rasa manisnya, sedangkan jika kita mengalami duka cita, maka seperti obat yang pahit, kita langsung menelannya agar tidak terlalu lama kita merasakan pahitnya obat itu. Suka dan duka adalah obat yang baik bagi jiwa kita yang menandakan kita masih memiliki perasaan sebagai manusia normal. Bagaimana jika kita tidak bisa merasakan salah satu perasaan itu? Kita akan menjadi manusia yang aneh.
Obat yang baik bagi jiwa yang sakit adalah hati yang gembira. Bukan gembira melihat orang lain susah, tetapi gembira melihat orang lain diberkati. Dalam kenyataannya kita lebih suka melihat orang lain susah, apalagi musuh kita yang tertimpa musibah bukan? Jika itu yang terjadi, maka ada yang salah dengan diri kita, kita perlu obat untuk menyembuhkan diri kita. Banyak orang yang mengalaminya, berarti banyak orang yang sakit yang memerlukan kesembuhan.
Kita memerlukan kesembuhan dari Pencipta kita yang memang tahu betul apa yang terbaik bagi hidup kita. Jangan pernah mencoba untuk berjalan sendiri diluar perlindunganNya, pasti hidup kita akan berantakan, tidak seimbang lagi, tidak tahu arah dan tujuan. Kita bisa memulai hari-hari kita dengan ucapan syukur kepadaNya, percaya bahwa apa yang Dia berikan adalah yang terbaik bagi kita. Tetaplah berusaha melakukan yang terbaik di hadapanNya. Tidak mudah patah semangat, selalu bangun kembali jika kita jatuh.
Ingatlah, bahwa suka dan duka akan kita hadapi dalam hidup ini, namun jangan larut dalam duka dan jangan sombong dalam suka, sebab semua itu baik bagi hidup kita jika kita bisa mengambil pelajaran darinya yang membuat kita semakin bijaksana menjalani hidup ini.
Memiliki hati yang seimbang baik bagi jiwa, kalau kita suka cita terus, tertawa terus, maka akan sakit perut. Begitu juga kalau kita sedih terus, maka akan sakit kepala. Namun bukan berarti kita mencari kesedihan dalam hidup ini, tetapi kebahagiaan. Bisa saja dengan suka cita, kita dapat menyenangkan orang lain dan dengan duka cita, kita bisa menerima penghiburan dari orang lain. Yang menjadi masalah, bagaimana kita menyikapi suka cita dan duka cita secara bijaksana.
Jika kita mengalami suka cita, maka seperti obat yang manis, kita menikmati rasa manisnya, sedangkan jika kita mengalami duka cita, maka seperti obat yang pahit, kita langsung menelannya agar tidak terlalu lama kita merasakan pahitnya obat itu. Suka dan duka adalah obat yang baik bagi jiwa kita yang menandakan kita masih memiliki perasaan sebagai manusia normal. Bagaimana jika kita tidak bisa merasakan salah satu perasaan itu? Kita akan menjadi manusia yang aneh.
Obat yang baik bagi jiwa yang sakit adalah hati yang gembira. Bukan gembira melihat orang lain susah, tetapi gembira melihat orang lain diberkati. Dalam kenyataannya kita lebih suka melihat orang lain susah, apalagi musuh kita yang tertimpa musibah bukan? Jika itu yang terjadi, maka ada yang salah dengan diri kita, kita perlu obat untuk menyembuhkan diri kita. Banyak orang yang mengalaminya, berarti banyak orang yang sakit yang memerlukan kesembuhan.
Kita memerlukan kesembuhan dari Pencipta kita yang memang tahu betul apa yang terbaik bagi hidup kita. Jangan pernah mencoba untuk berjalan sendiri diluar perlindunganNya, pasti hidup kita akan berantakan, tidak seimbang lagi, tidak tahu arah dan tujuan. Kita bisa memulai hari-hari kita dengan ucapan syukur kepadaNya, percaya bahwa apa yang Dia berikan adalah yang terbaik bagi kita. Tetaplah berusaha melakukan yang terbaik di hadapanNya. Tidak mudah patah semangat, selalu bangun kembali jika kita jatuh.
Ingatlah, bahwa suka dan duka akan kita hadapi dalam hidup ini, namun jangan larut dalam duka dan jangan sombong dalam suka, sebab semua itu baik bagi hidup kita jika kita bisa mengambil pelajaran darinya yang membuat kita semakin bijaksana menjalani hidup ini.
Selasa, 23 April 2013
Cukup
Satu kata yang dibenci kita, yaitu cukup, sebab kita tidak pernah merasa cukup jika kita mengutamakan keinginan kita, bukan kebutuhan kita. Sebab itu Doa Bapa Kami mengajarkan agar Tuhan memberikan kepada kita makanan hari ini yang secukupnya. Bagaimana jika kita makan berlebihan? penyakit akan mengintai, begitu juga jika kita kurang makan, tidak baik bagi kesehatan tubuh kita.
Jika Tuhan tahu bahwa bagian kita adalah secukupnya, walaupun berkatnya bagi kita bisa saja berkelimpahan, sebab bagi kita berkat Tuhan selalu melimpah jika kita terbiasa untuk mengucap syukur sehingga kita bisa memberi kepada orang lain sebagian dari yang kita miliki. Jadi ada keseimbangan yang Tuhan ajarkan kepada kita untuk belajar mencukupkan diri dan memberi kepada sesama kita yang membutuhkan.
Setiap orang yang hidupnya benar di mata Tuhan pasti diberkati dan berkecukupan, hanya ada beberapa orang yang diberkati lebih dari orang lain sebab mereka dipercayakan untuk mengelolahnya dengan baik. Kesiapan kita yang membedakan berkat yang Tuhan berikan. Sebab keberhasilan kita bukan karena kekuatan kita seperti yang dibicarakan oleh motivator yang tidak berdasarkan kebenaran Alkitab. Keberhasilan kita adalah karena adanya penyertaan Tuhan dalam hidup kita.
Jika kekayaan kita menjauhkan kita dari Tuhan dan membuat kita menjadi sombong diri, maka Tuhan akan mengambilnya kembali. Sebab di mata Tuhan, bukan kekayaan kita yang membuat Tuhan mengasihi kita karena kekayaan adalah milikNya. Kita sebagai pribadi yang dikasihiNya, kekayaan hanya memperlengkapi kita untuk melebarkan pekerjaanNya di dunia ini. Jika kita hanya menginginkan kekayaan, maka setan pun bisa memberikannya, dan sebagai gantinya, jiwa kita diambilnya dan segera kita akan meluncur ke neraka jika kita tidak bertobat.
Bisa juga kita merasa kuatir karena kebutuhan yang mendesak dan hampir kita tidak bisa berpengharapan lagi. Justru di saat-saat kita menyerah kepada Tuhan, maka Tuhan akan menolong kita dengan caraNya. Bahkan Dia membandingkan diriNya dengan bapa di dunia, yang bapa dunia memberi roti kepada anaknya yang minta roti, maka terlebih Bapa di Sorga, pasti akan memberikan yang terbaik bagi anak-anakNya. Dunia ini diberikanNya bagi kita untuk dikelolah bagi kebutuhan kita dan pasti cukup. Hanya tidak akan cukup jika dikelolah bagi keinginan kita, yang terjadi adalah bencana alam akibat ulah kita yang semena-mena, kita sendiri yang akan menanggung akibatnya.
Sebab itu cukupkanlah diri kita dengan apa yang kita miliki dan kembangkanlah agar kita juga dapat memberi bagi pekerjaanNya. Betapa terhormatnya kita, jika kita dipercayakanNya berkat untuk diberikan bagi kebutuhan sesama kita. Kita adalah perpanjangan tanganNya untuk menyelesaikan rencanaNya bagi kemuliaanNya. Merasa cukup akan menjauhkan kita dari kekuatiran hidup. Bukan berarti kita hidup bermalas-malasan sebab Tuhan juga berfirman, apa yang ditemui tanganmu untuk dikerjakan, maka kita harus mengerjakannya sepenuh hati, seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia, maka berkat akan mengejar kita seumur hidup kita sebab Tuhan menyertai kita.
Jika Tuhan tahu bahwa bagian kita adalah secukupnya, walaupun berkatnya bagi kita bisa saja berkelimpahan, sebab bagi kita berkat Tuhan selalu melimpah jika kita terbiasa untuk mengucap syukur sehingga kita bisa memberi kepada orang lain sebagian dari yang kita miliki. Jadi ada keseimbangan yang Tuhan ajarkan kepada kita untuk belajar mencukupkan diri dan memberi kepada sesama kita yang membutuhkan.
Setiap orang yang hidupnya benar di mata Tuhan pasti diberkati dan berkecukupan, hanya ada beberapa orang yang diberkati lebih dari orang lain sebab mereka dipercayakan untuk mengelolahnya dengan baik. Kesiapan kita yang membedakan berkat yang Tuhan berikan. Sebab keberhasilan kita bukan karena kekuatan kita seperti yang dibicarakan oleh motivator yang tidak berdasarkan kebenaran Alkitab. Keberhasilan kita adalah karena adanya penyertaan Tuhan dalam hidup kita.
Jika kekayaan kita menjauhkan kita dari Tuhan dan membuat kita menjadi sombong diri, maka Tuhan akan mengambilnya kembali. Sebab di mata Tuhan, bukan kekayaan kita yang membuat Tuhan mengasihi kita karena kekayaan adalah milikNya. Kita sebagai pribadi yang dikasihiNya, kekayaan hanya memperlengkapi kita untuk melebarkan pekerjaanNya di dunia ini. Jika kita hanya menginginkan kekayaan, maka setan pun bisa memberikannya, dan sebagai gantinya, jiwa kita diambilnya dan segera kita akan meluncur ke neraka jika kita tidak bertobat.
Bisa juga kita merasa kuatir karena kebutuhan yang mendesak dan hampir kita tidak bisa berpengharapan lagi. Justru di saat-saat kita menyerah kepada Tuhan, maka Tuhan akan menolong kita dengan caraNya. Bahkan Dia membandingkan diriNya dengan bapa di dunia, yang bapa dunia memberi roti kepada anaknya yang minta roti, maka terlebih Bapa di Sorga, pasti akan memberikan yang terbaik bagi anak-anakNya. Dunia ini diberikanNya bagi kita untuk dikelolah bagi kebutuhan kita dan pasti cukup. Hanya tidak akan cukup jika dikelolah bagi keinginan kita, yang terjadi adalah bencana alam akibat ulah kita yang semena-mena, kita sendiri yang akan menanggung akibatnya.
Sebab itu cukupkanlah diri kita dengan apa yang kita miliki dan kembangkanlah agar kita juga dapat memberi bagi pekerjaanNya. Betapa terhormatnya kita, jika kita dipercayakanNya berkat untuk diberikan bagi kebutuhan sesama kita. Kita adalah perpanjangan tanganNya untuk menyelesaikan rencanaNya bagi kemuliaanNya. Merasa cukup akan menjauhkan kita dari kekuatiran hidup. Bukan berarti kita hidup bermalas-malasan sebab Tuhan juga berfirman, apa yang ditemui tanganmu untuk dikerjakan, maka kita harus mengerjakannya sepenuh hati, seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia, maka berkat akan mengejar kita seumur hidup kita sebab Tuhan menyertai kita.
Senin, 22 April 2013
Are you Jesus?
Ada seorang buta yang berjualan jeruk di pasar, ketika itu terjadi hiruk pikuk sehingga ada orang yang menyenggol dagangan si buta ini. Seketika, jeruk-jeruknya jatuh berhamburan, karena terburu-buru orang lalu lalang sehingga tidak jelas siapa yang seharusnya bertanggung jawab atas insiden tersebut. Pada saat itu, ada seorang remaja yang juga terburu-buru mengejar waktu mau berangkat ke sekolah, melewati pasar ini. Ketika remaja ini melihat si pedagang yang buta, mencoba mengumpulkan kembali jeruk-jeruk yang berhamburan, dia merasa kasihan karena orang-orang di sekitarnya terlihat tidak peduli. Masing-masing orang sibuk dengan urusannya.
Sebenarnya si remaja ini tidak memiliki banyak waktu lagi, hanya karena hati nuraninya tergerak untuk menolong pedagang buta ini, dia pikir ditolong dulu saja pedagang ini, telat sedikit tidak mengapa. Mulailah dia mengumpulkan jeruk-jeruk itu dan mengembalikan ke tempat dagangan si buta ini. Ketika orang buta ini sadar bahwa ada orang yang membantunya, maka dia pun bertanya Are you Jesus? Bagi si buta, orang yang baik pastinya Yesus. Walaupun dia tidak bisa melihat, tetapi dia tahu Yesus pasti orang baik.
Mungkin kita pernah membaca atau mendengar cerita diatas, namun apakah kita menyadari bahwa keberadaan kita seharusnya memberi dampak bagi lingkungan kita? Orang-orang di sekeliling kita mungkin saja tidak buta secara jasmani, tapi mereka buta secara rohani. Mereka butuh pertolongan kita melalui tindakan nyata kita. Tanpa kita sadari, banyak orang menantikan Yesus, karena mereka tahu Yesus itu baik, tetapi mereka tidak tahu jalan mana yang harus mereka lewati dan mereka tidak tahu seperti apa Yesus itu.
Kitalah anak-anak Tuhan yang telah menerima karunia keselamatan yang seharusnya menyatakan kasih Yesus dalam hidup kita. Memang kita sudah disibukkan dengan berbagai aktifitas kita mengejar karir masa depan kita. Kadang kita pun terjebak dengan rutinitas dan kebosanan hidup karena kita mengandalkan kekuatan dan keinginan diri sendiri. Kita hanya mau berjalan menurut kehendak kita sendiri, kita seperti orang-orang di pasar yang lalu lalang dan tidak memperdulikan keadaan di sekitarnya.
Kita ini adalah garam dan terang dunia, dua hal yang berguna bagi hidup manusia. Terang sangat dibutuhkan umat manusia, apa jadinya jika tidak ada terang? Pastilah kita akan tersesat dan ketakutan. Begitu juga garam sangat penting dalam masakan untuk memberi rasa pada masakan. Jadi sudah seharusnya keberadaan kita memberi dampak yang positif bagi lingkungan kita yang semakin hari semakin pudar kasih kepada sesama. Jika Yesus telah melakukan yang terbaik bagi kita, maka sudah sewajarnya kita ikut melakukan yang terbaik yang kita bisa. Sehingga ketika kita melakukan yang terbaik, maka orang-orang akan bertanya Are you Jesus? Bukankah kita akan merasa terharu dan bangga jika Yesus ditinggikan dan dikenal banyak jiwa. Jika Yesus ditinggikan dan salibNya diberitakan, maka Dia kan menarik semua orang datang kepadaNya sekarang, Sebaris lagu Sekolah Minggu yang patut kita renungkan bersama.
Sebenarnya si remaja ini tidak memiliki banyak waktu lagi, hanya karena hati nuraninya tergerak untuk menolong pedagang buta ini, dia pikir ditolong dulu saja pedagang ini, telat sedikit tidak mengapa. Mulailah dia mengumpulkan jeruk-jeruk itu dan mengembalikan ke tempat dagangan si buta ini. Ketika orang buta ini sadar bahwa ada orang yang membantunya, maka dia pun bertanya Are you Jesus? Bagi si buta, orang yang baik pastinya Yesus. Walaupun dia tidak bisa melihat, tetapi dia tahu Yesus pasti orang baik.
Mungkin kita pernah membaca atau mendengar cerita diatas, namun apakah kita menyadari bahwa keberadaan kita seharusnya memberi dampak bagi lingkungan kita? Orang-orang di sekeliling kita mungkin saja tidak buta secara jasmani, tapi mereka buta secara rohani. Mereka butuh pertolongan kita melalui tindakan nyata kita. Tanpa kita sadari, banyak orang menantikan Yesus, karena mereka tahu Yesus itu baik, tetapi mereka tidak tahu jalan mana yang harus mereka lewati dan mereka tidak tahu seperti apa Yesus itu.
Kitalah anak-anak Tuhan yang telah menerima karunia keselamatan yang seharusnya menyatakan kasih Yesus dalam hidup kita. Memang kita sudah disibukkan dengan berbagai aktifitas kita mengejar karir masa depan kita. Kadang kita pun terjebak dengan rutinitas dan kebosanan hidup karena kita mengandalkan kekuatan dan keinginan diri sendiri. Kita hanya mau berjalan menurut kehendak kita sendiri, kita seperti orang-orang di pasar yang lalu lalang dan tidak memperdulikan keadaan di sekitarnya.
Kita ini adalah garam dan terang dunia, dua hal yang berguna bagi hidup manusia. Terang sangat dibutuhkan umat manusia, apa jadinya jika tidak ada terang? Pastilah kita akan tersesat dan ketakutan. Begitu juga garam sangat penting dalam masakan untuk memberi rasa pada masakan. Jadi sudah seharusnya keberadaan kita memberi dampak yang positif bagi lingkungan kita yang semakin hari semakin pudar kasih kepada sesama. Jika Yesus telah melakukan yang terbaik bagi kita, maka sudah sewajarnya kita ikut melakukan yang terbaik yang kita bisa. Sehingga ketika kita melakukan yang terbaik, maka orang-orang akan bertanya Are you Jesus? Bukankah kita akan merasa terharu dan bangga jika Yesus ditinggikan dan dikenal banyak jiwa. Jika Yesus ditinggikan dan salibNya diberitakan, maka Dia kan menarik semua orang datang kepadaNya sekarang, Sebaris lagu Sekolah Minggu yang patut kita renungkan bersama.
Rabu, 17 April 2013
Keberuntungan
Ada ungkapan orang bodoh bisa dikalahkan oleh orang pintar, tapi orang pintar bisa dikalahkan oleh orang yang beruntung. Kalau kita membaca kisah Donal Bebek, maka ada tokoh si Untung yang beruntung, bahkan bisa mengalahkan si Paman Gober yang pintar dan pelit. Beruntung berarti kita mendapatkan sesuatu yang baik walaupun kita tidak berusaha. Apakah betul kita tidak perlu berusaha jika ingin beruntung?
Jika kita membaca Alkitab, maka akan kita temui kisah Yosua yang diperintahkan Tuhan agar tidak lupa memperkatakan kitab Taurat dan merenungkannya siang dan malam dan bertindak hati-hati sesuai apa yang tertulis di dalamnya agar perjalanannya berhasil dan beruntung atas apa yang dikerjakannya. Jadi, ada syaratnya untuk menjadi beruntung, tidak seperti kejatuhan duren dari pohonnya, dipastikan mati orangnya ketiban duren.
Untuk menjadi beruntung, kita harus taat kepada Allah, sang pemegang hidup kita. Ketika kita hidup benar dimataNya, bisa saja kita mengalami musibah dan persoalan yang tidak kita duga sebelumnya, tapi itu bukan berarti kita tidak beruntung. Sebab didalam Tuhan, apapun yang terjadi dalam hidup kita, Dia sedang membentuk hidup kita agar sempurna di hadapanNya. Jika kita harus menderita atas apa yang tidak kita lakukan, maka kita bisa dikatakan beruntung karena kita sedang belajar proses kehidupan, karena jika kita telah melewatinya, maka kita menjadi pribadi yang kuat dan dapat menolong orang lain yang mengalaminya.
Namun jika kita mencuri dan hampir tertangkap, maka kita bukan beruntung, tetapi kita melarikan diri dari tanggung jawab yang seharusnya kita ambil. Atau jika kita tertangkap pun, maka kita tidak bisa dikatakan tidak beruntung, sebab sedang kita menabur apa yang kita tuai. Lebih baik kita dihajar selama kita hidup didunia, sebab berarti masih ada waktu untuk bertobat, daripada setelah kita mati, tidak ada kesempatan untuk bertobat lagi, hanya kematian kekal yang menanti.
Beruntunglah kalau kita masih dihajar oleh Allah kita, sebab bapa mana yang tidak sayang anaknya, kalau anaknya biarkan salah jalan akan mengakibatkan penyesalan.Terlebih Bapa di Surga, Dia tidak ingin anak-anakNya terhilang, maka jika kita salah jalan akan dikembalikan ke jalan yang benar dengan cara yang halus bahkan kasar sekalipun untuk kebaikan kita.
Sebab itu, Dia berkata jika matamu jahat, maka lebih baik jika kita buta asal masuk surga, yang artinya apapun yang merintangi kita masuk surga, kita harus merelakannya walaupun tidak enak. Jangan sampai Tuhan harus memperlakukan kita secara kasar baru kita bertobat, tidak harus kehilangan mata kita dulu baru kita bertobat. Selagi kita masih bisa berbuat sesuatu, mari kita tiru teladan Zakeus, yang bertobat dan berbalik dari jalannya yang salah, sebelum Tuhan meminta habis hartanya seperti anak muda yang ingin menjadi sempurna, tapi hatinya melekat pada hartanya sehingga meninggalkan Yesus.
Dengan melakukan semua itu, maka kita akan menjadi orang yang beruntung, sebab orang yang takut Tuhan akan mengalahkan orang yang beruntung, maka kita lebih dari beruntung. Jika Tuhan di pihak kita, siapakah lawan kita? Tidak ada.
Jika kita membaca Alkitab, maka akan kita temui kisah Yosua yang diperintahkan Tuhan agar tidak lupa memperkatakan kitab Taurat dan merenungkannya siang dan malam dan bertindak hati-hati sesuai apa yang tertulis di dalamnya agar perjalanannya berhasil dan beruntung atas apa yang dikerjakannya. Jadi, ada syaratnya untuk menjadi beruntung, tidak seperti kejatuhan duren dari pohonnya, dipastikan mati orangnya ketiban duren.
Untuk menjadi beruntung, kita harus taat kepada Allah, sang pemegang hidup kita. Ketika kita hidup benar dimataNya, bisa saja kita mengalami musibah dan persoalan yang tidak kita duga sebelumnya, tapi itu bukan berarti kita tidak beruntung. Sebab didalam Tuhan, apapun yang terjadi dalam hidup kita, Dia sedang membentuk hidup kita agar sempurna di hadapanNya. Jika kita harus menderita atas apa yang tidak kita lakukan, maka kita bisa dikatakan beruntung karena kita sedang belajar proses kehidupan, karena jika kita telah melewatinya, maka kita menjadi pribadi yang kuat dan dapat menolong orang lain yang mengalaminya.
Namun jika kita mencuri dan hampir tertangkap, maka kita bukan beruntung, tetapi kita melarikan diri dari tanggung jawab yang seharusnya kita ambil. Atau jika kita tertangkap pun, maka kita tidak bisa dikatakan tidak beruntung, sebab sedang kita menabur apa yang kita tuai. Lebih baik kita dihajar selama kita hidup didunia, sebab berarti masih ada waktu untuk bertobat, daripada setelah kita mati, tidak ada kesempatan untuk bertobat lagi, hanya kematian kekal yang menanti.
Beruntunglah kalau kita masih dihajar oleh Allah kita, sebab bapa mana yang tidak sayang anaknya, kalau anaknya biarkan salah jalan akan mengakibatkan penyesalan.Terlebih Bapa di Surga, Dia tidak ingin anak-anakNya terhilang, maka jika kita salah jalan akan dikembalikan ke jalan yang benar dengan cara yang halus bahkan kasar sekalipun untuk kebaikan kita.
Sebab itu, Dia berkata jika matamu jahat, maka lebih baik jika kita buta asal masuk surga, yang artinya apapun yang merintangi kita masuk surga, kita harus merelakannya walaupun tidak enak. Jangan sampai Tuhan harus memperlakukan kita secara kasar baru kita bertobat, tidak harus kehilangan mata kita dulu baru kita bertobat. Selagi kita masih bisa berbuat sesuatu, mari kita tiru teladan Zakeus, yang bertobat dan berbalik dari jalannya yang salah, sebelum Tuhan meminta habis hartanya seperti anak muda yang ingin menjadi sempurna, tapi hatinya melekat pada hartanya sehingga meninggalkan Yesus.
Dengan melakukan semua itu, maka kita akan menjadi orang yang beruntung, sebab orang yang takut Tuhan akan mengalahkan orang yang beruntung, maka kita lebih dari beruntung. Jika Tuhan di pihak kita, siapakah lawan kita? Tidak ada.
Jumat, 12 April 2013
KasihNya seperti sungai
KasihNya seperti sungai, kasihNya seperti sungai, kasihNya seperti sungai di hatiku. Sepenggal lagu rohani yang dinyanyikan dalam ibadah puji-pujian. Memang benar kasihNya seperti sungai, artinya tidak berhenti mengalir dan terus menerobos setiap penghalang didepannya. Apapun masalah yang menghadang, tidak menghalangi kasih Tuhan untuk terus mengalir di hati kita sebagai obat pelipur lara.
Dalam menghadapi saat-saat sukacita, kita dengan semangat menyanyikan lagu ini, namun saat dukacita, masih mampukah kita menyanyikannya? Sangat sulit, sebab bukan senyuman yang terlihat ketika kita menyanyikannya, melainkan air mata kesedihan. Saat dukacita, kesedihan melanda hati kita, kita tidak melihat dan merasakan kasihNya mengalir di hidup kita. Yang kita lihat didepan mata hanya masalah, kesukaran hidup, hati kita nelangsa, tanpa pengharapan masa depan.
Sadarkah kita, bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita, sebab Dia Allah yang setia. Dia tidak pernah membiarkan kita dicobai melampaui kekuatan kita, sebab Dia Allah yang baik. Dia sanggup memberi kekuatan dan penghiburan dikala kita lemah dan bersusah hati, sebab Dia Allah yang perkasa. Firman Tuhan berkata, tidak sehelai rambut pun di kepala kita jatuh tanpa sepengetahuanNya. Rambutkah yang diperhatikan Tuhan? Tidak. Kitalah yang diperhatikannya sebab kita biji mataNya.
Namun, mengapa kita masih bergumul dengan masalah kita dan hidup kita tidak akan pernah terlepas dari masalah dan penderitaan? Sebab kita masih tinggal di dunia yang dikutuk oleh karena kesalahan manusia sendiri. Kita kadang-kadang yang mencari-cari masalah. Kita lebih mendengarkan suara-suara dari dunia ini yang menjerumuskan kita, menjauhkan kita dari kebenaran, dan menyesatkan kita.
Tapi tidak menghalangi kasihNya untuk mengalir, memenuhi hati kita untuk kembali kepadaNya. PenghiburanNya lebih dari cukup untuk memulihkan hati kita yang penuh dengan amarah, kebencian, kekecewaan, dukacita, keangkuhan, dan kepedihan hidup. Tetap biarkan kasihNya mengalir dalam hati kita sehingga menjadi mata air di dalam hati kita yang meluap keluar sehingga orang di sekitar kita turut merasakanNya.
Tuhan adalah sumber air hidup yang kekal, yang selalu mengalir dan tidak akan pernah kering, membasahi hati-hati yang kering dan nelangsa, memberi penghiburan dan pengharapan yang pasti yang tidak akan pernah bisa diberikan oleh dunia ini sekarang dan selama-lamanya.
Dalam menghadapi saat-saat sukacita, kita dengan semangat menyanyikan lagu ini, namun saat dukacita, masih mampukah kita menyanyikannya? Sangat sulit, sebab bukan senyuman yang terlihat ketika kita menyanyikannya, melainkan air mata kesedihan. Saat dukacita, kesedihan melanda hati kita, kita tidak melihat dan merasakan kasihNya mengalir di hidup kita. Yang kita lihat didepan mata hanya masalah, kesukaran hidup, hati kita nelangsa, tanpa pengharapan masa depan.
Sadarkah kita, bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita, sebab Dia Allah yang setia. Dia tidak pernah membiarkan kita dicobai melampaui kekuatan kita, sebab Dia Allah yang baik. Dia sanggup memberi kekuatan dan penghiburan dikala kita lemah dan bersusah hati, sebab Dia Allah yang perkasa. Firman Tuhan berkata, tidak sehelai rambut pun di kepala kita jatuh tanpa sepengetahuanNya. Rambutkah yang diperhatikan Tuhan? Tidak. Kitalah yang diperhatikannya sebab kita biji mataNya.
Namun, mengapa kita masih bergumul dengan masalah kita dan hidup kita tidak akan pernah terlepas dari masalah dan penderitaan? Sebab kita masih tinggal di dunia yang dikutuk oleh karena kesalahan manusia sendiri. Kita kadang-kadang yang mencari-cari masalah. Kita lebih mendengarkan suara-suara dari dunia ini yang menjerumuskan kita, menjauhkan kita dari kebenaran, dan menyesatkan kita.
Tapi tidak menghalangi kasihNya untuk mengalir, memenuhi hati kita untuk kembali kepadaNya. PenghiburanNya lebih dari cukup untuk memulihkan hati kita yang penuh dengan amarah, kebencian, kekecewaan, dukacita, keangkuhan, dan kepedihan hidup. Tetap biarkan kasihNya mengalir dalam hati kita sehingga menjadi mata air di dalam hati kita yang meluap keluar sehingga orang di sekitar kita turut merasakanNya.
Tuhan adalah sumber air hidup yang kekal, yang selalu mengalir dan tidak akan pernah kering, membasahi hati-hati yang kering dan nelangsa, memberi penghiburan dan pengharapan yang pasti yang tidak akan pernah bisa diberikan oleh dunia ini sekarang dan selama-lamanya.
Selasa, 09 April 2013
Mengejar kebahagiaan
Tak bisa dipungkiri setiap orang menginginkan kebahagian dalam hidupnya. Tak segan-segan, kita terus mengejar apa yang kita yakini akan mendatangkan kebahagian, seperti kekayaan, kesuksesan, ketenaran dan lain sebagainya. Jika hal-hal tersebut memang benar mendatangkan kebahagiaan, mengapa ada orang-orang yang mengakhiri hidupnya setelah mereka mendapatkannya? Tapi tidak sedikit juga yang tidak belajar dari orang lain agar tidak mudah mengakhiri hidupnya tetapi malah mengikutinya.
Jika dikatakan kebahagiaan ada di dalam hati kita, maka mengapa kita tidak merasakannya? Karena kita hidup dengan apa yang kita lihat dan kita membandingkan hidup kita dengan orang lain. Kita merasa iri jika orang lain kehidupannya lebih baik dari kita dan kita mencemooh orang lain yang kehidupannya dibawah kita. Kita memposisikan diri kta sebagai mahluk yang paling benar dan menganggap orang lain salah. Kita menjadi hakim bagi orang lain tetapi tidak bagi diri kita sendiri.
Atau kita hidup mengikuti apa kata orang kebanyakan, apa yang diikuti orang banyak, maka kita ikut-ikutan tanpa meneliti terlebih dahulu apakah yang diikutinya benar atau tidak. Mengikuti arus perubahan zaman agar tidak ketinggalan zaman, kita pikir itulah kebahagiaan. Menjadi mahluk serba tahu, dengan mengisi pengetahuan kita dengan arus gelombang informasi yang up to date, entah informasi yang berguna atau tidak, siapa yang peduli, yang penting terlihat cerdas dan nyambung dengan orang banyak.Ini pun tidak mendatangkan kebahagiaan sebab banyak orang yang stress setelah menjadi orang yang serba tahu.
Jika ditelusuri, apakah kebahagiaan itu? Ternyata jika kita hidup dalam kebenaran, maka kita adalah orang yang berbahagia. Sebab jika kita hidup benar, maka kita berdiri di pihak yang benar, yaitu Tuhan Yesus, maka siapakah yang dapat menghancurkan kita, jika Tuhan di pihak kita? Kemiskinankah, kemelaratankah, dukacitakah? Tidak ada, bahkan kematian kekal yang mengerikan pun sudah dikalahkan olehNya.
Jadi mengejar kebahagiaan adalah mengejar kebenaran, itulah yang sedang kita kerjakan seharusnya, bukan yang lain. Ini bukan pekerjaan yang mudah, dan selama kita kita hidup di dunia, selama itu pula kita terus mengejarnya supaya tidak ada kesempatan bagi setan untuk menyesatkan kita. Kita tidak kebal dengan tipu daya setan tapi kita bisa menjauhkan diri darinya dengan hidup berjalan menurut kehendak Tuhan.
Imanuel, Tuhan beserta kita, Dia hidup di dalam kita, menuntun kita setiap saat. Jangan padamkan suaraNya, tetapi dengarkan suaraNya, taati FirmanNya, maka kita akan berbahagia. Suka cita sejati hanya ada di dalam Tuhan, sebab Dia adalah Raja Damai, ya hanya bagi orang yang mau menerimaNya.
Jika dikatakan kebahagiaan ada di dalam hati kita, maka mengapa kita tidak merasakannya? Karena kita hidup dengan apa yang kita lihat dan kita membandingkan hidup kita dengan orang lain. Kita merasa iri jika orang lain kehidupannya lebih baik dari kita dan kita mencemooh orang lain yang kehidupannya dibawah kita. Kita memposisikan diri kta sebagai mahluk yang paling benar dan menganggap orang lain salah. Kita menjadi hakim bagi orang lain tetapi tidak bagi diri kita sendiri.
Atau kita hidup mengikuti apa kata orang kebanyakan, apa yang diikuti orang banyak, maka kita ikut-ikutan tanpa meneliti terlebih dahulu apakah yang diikutinya benar atau tidak. Mengikuti arus perubahan zaman agar tidak ketinggalan zaman, kita pikir itulah kebahagiaan. Menjadi mahluk serba tahu, dengan mengisi pengetahuan kita dengan arus gelombang informasi yang up to date, entah informasi yang berguna atau tidak, siapa yang peduli, yang penting terlihat cerdas dan nyambung dengan orang banyak.Ini pun tidak mendatangkan kebahagiaan sebab banyak orang yang stress setelah menjadi orang yang serba tahu.
Jika ditelusuri, apakah kebahagiaan itu? Ternyata jika kita hidup dalam kebenaran, maka kita adalah orang yang berbahagia. Sebab jika kita hidup benar, maka kita berdiri di pihak yang benar, yaitu Tuhan Yesus, maka siapakah yang dapat menghancurkan kita, jika Tuhan di pihak kita? Kemiskinankah, kemelaratankah, dukacitakah? Tidak ada, bahkan kematian kekal yang mengerikan pun sudah dikalahkan olehNya.
Jadi mengejar kebahagiaan adalah mengejar kebenaran, itulah yang sedang kita kerjakan seharusnya, bukan yang lain. Ini bukan pekerjaan yang mudah, dan selama kita kita hidup di dunia, selama itu pula kita terus mengejarnya supaya tidak ada kesempatan bagi setan untuk menyesatkan kita. Kita tidak kebal dengan tipu daya setan tapi kita bisa menjauhkan diri darinya dengan hidup berjalan menurut kehendak Tuhan.
Imanuel, Tuhan beserta kita, Dia hidup di dalam kita, menuntun kita setiap saat. Jangan padamkan suaraNya, tetapi dengarkan suaraNya, taati FirmanNya, maka kita akan berbahagia. Suka cita sejati hanya ada di dalam Tuhan, sebab Dia adalah Raja Damai, ya hanya bagi orang yang mau menerimaNya.
Rabu, 16 Januari 2013
Memilih
Setiap orang berhak untuk memilih. Entah dia orang kaya atau miskin pasti bisa untuk memilih. Apakah memilih untuk berbuat baik atau jahat. Dalam menjalani hidup ini, kita akan menemukan banyak pilihan yang harus kita pilih atau memilih untuk tidak memilih. Setiap pilihan memiliki sebab akibatnya sendiri. Sebab itu sebelum memilih, kita harus mempertimbangkan dahulu secara cermat.
Banyak orang ketika ditanya arah hidupnya, mengatakan akan mengikuti arus, mengikuti kata hati, atau lihat saja nanti. Keadaan kita pun sekarang adalah akibat pilihan kita sebelumnya. Pasti ada penyesalan, kebanggaan akan pilihan kita walaupun kenyataannya pilihan kita pun dipengaruhi oleh keluarga, lingkungan dan orang-orang di sekeliling kita.
Apapun yang telah terjadi, biarlah menjadi bagian dan pembelajaran bagi kita untuk terus bertumbuh agar karakter kita menjadi lebih baik lagi. Selama masih ada waktu, selama itu pula kita dapat memilih dengan benar apa yang seharusnya kita pilih.
Seperti Adam dan Hawa, ketika di taman Eden, diperhadapkan kepada pilihan untuk memilih pohon kehidupan atau pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Walaupun sudah dilarang untuk tidak memilih pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, tetap saja manusia tidak memilih pohon kehidupan yang pastinya tidak membuat manusia jatuh ke dalam dosa dan sebagai akibatnya diusir dari taman Eden.
Begitu juga bangsa Israel di bawah kepemimpinan Yosua, mereka ditantang untuk memilih kehidupan dengan mengikuti Allah Israel atau kecelakaan dengan mengikuti dewa Baal. Mereka berjanji untuk memilih mengikuti Allah Israel agar mereka hidup, namun berjalannya waktu mereka juga menyimpang mengikuti dewa Baal. Tentu saja akibat dari pilihan mereka, ada harga yang harus dibayar.
Ternyata lebih mudah memilih daripada menjalani pilihan yang telah kita pilih, terutama pilihan yang membawa kepada kehidupan. Dengan ancaman sekalipun, kita bisa berkelit dari pilihan kita. Misalnya mengenai dosa, walaupun kita tahu dosa itu mendatangkan maut, tetap saja kita tidak mau melepasnya.
Sebab itu Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihiNya, maksudnya Allah yang memberikan pilihan untuk mengikutiNya adalah Allah yang tidak membiarkan kita sendirian menjalani pilihanNya. Bisa saja kita mengalami kendala dan kejatuhan saat kita menjalani pilihanNya, namun janganlah membuat kita patah semangat untuk bangkit kembali. Tetap kerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar kepada Allah bukan karena Allah kita menakutkan tetapi karena kita menghormatiNya.
Tidak menjadi masalah sejak kapan kita menjadi pengikutNya, apakah kita dipanggil sejak bayi, anak-anak, remaja, dewasa atau tua sekalipun, perkenalan kita dengan Tuhan diharapkan akan terus berkembang dan menghasilkan buah sebab kebenaranNya adalah bukan kita yang memilihNya tetapi Dia yang memilih kita untuk diselamatkan, namun hasil akhirnya tetap ditangan kita, apakah kita memilihNya atau tidak.
Contoh yang baik seperti penjahat di sebelah kanan Tuhan Yesus, memilih untuk percaya kepadaNya, tidak seperti penjahat di sebelah kiri yang menghujatNya. Akibatnya penjahat di sebelah kananNya diselamatkan dan hidup bersama-sama di Firdaus.
Pilihlah kehidupan di dalam Tuhan Yesus
Banyak orang ketika ditanya arah hidupnya, mengatakan akan mengikuti arus, mengikuti kata hati, atau lihat saja nanti. Keadaan kita pun sekarang adalah akibat pilihan kita sebelumnya. Pasti ada penyesalan, kebanggaan akan pilihan kita walaupun kenyataannya pilihan kita pun dipengaruhi oleh keluarga, lingkungan dan orang-orang di sekeliling kita.
Apapun yang telah terjadi, biarlah menjadi bagian dan pembelajaran bagi kita untuk terus bertumbuh agar karakter kita menjadi lebih baik lagi. Selama masih ada waktu, selama itu pula kita dapat memilih dengan benar apa yang seharusnya kita pilih.
Seperti Adam dan Hawa, ketika di taman Eden, diperhadapkan kepada pilihan untuk memilih pohon kehidupan atau pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Walaupun sudah dilarang untuk tidak memilih pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, tetap saja manusia tidak memilih pohon kehidupan yang pastinya tidak membuat manusia jatuh ke dalam dosa dan sebagai akibatnya diusir dari taman Eden.
Begitu juga bangsa Israel di bawah kepemimpinan Yosua, mereka ditantang untuk memilih kehidupan dengan mengikuti Allah Israel atau kecelakaan dengan mengikuti dewa Baal. Mereka berjanji untuk memilih mengikuti Allah Israel agar mereka hidup, namun berjalannya waktu mereka juga menyimpang mengikuti dewa Baal. Tentu saja akibat dari pilihan mereka, ada harga yang harus dibayar.
Ternyata lebih mudah memilih daripada menjalani pilihan yang telah kita pilih, terutama pilihan yang membawa kepada kehidupan. Dengan ancaman sekalipun, kita bisa berkelit dari pilihan kita. Misalnya mengenai dosa, walaupun kita tahu dosa itu mendatangkan maut, tetap saja kita tidak mau melepasnya.
Sebab itu Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihiNya, maksudnya Allah yang memberikan pilihan untuk mengikutiNya adalah Allah yang tidak membiarkan kita sendirian menjalani pilihanNya. Bisa saja kita mengalami kendala dan kejatuhan saat kita menjalani pilihanNya, namun janganlah membuat kita patah semangat untuk bangkit kembali. Tetap kerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar kepada Allah bukan karena Allah kita menakutkan tetapi karena kita menghormatiNya.
Tidak menjadi masalah sejak kapan kita menjadi pengikutNya, apakah kita dipanggil sejak bayi, anak-anak, remaja, dewasa atau tua sekalipun, perkenalan kita dengan Tuhan diharapkan akan terus berkembang dan menghasilkan buah sebab kebenaranNya adalah bukan kita yang memilihNya tetapi Dia yang memilih kita untuk diselamatkan, namun hasil akhirnya tetap ditangan kita, apakah kita memilihNya atau tidak.
Contoh yang baik seperti penjahat di sebelah kanan Tuhan Yesus, memilih untuk percaya kepadaNya, tidak seperti penjahat di sebelah kiri yang menghujatNya. Akibatnya penjahat di sebelah kananNya diselamatkan dan hidup bersama-sama di Firdaus.
Pilihlah kehidupan di dalam Tuhan Yesus
Langganan:
Postingan (Atom)